Gereja Perdana
belum mengenal berbagai macam pakaian liturgi. Baru mulai abad ke-empat
macam-macam pakaian liturgi digunakan. Model dan macam pakaian liturgi ini
mendapat pengaruh besar dari pakaian kebesaran para pejabat kekaisaran Romawi.
Mulai Abad ke-V terjadi pembakuan pakaian liturgi resmi dalam Gereja Katolik.
Pakaian liturgi berfungsi untuk tugas pelayanan, menonjolkan sifat meriah pesta
perayaan liturgi dan melambangkan kehadiran Yesus Kristus, subjek utama
liturgi.
1. Alba
Alba
berasal dari bahasa Latin, albus yang
artinya putih. Alba adalah semacam jubah panjang. Dalam Ekaristi dan upacara
liturgi lain, alba ini harus dipakai oleh klerus, kecuali dia sudah memakai
jubah (putih). Jubah putih yang biasa dipakai klerus, dalam artian tertentu
merupakan pengganti alba dalam perayaan liturgi.
2. Singel
Singel
merupakan tali ikat pinggang panjang yang digunakan untuk mengikat alba atau
jubah atau stola yang terlalu panjang. Pada kasus di mana alba atau jubah sudah
pas dan baik, penggunaan singel boleh ditiadakan.
3. Amik
Amik
merupakan penutup leher yang berbentuk segi empat di mana kedua ujungnya diberi
tali. Amik dipakai di bawah alba untuk menutupi leher dan kerah baju yang
dipakai. Amik tidak perlu dipergunakan apabila petugas liturgi sudah memakai
jubah.
4. Stola
Pada
mulanya, stola merupakan tanda pangkat jabatan dalam kekaisaran Romawi. Kini
stola hanya digunakan oleh orang-orang yang ditahbiskan, yaitu uskup, imam dan
diakon. Uskup dan imam memakai stola di atas kedua pundak dan menjulur ke depan
dan sejajar. Sedangkan diakon memakai stola secara miring dari pundak kiri ke
pinggang kanan.
5. Kasula
Kasula
juga disebut (paenula) atau (planeta), berasal dari bahasa Latin casula yang berarti gubuk kecil atau
pakaian luar. Kasula merupakan pakaian liturgi resmi yang dipakai pada bagian
paling atas. Aslinya kasula merupakan pengganti toga orang Romawi dan dipakai
dari atas kepala dan menutupi seluruh tubuh. Pada abad ke-XIII kasula ini
diperpendek. Pada tahun 1925, Vatikan mengizinkan pemakaian kasula yang pendek,
sebagaimana dapat kita lihat sekarang ini.
6. Dalmatik
Bentuk
dalmatik agak mirip seperti kasula tetapi berbeda juga, sebab ujung dalmatik
biasa dibuat persegi atau bersudut (pada kasula tidak) dan motif hiasan berupa
garis-garis salib besar. Dalmatik biasa digunakan oleh diakon. Mungkin nama
dalmatik berasal dari suatu pakaian atas yang berasal dari Dalmatia pada abad
ke-II.
7. Superpli
Istilah
siperpli berasal dari bahasa Latin superpellizeum.
Superpli adalah pakaian luar seperti rok yang panjangnya sampai di atas lutut
dan memiliki lengan tangan panjang dan berwarna putih. Superpli dipakai oleh
imam atau diakon dalam rangka ibadat atau perayaan liturgi di luar misa, seperti
adorasi, ibadat tobat, mengirim komuni, dan ibadat-ibadat lain. Superpli ini
bisa dipakai apabila petugas liturgi sudah memakai jubah. Superpli bisa
dikenakan oleh siapa saja yang bertugas dalam liturgi, seperti frater, bruder
dan awam. Untuk keperluan perayaan liturgi di luar misa, imam atau diakon cukup
menggunakan jubah atau alba, superpli dan stola.
8. Pluviale
Arti
harafiah pluviale adalah mantel hujan. Pluviale yang dipergunakan dalam liturgi
merupakan kain mantel besar, indah yang dikalungkan pada leher dari belakang
dengan kancing rantai dari kedua sudut atas mantel. Dalam liturgi, pluviale
dipakai oleh uskup atau imam pada perayaan liturgi di luar Perayaan Ekaristi,
seperti prosesi, adorasi, pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus.
9. Velum
Velum
merupakan sebutan bagi kain segi empat sepanjang 2-3 meter dan lebarnya sekitar
60cm, berwarna kuning atau putih dengan hiasan indah, memiliki rantai kancing
pada kedua ujung yang dapat diikatkan di depan dada. Velum yang berarti kain
selubung ini digunakan dengan cara dikalungkan dari belakang dan menutupi kedua
pundak. Velum digunakan oleh imam atau diakon untuk menyelubungi pegangan
monstran yang berisi Sakramen Mahakudus atau pemberkatan umat dengan Sakramen
Mahakudus.
10.Pallium
Pallium hanya dipakai oleh paus dan uskup-uskup agung dalam perayaan
liturgi meriah. Asal-usul pallium bermula dari stola yang kemudian diperpendek,
dihubungkan sehingga melingkar, berwarna putih dengan hiasan enam gambar salib
dan dikalungkan di leher di atas stola dan kasula. Semenjak Paus Paulus VI
menyingkirkan tiara dalam upacara penobatan paus, pallium menjadi tanda
pengambilalihan Gereja Katedral Roma. Bagi para uskup agung, pallium merupakan
tanda jabatan seorang uskup agung atau uskup metropolit serta melambangkan
kuasa yang diberikan oleh hukum kepadanya selaku uskup metropolit dalam
persatuan dengan Gereja Roma.
Posting Komentar