Kamis, 8 Agustus 2024, PW St. Dominikus
Yer 31-31-34
Mat 16:13-23
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mat 16:13-23)
Keselarasan Hati Dan Mulut
Saudara-saudari terkasih, lewat perikop Injil hari ini saya mengangkat topik permenungan tentang pentingnya keselarasan hati dan mulut. Topik tersebut bisa kita renungkan lewat pesan dialog antara Yesus dan para murid, yang disusul dengan nubuat tentang penderitaan Yesus kepada para muridNya.
Untuk menguji pemahaman para murid atas diriNya, Yesus menanyai mereka siapakah sebenarnya Yesus menurut pemahaman orang banyak dan mereka sendiri. Petrus sebagai wakil para murid menjawab dengan lantang bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Secara teoritis para murid memahami Yesus secara tepat. Namun, Ketika Yesus bernubuat tentang diriNya sebagai Mesias yang menderita, Petrus ternyata tidak setuju, dan bahkan menarik Yesus. Pengakuan yang diungkapkan Petrus lewat mulut ternyata tidak selaras dengan isi hatinya. Atau sekurangnya, Petrus tidak memahami secara tepat arti kemesiasan Yesus.
Mirip dengan Petrus, kita pun barangkali sering juga tidak memahami kemesiasan Yesus secara tepat. Antara pikiran, hati dan mulut kita sering tidak sinkron. Kita terkadang mengakui Yesus sebagai Penyelamat, namun dalam praktek kita terkadang atau bahkan kerap lari dari Yesus. Kita kerap mengandalkan pikiran sendiri, kekuatan gaib lain, uang, dan bahkan kekuatan jahat. Hati dan mulut kita kerap tidak selaras.
Demikian juga halnya dengan bangsa Israel. Mereka kerap memiliki hati dan mulut yang tidak selaras. Mereka mengakui Tuhan secara verbal sebagai Allah mereka, namun dalam praktek kerap mengandalkan kuasa-kuasa dunia. Mereka kerap mengabaikan kehendak Allah yang diwartakan para nabi. Dalam situasi seperti itu, Nabi Yeremia berseru atas nama Allah untuk mengadakan perjanjian baru, di mana Allah akan merajai hati umat Israel, sehingga mereka sungguh berpikir dan bertindak atas nama Allah. Dengan itu pula, mereka tidak harus lagi plin-plan dalam mengikuti kehendak Allah.
St. Dominikus yang kita rayakan hari ini merupakan seorang model bagi kita yang memiliki hati dan mulut yang selaras sebagai utusan Allah. Lewat khotbah-khotbahnya yang bernas St. Dominikus menyampaikan suara Allah dan membawa umat Allah Kembali ke jalan yang benar. Semua itu berasal dari imannya yang kuat akan Allah dan Yesus Sang Putra, yang juga dinyatakan dengan tindakan yang benar. Semoga kita juga sanggup meniru teladan St. Dominikus, seperti juga diinspirasikan oleh Sabda Tuhan hari ini, agar kita memiliki hati, pikiran dan perkataan yang selaras, di mana kita sungguh mengakui Yesus sebagai Mesias, Putra Allah yang hidup. Semoga juga peri hidup kita menunjukkan hal tersebut dengan hidup bermoral seturut kehendak Tuhan dalam hidup harian. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!