Jumat, 5 Juli 2024
Am 8:4-6.9-12
Mat 9:9-13
Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:9-13)
Berbelas Kasih Terhadap Sesama
Kedua bacaan hari ini mengajak kita untuk membatinkan sikap belas kasih terhadap sesama. Dalam Injil, Yesus mengajak kita untuk berbelas kasih terhadap orang yang dihindari karena diberi cap sebagai ‘pendosa’, seperti pemungut cukai. Yesus sendiri merupakan teladan dalam menghidupi semangat belas kasih ini. Belas kasih ditunjukkan Yesus dengan bersedia makan bersama dengan kaum pendosa, seperti Matius pemungut cukai, dan hingga membela ‘pendosa’ itu ketika dikucilkan oleh orang lain. Yesus membela mereka dengan berkata, bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit …. Aku menginginkan belas kasihan, bukan persembahan.. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa”. Yesus sungguh membela orang berdosa dengan menyatakan belas kasihannya.
Dalam bacaan pertama, Amos mengajak para pendengarnya, terutama para penguasa masyakarat pada zamannya untuk menghidupi semangat belas kasih dengan memperhatikan orang-orang miskin dan kaum lemah. Orang miskin dan lemah bukan untuk dieksploitasi, tetapi untuk dicintai dan ditolong. Pertolongan bisa dilakukan dengan tidak memperdaya mereka, tetapi memperhatikan hak-hak mereka, dan bahkan membela mereka dalam setiap perkara hidup mereka. Setiap orang mesti sadar bahwa perlakuan buruk dan tidak adil terhadap orang miskin dan lemah akan mendatangkan hukuman dari Allah untuk para pelaku ketidakadilan dan kejahatan.
Sekarang kita diajak untuk menghayati semangat belas kasih dalam dua hal. Pertama, menghayatinya dengan rela berbelas kasih kepada mereka yang terasing dari masyarakat karena dosa dan kesalahan mereka. Mungkin ada orang seperti itu di sekitar kita. Walau mereka diberi cap ‘berdosa’ kita mesti tetap berbelas kasih kepada mereka. Selain itu, kita tidak perlu merasa lebih suci dari mereka. Kedua, kita juga diajak untuk memiliki sikap belas kasih dengan mau memperhatikan kaum miskin dan terasing. Mereka bukanlah objek untuk diperdaya, tetapi manusia yang harus dihargai sebagai ciptaan luhur Tuhan. Mereka mesti dibantu dalam kehidupannya agar bsia menikmati indahnya cinta Tuhan dalam kehidupan ini. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!