Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan I : Yes 35:1-6a.10
Bacaan II : Yak 5:7-10
Bacaan Injil :
Mat 11:2-11
Ketika
seseorang datang membawa kabar gembira kepada kita, kita pasti akan sangat
bersukacita dan bahagia mendengarkannya. Misalnya, ketika orang-orang yang kita cintai; ibu-bapa-anak-anak -pacar,
dan sebagainya, memberi kabar bahwa mereka akan datang untuk menemui kita atau
pulang dari perantauannya, kita pasti akan merasa bahagia dan gembira. Bahkan,
sebelum hari “H” kita sudah mempersiapkan hal-hal untuk menyambut kedatangan
orang yang kita nanti-nantikan itu. Atau para petani yang ketika melihat tanam-tanamannya
tumbuh subur, pasti akan merawatnya dengan baik, entah itu pada musim hujan,
ataupun pada musim kemarau, supaya nanti pada musim menuai, mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Gereja
Katolik mendedikasikan setiap Minggu III Adven sebagai Minggu Gaudete, Minggu
Gembira. Bacaan-bacaan yang diperdengarkan mengajak kita untuk bergembira dan
bersukacita menyongsong kelahiran Sang Juruselamat yang sudah semakin mendekat.
Kita diajak untuk mempersiapkan diri secara lebih serius lagi, supaya pada
kelahiran Sang Juruselamat, kita benar-benar merasakan sukacita sejati. Tak
hanya hal-hal batiniah saja yang perlu dipersiapkan, hal-hal fisik juga turut
menambah semaraknya persiapan-persiapan itu. Gereja kita mengajak seluruh umat
untuk mengambil bagian dalam sukacita sejati yang diwartakan oleh nabi Yesaya
dan yang telah hadir secara nyata dalam diri Yesus Kristus, yang adalah sumber
sukacita sejati.
Dalam injil hari ini, Yesus datang membawa kabar sukacita. Sabda-Nya kepada para murid Yohanes Pembaptis:
“Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat:
orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang
tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan
kabar baik.” Yesus menyuruh untuk menyampaikan kabar sukacita yang dibawa oleh
Yesus
kepada
Yohanes Pembaptis yang sedang di penjara. Lebih daripada itu, Yesus ingin supaya Yohanes Pembaptis
mengetahui bahwa kabar sukacita itu sudah hadir saat ini, di sini. Yesus
sendirilah kabar sukacita itu. Dia datang untuk menyembuhkan semua orang dari
penyakitnya, membangkitkan manusia dari kematian dan membawa sukacita kepada
semua orang. Apa yang telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis selama ini,
sekarang sudah tergenapi.
Apa yang mau
disampaikan oleh Yesus dengan jawaban atas pertanyaan Yohanes Pembaptis ini?
Yesus ingin menegaskan bahwa janji Allah untuk
menyelamatkan umat-Nya, kini sudah terpenuhi dalam diri-Nya yang hadir di
tengah-tengah manusia. Allah sendiri yang hadir dan turun ke dunia manusia
untuk menyelamatkan mereka yang tersesat dan terpisah dari-Nya. Yesus ingin
agar semua orang bersukacita atas kedatangan-Nya yang menyelamatkan. Sebab itu,
Yesus menyuruh para murid Yohanes Pembaptis untuk mewartakan kabar sukacita
itu, supaya dia pun turut bersukacita karenanya.
Nubuat
keselamatan dan sukacita dari Allah ini dinyatakan oleh nabi Yesaya dalam
bacaan pertama. Yesaya mengajak semua orang untuk bergembira dan bersukacita
sebab Allah akan datang membebaskan mereka dari segala penderitaan dan membawa
keselamatan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Nubuat ini disampaikan
oleh Yesaya untuk menguatkan dan mendorong semua orang untuk tetap berharap dan
menantikan hari keselamatan itu, dan supaya semua orang dapat melihat kemuliaan
dan semarak Allah yang menyelamatkan.
Yesus dalam
injil hari ini datang untuk membawa sukacita bagi semua orang, terutama bagi
mereka yang sedang menderita. Yohanes Pembaptis diceritakan sedang dalam situasi
menderita, yakni di penjara karena dia menegur Herodes atas kejahatannya dan
karena dia mengambil istri saudaranya menjadi istrinya. Yesus datang membawa
sukacita dan penghiburan bagi Yohanes Pembaptis. Yesus memang tidak secara
terang-terangan menjawab pertanyaan Yohanes Pembaptis, tetapi membuatnya dalam
bentuk pernyataan: “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan…, dst.” Dengan ini, Yesus mau menyatakan bahwa keselamatan yang telah
dinyatakan Allah sejak semula, telah terpenuhi di dalam diri-Nya. Segala nubuat
tentang diri-Nya dan seruan pertobatan yang selama ini diwartakan oleh Yohanes
Pembaptis sebagai perintis jalan bagi-Nya, kini sudah tergenapi.
Yesus
mengundang Yohanes Pembaptis untuk bersukacita atas kabar baik yang dibawa-Nya
sebagai perwujudan janji keselamatan Allah. Yesus ingin agar Yohanes Pembaptis
juga turut bersukacita karena pemenuhan keselamatan Allah itu. Undangan
sukacita ini juga disampaikan kepada semua orang Kristen saat ini dan diharapkan
untuk dapat menjawabnya. Maka, untuk menjawab undangan
itu, apa yang dapat kita buat? Rasul Paulus memberi solusi tentang apa yang
harus kita buat: “Bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan; Teguhkanlah
hatimu; Jangan bersungut-sungut dan saling mempersalahkan; Dan turutilah penderitaan dan kesabaran para nabi yang
berbicara demi nama Tuhan.” Inilah yang harus kita usahakan dalam kehidupan
kita setiap hari supaya kelak kita ikut dalam sukacita Kristus.
Lalu
bagaimana kita harus merealisasikannya? Pertama,
bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan. Paulus mengajak kita untuk
senantiasa bersabar dalam segala situasi yang kita alami baik dalam suka maupun
dalam
duka. Kesabaran itu pada akhirnya akan membuahkan
sukacita yang tak ternilai bila kita mampu melaluinya dengan baik. Tuhan akan
datang menyelamatkan dan membebaskan kita bila kita mau bersabar dan setia
menunggu kedatangan-Nya untuk menyelamatkan kita, (bdk. Mi 7:7-9.) Kedua, teguhkalah hatimu. Dalam menanti
kedatangan Tuhan, perlu keyakinan dan keteguhan hati bahwa Allah pasti akan
menepati janji-Nya. Dia tidak akan mengingkarinya dan tidak akan membiarkan
kita hidup dalam ketidakpastian. Keyakinan dan keteguhan hati akan mendorong
kita untuk sabar dalam penantian sukacita dan keselamatan Allah.
Ketiga, jangan bersungut-sungut
dan saling mempersalahkan
ketika pencobaan datang. Setiap saat Allah mencobai
umat yang mencari dan berharap kepada-Nya. Kekurangsabaran dan
kekurangpercayaan kepada Allah mengakibatkan manusia bersungut-sungut dan
mencari alasan untuk mempersalahkan Allah dan sesama. Situasi menderita tidak
dipandang sebagai jalan Allah untuk menguji iman manusia dalam rencana
keselamatan-Nya, melainkan sebagai suatu hukuman dari Allah.
Keempat, Paulus menegaskan
supaya setiap orang menuruti teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang
berbicara demi nama Tuhann. Para nabi adalah orang-orang yang berjuang keras,
tanpa kenal lelah untuk menyampaikan firman Allah kepada semua orang dengan
segala situasi yang ada. Sebagai pewartan firman Allah, para nabi tidak
terlepas dari penolakan, penderitaan dan bahkan ketidakadilan dari para
penguasa dan rakyat sendiri. Banyak orang yang menolak dan menutup diri
terhadap kabar keselamatan itu. Tak jarang juga para nabi diusir dan bahkan
dianiaya dan dipenjarakan seperti yang dialami oleh Paulus dan Yohanes
Pembaptis. Tetapi pesan Paulus dalam hal ini sangat tegas, bahwa setiap orang
yang bertekun dan meneladani kesabaran para nabi yang dengan rela menanggung
penderitaan karena mewartakan firman Allah, akan memperoleh sukacita dan
kegembiraan sejati bila itu diterima dan dihidupi dengan kesabaran dan keteguhan
iman.
Nubuat
pemenuhan keselamatan Allah yang diwartakan oleh nabi Yesaya telah nyata dalam
diri Yesus Kristus. Dialah Sang Juruselamat yang dinanti-nantikan dan yang
bagi-Nya Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan. Yesus hadir untuk menggenapi
janji Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari penderitaan dan menghantar mereka
kepada sukacita sejati. Tetapi Allah tidak akan menganugerahkan begitu saja
sukacita kepada setiap orang. Dia masih tetap meminta suatu usaha dari pihak
manusia yang ingin memperoleh sukacita itu. Maka, seperti diajarkan oleh rasul
Paulus, setiap orang mesti bertahan dan bersabar dalam penderitaan, tekun dalam
iman dan melaksanakan perintah Allah dengan saling mengasihi satu sama lain dan
bukannya saling mempersalahkan atau bersungut-sungut.
Sukacita
sejati dan keselamatan Allah akan benar-benar hadir dan nyata dirasakan bila
setiap orang dengan rela membuka hati terhadap kedatangan Kerajaan Allah.
Manusia harus berusaha untuk mewujudkannya. Sukacita sejati akan berbuah jika
setiap orang mau membawa damai dan sukacita kepada sesama; menghadirkan
Kerajaan Allah dalam diri setiap orang yang menderita, yang lumpuh, yang buta,
yang kusta, yang miskin dan papa, seperti ditunjukkan oleh St. Fransiskus
Assisi. Dalam diri orang yang kita layanilah sukacita itu hadir. Ketika kita
dapat menghadirkan keselamatan kepada orang lain, di situ pulalah kita merasakan sukacita. Sukacita itu tidak
ditemukan dalam diri kita saja, tetapi melalui sikap dan kerelaan kita untuk
berbagi, bersolider dan mau merasakan penderitaan orang lain. Gambaran orang
lumpuh, orang sakit, orang mati, orang buta dan miskin merupakan sarana Allah
untuk menjelaskan bahwa dalam diri mereka inilah terdapat sukacita dan
keselamatan yang dijanjikan Allah. Bagi mereka inilah kita harus rela
menderita, berbagi, bersabar dan menemukan sukacita di dalam pelayanan kita
terhadap mereka.
Kesabaran
dan keteguhan hati dalam penderitaan menjadi sesuatu yang sangat perlu untuk
memperoleh sukacita sejati dari Allah. Sukacita itu nyata dalam diri Yesus
Kristus. Dia turun ke dunia dan menjadi manusia untuk mewartakan kabar
keselamatan kepada semua orang dan mengundang manusia untuk ambil bagian dalam
sukacita-Nya. Caranya adalah dengan membawa sukacita Allah kepada mereka yang
miskin dan menderita dan yang mati dan menolak Allah, supaya mereka merasakan cinta kasih-Nya; orang-orang yang buta
secara batiniah, harus mampu melihat keselamatan yang datang dari Allah;
orang-orang yang tuli dan tidak mau mendengar pewartaan kabar keselamatan Allah
harus bisa membuka telinga bagi warta keselamatan itu; dan bagi orang-orang
lumpuh yang tidak mau peduli dengan keselamatan dirinya dan sesama juga harus
dapat berjalan dan melihat kemuliaan dan semarak Allah.
Semua orang
Kristen dipanggil untuk mampu membawa sukacita dan keselamatan yang dari Allah.
Konsekuensi logis dari para pengikut Kristus adalah mampu menghadirkan Kristus dalam diri orang-orang yang
membutuhkan sentuhan kasih dan terang Kristus dalam kehidupannya. Usaha kita
adalah mewujudkannya sekarang dan saat ini. Sebagai manusia yang rapuh dan
lemah, kita tidak akan mampu mewujudkannya sendiri. Kita membutuhkan bantuan
Allah dan sesama. Maka, mari kita mohon kekuatan dari Allah agar kita mampu
menghadirkan sukacita itu di tengah-tengah mereka yang membutuhkannya. Dan mari
kita berjuang bersama dengan sesama kita dalam mewujudkan Kerajaan Allah di
dunia ini seraya mempersiapkan diri untuk keselamatan pada akhir zaman. Kita
mohon bantuan Bunda Maria untuk mendoakan kita dalam perjuangan menghadapi
penderitaan yang akan kita alami dalam mewujudkan Kerajaan Allah di
tengah-tengah dunia ini. Semoga Bunda Maria dan para kudus senantiasa mendoakan
dan membantu kita. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!