Kamis, 27 Juni 2024
2 Raj 24:8-17
Mat 7:21-29
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka. (Mat 7:21-29)
Melihat bahwa masih banyak pendengarNya memiliki iman yang dangkal, lemah dan kurang mengakar, Yesus memberi pengajaran tentang pentingnya membangun fondasi iman dan hidup yang kuat. Pengajaran tersebut disampaikan lewat sebuah perbandingan dengan seorang pembangun rumah. Rumah yang dibangun di atas dasar pasir akan mudah roboh bila diterpa angin. Sementara rumah yang dibangun di atas dasar batu, akan tetap kokoh sekalipun badai melanda. Demikianlah seorang yang memiliki fondasi iman yang kokoh kuat, dia akan teguh percaya sekalipun ada tantangan dan rintangan. Sedangkan orang yang tidak memiliki fondasi iman kuat, dia bagaikan rumah yang dibangun di atas dasar pasir, yang akan mudah roboh bila badai kehidupan dan rintangan terbentang di tengah jalan hidup.
Sadar akan banyaknya badai dan gejolak, serta tantangan dan rintangan yang mungkin menggoyahkan iman dalam hidup ini, secara khusus di jaman modern dengan segala perkembangannya ini, kita mesti membangun hidup dengan fondasi iman yang kuat. Tanpa fondasi iman yang kuat, hidup kita gampang goyah, dan hancur berantakan. Agar tidak goyah, kita perlu menyediakan waktu untuk mempelajari isi iman kita baik untuk diri kita maupun bagi anggota keluarga, dan orang lainnya. Kita juga mesti mengalokasikan waktu untuk membaca dan merenungkan sabda Tuhan, serta menjalankan ibadah dan doa yang intensif dan khusyuk, hingga kita sungguh mengalami kasih Allah.
Dalam bacaan pertama, dilukiskan bahwa bangsa Israel (Yehuda) yang baru mengalami pembaruan oleh Raja Yosia, kini di buang oleh Raja Nebukadnezar ke Babel. Mereka menjadi hancur karena Raja Yoyakin tidak meneruskan pembaruan yang dibuat oleh Raja Yosia. Mereka dibuang karena tidak membangun negara Israel (Yehuda) dengan fondasi iman yang kuat. Raja dan para pegawai kerajaan tidak mengandalkan Allah, tetapi percaya kepada kekuatan manusia, dalam hal ini Mesir. Akbibatnya , bangsa Israel dihancurkan oleh Tuhan lewat Raja Nebukadnezar dari Babel, yang meluluhlantakkan Yerusalem dengan baitnya, hingga membuang sebagian besar penduduk kota. Karena lemahnya iman, hidup mereka pun hancur.
Belajar dari pengalaman bangsa Israel, semoga kita menyadari pentingnya membangun fondasi iman dan hidup yang kuat, sehingga kita tetap menjadi umat Allah, dan tidak pernah terbuang dari kerajaanNya. Semoga juga kita kelak diperkenankan menikmati hidup abadi di surga abadi.
Tuhan memberkati! Pace e bene!
Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!