![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzvc5AcmVWghHacdjc1_xoQbqBasxXHuqHcwufttcfxrP-g3_Ib6h8iub7RQBnnAh9JTCfgsnD1nfrjMCsp5ndqBe-BUlHnP-9Aqq9euCBCfZsTu25926r7VlnuCP8vPKLl7zCDf8Ml_aw/s320-rw/images+%25282%2529.jpg)
Setiap manusia pasti selalu berhadapan dengan yang namanya sengsara ataupun penderitaan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Dalam dunia Perjanjian Lama misalnya, penderitaan kerap dihubungkan dengan dosa. Orang menderita, sakit dan sebagainya itu disebabkan oleh dosa, baik dosa pribadi maupun dosa orang lain. Penderitaan ini sejalan juga dengan pencobaan, di mana hal ini dimengerti sebagai suatu cara Allah untuk mendidik manusia, untuk menguji sejauh mana ketahanan dan keteguhan iman seseorang. Dalam bahasa kristiani, baik pencobaan maupun penderitaan harus diterima dan dihadapi sebagai bagian dari pendidikan Allah kepada umat-Nya.
Ketiga bacaan pada hari ini menyajikan contoh yang sangat baik dalam menghadapi dan menerima pencobaan dan penderitaan. Bacaan pertama menampilkan nabi Yesaya yang tidak takut akan segala apa yang akan terjadi kepadanya. Sebagai seorang pewarta kebenaran dan pembawa kabar keselamatan, Yesaya menghadapi banyak sekali persoalan pelik dari orang-orang yang menolak pewartaannya. Banyak orang tidak mau menerima kebenaran yang diwartakannya dan bahkan menolak ajarannya. Tetapi Yesaya tak sedikit pun merasa gentar dan takut. Dia bahkan tetap teguh bertahan dan berkata: “Tuhan Allah menolong aku; sebab itu, aku tidak mendapat noda. Maka, aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu.”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ukisS06aLoQwKQ3FimzPnJpa6n1pk-DnqFOvzYQYhGRcyJR6MZ8BUYee0240rJbXz2HSf1z_FaFp_AvqBIvvVKWWRbHyWAPgpQCnRrHHytmgnjg-arCikW0D-4fBcOyBBaa_F9SD51Xw/s400-rw/images.png)
Sengsara dan derita yang dialami oleh Yesus tidak pernah dapat dibandingkan dengan penderitaan yang pernah dialami oleh manusia manapun. Keteguhan hati Yesus untuk menerima dan menanggung penderitaan pada akhirnya mendatangkan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan bagi kemuliaan Allah Bapa. Rasul Paulus berkata: “Itulah sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas dan di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa semua lidah mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan.” Kemuliaan akhirnya menjadi upah dari keteguhan hati dalam menanggung sengsara.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOTb4T7nalaxOfmkrtIHhwNdkNd2OPZGqpkuCVr1IDSyhugQtU1Kffx59tkgkNHtXo4xrzp-9VlCmsvnzHMMQ9NSMfXhu_5tZlg8-BvNugHM2DXG2Ewde9mt2W3JJJ4HGu7ymnZN-y1_aR/s320-rw/images+%25281%2529.jpg)
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!