Rabu, 24 Juli 2024, Biasa
Yer 1:1.4-10
Mat 13:1-9
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9)
Saudara-saudari terkasih, perumpamaan Yesus tentang penabur yang menaburkan benih di berbagai jenis tanah menggambarkan aktivitas Tuhan bersama para utusanNya dalam mewartakan sabdaNya kepada semua orang. Sebagian benih tersebut jatuh di pinggir jalan dan tidak tumbuh; sebagian lagi yang jatuh di tanah berbatu yang humusnya tipis, lalu tumbuh sebentar tetapi cepat layu; dan sebagian lagi tumbuh di tengah semak duri, hingga sempat tumbuh namun lekas terjepit dan tertekan hingga mati; dan Sebagian lagi jatuh di tanah yang subur, hingga tumbuh dan berbuah mulai dari tiga puluh kali lipat hingga serratus kali lipat. Semua itu melukiskan aktivitas penabur yang menyebarkan sabda Tuhan kepada umat manusia. Sejumlah benih sabda Tuhan tidak bertumbuh di hati orang; sebagian diterima dan tumbuh sebentar, tetapi tidak berkembang; sebagian lagi bertumbuh baik, tetapi kemudian terjepit oleh berbagai situasi dan tuntutan, lalu mati juga; dan sebagian lagi bertumbuh baik dengan kualitas hasil yang berbeda pula, mulai dari yang rendah hingga besar.
Sebagai manusia pastilah kita terlebih dahulu menjadi penerima benih sabda, atau tergolong ke dalam tanah penerima benih. Soal kualitas tanah atau kesiapan hati kita menerima sabda tergantung pada diri kita masing-masing. Sehingga pertumbuhan benih dan hasil nyata dalam diri kita berbeda-beda juga. Kalau di masa lalu kita masih berupa tanah berbatu atau yang dihimpit semak, semoga ke depan menjadi tanah yang baik dan subur, yang hasilnya pun berkembang terus dari waktu ke waktu. Bila demikian kita menjadi umat kesayangan Tuhan, karena hidup sesuai dengan kehendakNya.
Namun, selain sebagai tanah atau penerima sabda, pada saatnya kita harus menjadi penabur benih, sebab demikianlah program Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Allah lewat Yesus Sang Putra bisa berjalan dengan baik. Kita tidak cukup hanya menjadi penerima Sabda, tetapi harus bertransformasi menjadi penabur sabda. Sabda Tuhan yang sudah kita terima mesti sebarluaskan atau wartakan kembali dalam hidup kita baik lewat perkataan maupun perbuatan hingga menghasilkan buah yang lebih melimpah lagi.
Keyakinan Nabi Yeremia sebagai orang pilihan Tuhan seperti diungkapkan dalam bacaan pertama kiranya menjadi inspirasi dan teladan bagi kita. Sadar sebagai orang yang dipilih Tuhan sejak dari dalam kandungan membuat Nabi Yeremia tetap bersemangat mewartakan firman Tuhan sekalipun dia harus mengalami aneka pergumulan dan penolakan dari teman sebangsanya. Semoga kita mampu meniru semangat nabi Yeremia, sehingga Kerajaan Allah sungguh berkembang lewat kehadiran kita. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!