Rabu, 18 September 2024, Biasa
1 Kor 12:31-13:3
Luk 7:31-35
Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” (Luk 7:31-35)
Tantangan Hidup Seorang Berhikmat
Saudara-saudari terkasih, menjadi seorang berhikmat tidak selalu mudah, sebab akan selalu mendapat tantangan dari berbagai pihak. Di kala seorang berhikmat menempatkan diri secara tepat, mungkin saja disalahmengerti, disalahtafsir atau tidak didukung orang lain, sebab pada dasarnya manusia yang kita hadapi memiliki sudut pandang dan kepentingan yang berbeda-beda. Marilah kita belajar dari perang antara Rusia dan Ukraina: ada yang membela Rusia dengan semangat berapi-api dengan segala kepentingannya, dan ada yang membela Ukraina dengan segala sudut pandangnya. Karena aneka macam sudut pandang dan kepentingan yang berbeda, perang tak kunjung reda, bahkan semakin mengerikan. Sementara itu, semakin banyak orang sangat menderita secara khusus di Ukraina. Seandainya semua pihak yang terlibat, mulai dari yang memulai perang hingga orang yang ambil kesempatan dari situasi perang memiliki hikmat yang benar, pasti akan ada solusi yang sangat menggembirakan dan menghasilkan damai.
Dalam Injil hari ini, kita dapat melihat bahwa sebagai orang berhikmat Yesus sungguh menghadapi tantangan dalam menjalankan perutusanNya di dunia. Di kala Yesus berpuasa di waktu berpuasa, ada orang yang mencemoohkanNya. Di saat Yesus makan dan minum bersama umat Allah lainnya di kala ada pesta, ada pula orang lain yang menggunjingkanNya. Ya.. begitulah seorang berhikmat menghadapi aneka komentar dan tuntutan manusia yang sarat kepentingan.
Bermenung atas perikop Injil hari ini, saya juga teringat akan sebuah buku berjudul “Litani Serba Salah Pastor”. Dikatakan, kalau seorang pastor memulai misa atau pertemuan tepat waktu akan dijuluki sebagai pastor yang kaku; kalau pastornya mulai misa atau pertemuan dengan lambat, akan dikatakan pastor tidak tepat waktu; kalau pastornya agak tegas, disebut sebagai pastor tanpa perasaan; dan bila ia seorang pastor yang lembut, akan disebut sebagai orang yang lembek tak berpendirian, dst.”.
Namun, entah apapun dikatakan oleh semua orang, seorang yang berhikmat pasti bisa mengambil sikap secara tepat. Seorang yang berhikmat pasti selalu berkomitmen untuk melakukan semuanya demi kebaikan bersama atau lebih banyak orang, dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Demikianlah yang terjadi dalam diri Yesus. Sekalipun Yesus mendapat aneka komentar dari banyak orang, dan dipersalahkan oleh orang-orang yang merasa lebih hebat, sebagai Putra Allah yang berhikmat, Yesus tetap setia pada perutusanNya untuk membebaskan manusia dari kungkungan dosa dan kesempitan pola pikir. Sekalipun banyak orang mencelaNya bahkan mau membunuhNya karena pilihanNya untuk membela orang-orang miskin, orang sakit, orang terlantar, orang asing dan tertindas lainnya, Yesus tetap teguh pada komitmenNya. Sikap demikian ada pada Yesus, karena Ia memiliki hikmat yang berasal dari Allah Bapa, yakni hikmat cinta kasih. Apapun yang terjadi, Yesus selalu berusaha memberikan cinta secara total kepada semua orang, seperti diterangkan oleh Rasul Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Dan dengan demikian, hikmat Yesus pun semakin berkembang, dan bisa dinikmati oleh semua orang. Dan, semoga kita pun, di dalam seluruh situasi hidup dan perjuangan, kita menjadi orang yang semakin berhikmat. Seandainya ada tantangan dalam mengembangkan hikmat kita, kiranya kita tidak mudah menyerah atau putus asa, sebab dengan adanya tantangan, kita pasti semakin kuat. Dan hikmat kita haruslah hikmat yang berasal dari Allah, penuh cinta dan membebaskan semua orang. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!