Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Berita tentang orang mati bangkit dan hidup kembali merupakan suatu hal yang sangat tidak biasa dan pasti akan menimbulkan sejuta pertanyaan: Mengapa? Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Sebagian pasti berkata: “tidak mungkin!”, tetapi sebagian lagi mungkin akan percaya setelah mengalami realitas yang ada. Hari ini dalam injil diceritakan tentang Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus dari antara orang mati. Lazarus adalah saudara Marta dan Maria; dan ketiganya adalah sahabat yang dikasihi-Nya. Maria adalah perempuan yang pernah meminyaki kaki Yesus dengan minyak dan menyekanya dengan rambutnya.
Pada awal kisah ini diceritakan bagaimana proses kematian Lazarus. Awalnya dia sakit keras, lalu kemudian dia pun meninggal. Pada saat sakitnya, Marta dan Maria mengirim kabar kepada Yesus supaya Dia datang menyembuhkan Lazarus sebagaimana biasa dilakukan-Nya kepada orang lain. Namun, apa yang terjadi? Yesus tidak datang melainkan masih menunggu sampai Lazarus meninggal. Mengapa Yesus melakukan hal ini? Tujuannya adalah supaya para murid dan orang banyak tahu dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang tidak hanya dapat menyembuhkan orang sakit, tetapi juga berkuasa membangkitkan orang mati.
Empat hari sesudah kematian Lazarus, Yesus baru datang ke rumah Maria dan Marta. Jenazah Lazarus pun mungkin sudah bau busuk. Bagi bangsa Yahudi, seseorang dapat disebut benar-benar mati setelah lewat tiga hari sebab selama tiga hari itu, jenazah orang mati masih belum dikuburkan. Setelah lewat tiga hari dan dikuburkan, orang tersebut dikatakan benar-benar mati. Namun kematian Lazarus yang sudah empat hari berada di dalam kubur tidak menyurutkan Yesus untuk menunjukkan siapa diri-Nya. Bahkan di sinilah saat yang paling tepat bagi Yesus untuk menampakkan kemuliaan Bapa yang mengutus-Nya dengan membangkitkan Lazarus dari kematian.
Bagi keluarga Lazarus dan orang banyak, kedatangan Yesus merupakan hal yang sia-sia, sebab seandainya Dia datang ketika diminta dulu, mungkin Lazarus tidak akan mati. Dan ini ditunjukkan oleh Marta: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak akan mati.” Meskipun demikian, Marta tetap berharap Yesus dapat melakukan sesuatu yang dapat menghibur mereka. Marta tetap yakin bahwa orang yang berharap dan percaya tidak akan dikecewakan.
Kematian Lazarus ini mau menunjukkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian badani, fisik. Dan Yesus sendiri pun mengalami kematian yang sama seperti manusia, meskipun Dia sendiri adalah Allah. Namun, satu keyakinan yang pasti adalah setiap orang yang telah meninggal akan bangkit kembali dan memperoleh hidup yang baru. Syaratnya adalah percaya kepada Kristus yang mati dan bangkit kembali. Dan Kristus sendiri telah menjanjikan hal ini kepada kita: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” Sebab itu, setiap orang beriman mesti percaya akan janji Yesus yang dapat membangkitkan dan memberikan kehidupan baru bagi kita.
Perbedaan kebangkitan Lazarus dengan Yesus adalah bahwa Lazarus setelah dibangkitkan masih akan tetap mati kembali. Dia dibangkitkan oleh Yesus dan tetap hidup sebagai manusia biasa yang dibatasi ruang dan waktu. Berbeda dengan Yesus. Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan yang mulia. Dia bangkit karena kuasa Allah yang ada pada diri-Nya. Setelah bangkit, Yesus tidak lagi kembali kepada kehidupan manusiawi yang fana, tetapi kembali menjadi Allah, yang hidup di luar batas ruang dan waktu. Dan Dia kembali kepada Bapa yang mengutus-Nya dan memerintah bersama Dia untuk mengadili manusia.
Kebangkitan Kristus dari antara orang mati harus juga dihidupi oleh setiap umat beriman yang masih berziarah di bumi ini. Bagaimana caranya? Rasul Paulus berkata: “Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” Artinya siapa yang tidak percaya kepada Dia yang membangkitkan Kristus, maka dia masih terpisah dari Allah dan tidak akan diselamatkan. Mereka masih tinggal dengan dirinya sendiri, masih dalam keadaan berdosa, hidup menurut keinginan daging dan nafsu sesaat serta masih hidup dalam perhambaan dan kuasa setan. Tetapi mereka yang percaya dan hidup dalam Roh Allah, akan diselamatkan dan hidup selama-lamanya bersama Bapa dan Putra.
Kita semua adalah orang-orang yang percaya kepada kebangkitan Kristus. Karena itulah kita memberi diri dibaptis supaya kita juga diselamatkan karena kebangkitan Kristus. Maka, kita pun harus memiliki Roh Kristus dalam hidup kita supaya kita pun menjadi milik Kristus. Jika tidak, kita masih akan tetap terpisah dari kasih Kristus dan tidak akan diikutsertakan dalam kebahagiaan bersama para kudus kelak ketika kita telah meninggalkan dunia fana ini. Refleksi selanjutnya adalah, apakah kita mau mencari dan memilik Roh Kristus itu di dalam kehidupan kita setiap hari? Ataukah kita lebih memilih hidup dalam perhambaan dosa dan kuasa setan? Mari kita bermenung dalam hati kita masing-masing. Amin.
“AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP; BARANGSIAPA PERCAYA KEPADAKU, IA AKAN HIDUP WALAUPUN IA SUDAH MATI.” (Yeh 37:12-14; Rm 8:8-11; Yoh 11:1-45)
Labels:
Renungan
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!