Kamis, 25 Juli 2024, Pesta St. Yakobus Rasul
2 Kor 4:7-15
Mat 20:20-28
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat 20:20-28)
BERLOMBA UNTUK SALING MELAYANI
Saudara-saudara, sangat menarik merenungkan kedua bacaan pada Pesta St. Yakobus Rasul hari ini. Lewat Injil Yesus mengajak para muridNya untuk memiliki jiwa dan semangat pelayanan yang besar, bila mereka sungguh ingin menjadi murid Yesus sekaligus menjadi pelayan yang besar. Penegasan itu bertolak dari permintaan Yakobus dan Yohanes yang disampaikan lewat ibunya agar mendapat tempat Istimewa di samping Yesus.
Yakobus melihat bahwa dekat dengan orang yang popular dan besar ternyata sangat asyik. Bagaimana tidak? Dengan bersama Yesus, banyak orang mengikuti dan mencari mereka. Sekalipun kadang-kadang terasa capek, toh memiliki sukacita yang besar. Apalagi mereka akan masuk dalam lingkaran utama kelompok dua belas rasul. Di tengah situasi itu muncul pokok pembicaraan baru, bila Yesus sang Pemimpin “pergi”, siapa kelak menggantikanNya? Tentu hal yang paling mungkin adalah orang yang paling dekat. Ini disadari oleh Yakobus dan Yohanes. Maka, seperti sikap orang pada umumnya, Yakobus dan Yohanes ingin mendapat tempat istimewa di hati Yesus, dan juga dalam posisi kepemimpinan. Itu terungkap melalui ibu mereka, yang ingin agar mereka menempati posisi utama dalam kerajaan Yesus, satu duduk di sebelah kiri dan satu di kanan Yesus. Semua itu ungkapan kerinduan kehormatan. Sikap itu dikritisi Yesus dengan mengajukan pertanyaan kesediaan untuk meminum cawan/piala yg akan diminumNya. Memang mereka mengiyakan pertanyaan Yesus, tetapi toh masih dirasuki pikiran kehormatan, bukan pelayanan. Hal yg sama tampak dalam murid yang lain. Sekalipun mereka sepertinya mencela sikap Yakobus dan Yohanes, mereka juga ingin merebut tahta kepemimpinan. Sesungguhnya mereka cemburu, bahwa jika Yakobus dan Yohanes memiliki posisi sebagai lingkaran satu Yesus.
Di kala seperti itulYesus menegaskan bahwa kualifikasi penting yg dimiliki oleh murid Yesus adalah sikap hamba yang melayani semua orang. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”, kata Yesus. Menjadi pemimpin berarti harus bersedia melayani, sampai turun ke bawah; bukan hanya dengan perkataan atau perintah, tetapi sungguh mau bekerja, sampai menyentuh hal yang paling rendah.
Sekarang ini, bagi banyak orang muatan kata pemimpin rasanya agak bebas dari unsur pelayanan. Kata pemimpin atau memimpin lebih dipahami sebagai jabatan kehormatan yg menghasilkan popularitas dan gengsi. Karena itu, banyak orang ketika melakukan kampanye pemilihan suatu jabatan atau kursi kepemimpinan memiliki jargon dan motto yg hebat, tetapi sesudah terpilih atau duduk di kursi kepemimpinan, unsur pelayanan sangat lemah. Banyak juga orang ingin memperebutkan kursi kepemimpinan dengan keinginan untuk menggapai popularitas dan kehormatan tersebut.
Dalam bacaan pertama, Rasul Paulus berbagi tentang pengalamannya dalam melayani. Pelayanan itu bagaikan bejana dalam tanah liat. Jiwa pelayanan itu rapuh. Di situ ditunjukkan bahwa jiwa pelayanan mesti berasal dari Allah. Kalau dari manusia akan sangat rapuh. Orang yang mau melayani tanpa pamrih adalah hanya orang yang berasal dari Allah. Karena itu memang harus sungguh melihat nilai pengorbanan. Teladannya ialah Yesus Kristus yang sengsara, wafat dan bangkit. Kini, semua orang Kristen juga harus memiliki semangat yang sama. Kita harus selalu hidup dalam semngat melayani kepada sesama, secara khusus bagi yang berkekurangan dan membutuhkan. Dan untuk itu perlu sikap pengorbanan tanpa pamrih. Yuk.. mari saling melayani! Selamat Pesta St. Yakobus Rasul! Tuhan memberkati! Pace e bene!.
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!