Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan I : Yes 7:10-14
Bacaan II : Rm 1:1-7
Bacaan Injil :
Mat 1:18-24
Ketika seorang
gadis muda hamil di luar nikah, pasti segudang pertanyaan akan muncul: “Apa
yang terjadi dengan gadis itu? Dengan siapa dia bersetubuh? Siapa laki-laki
yang bertanggungjawab?” Dan masih banyak pertanyaan lain. Lebih lagi kalau
seorang gadis yang sedang bertunangan ketahuan bahwa dia sedang mengandung,
tetapi bukan dari tunangannya melainkan dari orang lain. Pasti tunangannya itu
akan mengambil tindakan secepatnya, entah itu membatalkan pertunangan atau
meninggalkannya secara diam-diam. Mengapa? Karena pasti pihak laki-laki dan
keluarga tidak akan mau menanggung aib atau malu karena gadis itu.
Dalam injil
hari ini, ada tiga tokoh yang diceritakan yakni Maria, Yusuf dan Malaikat
Tuhan. Maria dan Yusuf adalah calon suami-istri yang sedang menjalani masa
pertunangan. Dan setelah bertunangan, Maria mengandung (seorang bayi), tetapi
bukan dari Yusuf. Yusuf tidak tahu dengan siapa Maria melakukannya dan dia juga
tidak bertanya kepada Maria untuk mencari penjelasan. Melihat situasi yang
demikian, Yusuf pun diam-diam ingin menceraikan Maria supaya Maria tidak merasa
dipermalukan. Tetapi dalam mimpi, Allah menampakkan diri kepada Yusuf melalui
malaikat-Nya. Malaikat Tuhan menjelaskan segala sesuatunya kepada Yusuf bahwa
anak yang dikandung Maria berasal dari Roh Kudus, bukan dari manusia. Akhirnya Yusuf
pun mengerti dan mau menerima Maria sebagai istrinya. Dan terjadilah demikian.
Apa yang mau
disampaikan melalui ketiga tokoh ini? Yang mau ditonjolkan adalah peran Allah
untuk menyelamatkan manusia. Nubuat tentang kedatangan Immanuel dalam
Perjanjian Lama, telah terpenuhi dalam diri Yesus Sang Penyelamat Perjanjian
Baru. Nabi Yesaya berkata: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia,
Immanuel.” Immanuel merupakan Penyelamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.
Dan Immanuel itu dalam Perjanjian Baru adalah Yesus sendiri yang dikandung dari
Roh Kudus dan dilahirkan dari rahim seorang perempuan muda yang tak kenal dosa
sejak awal mula. Nama perempuan itu adalah Maria. Kelahiran Yesus dari rahim
perawan Maria bertujuan supaya setiap orang dapat melihat kemuliaan Allah dan
akhirnya menggerakkan manusia untuk percaya dan taat pada segala perintah-Nya.
Dalam diri Yesus nyatalah gambaran dan pancaran dari Allah yang tak kelihatan.
Peran Maria
dalam rencana penyelamatan Allah cukup besar. Ketaatan, kerendahan hati,
ketulusan hati, serta kekudusan Maria dipandang Allah sebagai sarana terbaik
untuk menyalurkan rahmat keselamatan kepada manusia. Maria membiarkan rahimnya menjadi
tempat tinggal dan persemayaman Putra Allah, supaya keselamatan manusia dapat
terlaksana. Maria rela mengandung Putra Allah tanpa memperhitungkan konsekuensi
yang akan terjadi setelah itu. Bagi Maria, untuk Allah tidak ada kata “tidak”
atau “menolak”. Kehendak Allah-lah yang pertama-tama yang harus terjadi, baru
kemudian kehendak pribadi. Maria menyadari kekecilan, kekerdilan dan
ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan sehingga dia tidak sanggup atau tidak
berkuasa untuk menolak. Sebaliknya, dia berkata: “Aku ini hamba Tuhan.
Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Mengandung
Putra Allah bukanlah suatu perkara yang mudah bagi Maria. Maria menyadari bahwa
akan banyak penderitaan yang akan diterimanya. Tetapi Maria dengan rendah hati
tetap mau menerimanya sebagai rahmat keselamatan dari Allah. Penderitaan
pertama datang dari Yusuf, calon suaminya. Tanpa sepengetahuan Yusuf, Maria
mengandung. Yusuf sama sekali tidak tahu dengan siapa Maria melakukannya. Dalam
artian tertentu, Maria berzinah. Yang diketahui Yusuf dengan jelas adalah bahwa
bukan dia yang melakukannya. Lalu siapa? Pertanyaan ini kemudian direfleksikan
Yusuf, sehingga dia pun sampai kepada kesimpulan untuk menceraikan Maria secara
diam-diam. Tetapi syukurlah, Yusuf akhirnya sadar bahwa kandungan Maria
bukanlah hasil perbuatan manusia, melainkan dari Roh Kudus. Malaikat Tuhan
datang menjumpai Yusuf dalam mimpi dan menyadarkan dia bahwa itu semua terjadi
karena kehendak Allah. Maka, Yusuf pun tak lagi ragu-ragu mengambil Maria
menjadi istrinya.
Tantangan
selanjutnya adalah nubuat Simeon yang mengatakan bahwa jiwanya akan ditembusi
pedang. Nubuat ini diceritakan pada bab selanjutnya dalam injil Matius. Simeon
menubuatkan bahwa dengan membiarkan Putra Allah tinggal dalam rahimnya dan
dilahirkan olehnya, itu artinya Maria akan menanggung banyak sekali penderitaan
karenanya. Penderitaan yang dimaksud di antaranya adalah, penyingkiran ke
Mesir, penolakan Yesus terhadap orangtuanya ketika ditemukan kembali di Bait
Allah hingga akhirnya Maria melihat Yesus, Putranya sendiri, mati tergantung di
atas salib. Tetapi Maria tak pernah sekalipun meninggalkan kepercayaannya
kepada Allah. Dia tetap setia mendampingi Putranya hingga wafat, meskipun dia
sendiri sangat menderita karenanya. Maria menerima semua itu dengan berkata:
“Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Maria tidak
berpaling dari kehendak Allah. Dia tetap menyatakan diri sebagai hamba Allah
yang taat kepada kehendak-Nya, meskipun dia menderita. Penyerahan diri Maria secara
total kepada Allah mendatangkan rahmat keselamatan kepada manusia dan seluruh
dunia. Sebab Maria yakin dan percaya bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan
hamba-Nya yang percaya kepada-Nya binasa dan menderita. Allah pasti akan
menyelamatkan semua hamba-Nya yang berserah diri kepada-Nya. Inilah rahmat
terdalam dari Bunda Maria yang tak dimiliki oleh siapapun.
Kesetiaan,
ketaatan dan penyerahan diri Maria yang total kepada Allah menjadi model
beriman bagi orang-orang Kristen dewasa ini. Kehendak Allah dan rencana
keselamatan-Nya akan terjadi bila manusia mau membuka diri, membuka hati pada
undangan Allah. Manusia dituntut untuk mampu menyerahkan diri secara total
kepada Allah. Berhadapan dengan Allah, manusia tidak dapat berbuat apa-apa dan
juga tidak akan menghasilkan apa-apa bila menjauh daripada-Nya. Sebaliknya,
bila bersama Dia akan berbuah limpah. Rahmat keselamatan akan terjadi ketika
manusia mampu berkata: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut
kehendak-Mu,” seperti yang telah ditunjukkan oleh Maria dalam seluruh
perjalanan hidupnya di dunia ini. Tanpa mengatakan “Ya” kepada Allah, mustahil
keselamatan akan terjadi. Sebaliknya yang terjadi adalah kebinasaan bila
menolak dan terpisah dari-Nya.
Sebagai orang
beriman, yang sudah dibaptis dalam nama Kristus dan menjadi milik-Nya, apa yang
dapat kita buat? Yang dapat kita buat adalah dengan menunjukkan sikap
penyerahan diri dan ketaatan yang total kepada Kristus serta membiarkan Dia
hadir dan hidup di dalam diri kita. Kristus harus dibiarkan masuk ke kedalaman
batin kita supaya Dia menghidupkan dan menuntun kita kepada keselamatan sejati
yang telah disediakan bagi semua orang yang percaya dan berharap kepada-Nya.
Maka, mari membuka hati dan budi kepada Kristus, supaya Dia mau lahir dalam
diri kita dan memberikan keselamatan kepada kita. Mari kita membiarkan Allah
masuk dan menjiwai seluruh kehidupan kita, sebab dengan cara demikianlah
rencana keselamatan Allah akan terwujud dalam diri manusia. Semoga kita seperti
Bunda Maria mampu menerima Sang Penyelamat dalam diri kita dan menerima
penderitaan sebagai konsekuensi dari para pengikut Kristus. Namun, janganlah
takut sebab Allah akan datang untuk menyelamatkan kita dari segala bahaya dan
penderitaan yang ada bila kita mampu berkata: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah
padaku menurut kehendak-Mu.” Semoga. Amin.
Posting Komentar