Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf – A
Sir
3:2-6.12-14 Mzm 128:1-5 Kol 3:12-21; Mat 2:13-15.19-23
Pesta Keluarga Kudus mengajak kita
memandang keluarga sebagai tempat pertama dan utama pembinaan iman. Keluarga
bukan hanya ruang kebersamaan biologis dan sosial, melainkan persekutuan
kasih di mana setiap anggota belajar saling memahami, mengampuni,
berkorban, dan taat pada kehendak Allah. Keluarga Nazaret menjadi teladan:
hidup sederhana, mau mendengarkan suara Tuhan, dan tetap setia dalam tantangan
hidup.
Bacaan I — Sirakh 3:2–6, 12–14
Bacaan ini menekankan martabat
orangtua dan kewajiban anak untuk menghormati mereka. Menghormati ayah dan ibu
bukan sekadar kewajiban moral, melainkan bentuk ibadah kepada Allah.
Kasih, perhatian, dan kesetiaan kepada orangtua, terlebih saat mereka lemah, menjadi jalan berkat dan pengampunan dari
Tuhan. Keluarga yang dibangun di atas kesetiaan anak dan kebijaksanaan
orangtua menghadirkan damai dan kehidupan.
Bacaan II — Kolose 3:12–21
Santo Paulus menegaskan nilai-nilai
hidup berkeluarga: belas kasih, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran,
pengampunan, dan kasih sebagai pengikat kesempurnaan. Keluarga Kristen
dipanggil hidup dalam damai Kristus dan sabda Tuhan. Relasi
suami-istri, orang tua-anak, bukan relasi kuasa, melainkan relasi pelayanan
dan tanggung jawab yang memuliakan Tuhan dalam hidup sehari-hari.
Bacaan Injil — Matius 2:13–15, 19–23
Keluarga Kudus mengalami ancaman,
pengungsian, ketidakpastian, dan penderitaan. Namun Yusuf taat pada suara Tuhan
dan membawa keluarga ke tempat yang aman. Keluarga Nazaret hidup mengandalkan
penyelenggaraan Allah. Mereka menunjukkan bahwa kekudusan tidak tumbuh
dalam kenyamanan, tetapi dalam ketaatan, keberanian, dan kesetiaan pada misi
Allah.
Korelasi Ketiga Bacaan
Ketiga bacaan menghadirkan satu pesan utama: Keluarga menjadi kudus bukan karena bebas masalah, tetapi karena setia pada Allah. Sirakh menegaskan hormat kepada orangtua sebagai dasar berkat keluarga. Paulus menegaskan kasih dan pengampunan sebagai roh hidup berkeluarga. Injil menunjukkan bahwa bahkan keluarga Yesus pun melewati ancaman dan penderitaan, namun tetap teguh dalam ketaatan. Maka, keluarga Kristen dipanggil menjadi: ruang pembinaan kasih, kesabaran, dan pengampunan; tempat anak belajar tanggung jawab dan hormat; dan komunitas yang membuka diri pada kehendak Tuhan.
- Bangun Keluarga sebagai Sekolah Kasih dan Pengampunan. Konflik
tidak dihindari, tetapi diolah dalam dialog, pengampunan, dan kerendahan
hati.
- Hormati Orangtua dan Rawat Relasi Antaranggota Keluarga. Perhatian,
kebersamaan, dan tanggung jawab adalah bentuk nyata iman dalam kehidupan
keluarga.
- Jadikan Tuhan Pusat Kehidupan Keluarga. Doa bersama,
mendengarkan Sabda Tuhan, dan ketaatan pada kehendak-Nya meneguhkan
keluarga dalam setiap tantangan [psl].






Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!