Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan I :
Yes 11:1-10
Bacaan II : Rom 15:4-9
Bacaan Injil : Mat 3:1-12
Bertobat sama artinya
dengan beralih dari kebiasaan lama dan memulai kebiasaan baru yang lebih baik.
Bertobat membutuhkan suatu usaha untuk bisa keluar dan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan lama (yang jahat) yang selama ini dilakukan, baik sebagai
rutinitas maupun yang bersifat sementara. Namun, hal yang paling penting yang
mau dilihat dari pertobatan itu adalah peran Allah. Allah-lah yang pertama-tama
berperan, berinisiatif untuk menggerakkan manusia untuk bertobat.
Dalam injil, Yohanes
Pembaptis berseru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat.” Seruan ini
mengajak para pendengar untuk bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruknya.
Ajakan Yohanes Pembaptis ini mendapat tanggapan atau reaksi positif dari para
pendengar. Mereka bertobat dan memberi diri dibaptis setelah mendengar
pewartaan Yohanes Pembaptis tentang kedatangan Kerajaan Allah. Tidak hanya
orang-orang biasa saja yang memberi diri dibaptis, tetapi juga orang-orang
Farisi dan Saduki. Hal yang paling penting yang mau dilihat dari mereka ini
adalah kerelaan dan keterbukaan hati mereka untuk menerima pewartaan Yohanes
Pembaptis yang akhirnya memberi diri untuk dibaptis.
Apa yang mau dilihat
dari pewartaan Yohanes Pembaptis ini. Pertama,
Yohanes Pembaptis adalah seorang pewarta yang mempersiapkan jalan bagi
kedatangan Sang Raja Damai. Yohanes Pembaptis lahir dari seorang ibu yang
dikatakan mandul, yang tidak dapat mempunyai keturunan, yakni Elisabet, dan
ayahnya bernama Zakharia. Dia lahir atas penentuan Allah untuk mempersiapkan
jalan bagi kedatangan Sang Juru Selamat yang sesungguhnya, yakni Mesias. Banyak
orang yang melihat, mendengar dan mengalami hidup dan pewartaan Yohanes
Pembaptis menganggap dia sebagai Mesias yang dinanti-nantikan itu. Tetapi
Yohanes Pembaptis dengan tegas mengatakan: “Bukan aku, tetapi Dia yang akan
datang lebih besar daripadaku, membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Kedua,
reaksi dari para pendengar. Ketika Yohanes Pembaptis mengatakan: “Bertobatlah,
sebab Kerajaan Allah sudah dekat,” orang banyak menanggapi seruan pertobatan
itu dengan memberi diri dibaptis. Semua orang yang mendengarnya mulai sadar
akan apa yang mereka perbuat selama ini dan juga karena penantian akan
kedatangan Mesias terjanji membuat mereka tergerak untuk bertobat dan dibaptis.
Tetapi ketika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan Saduki, Yohanes
Pembaptis menyampaikan kata-kata yang sangat keras: “Hai kamu keturunan ular
beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri
dari murka yang akan datang? Jadi, hasilkanlah buah yang sesuai dengan
pertobatan.” Sesungguhnya, ini bukanlah suatu kritikan terhadap orang-orang
Farisi dan Saduki atas kehidupan mereka selama ini, tetapi lebih pada kata-kata
dukungan dan motivasi yang bertujuan untuk menguatkan mereka dalam menjalani
dan menghayati masa pertobatan mereka. Yohanes Pembaptis memberi mereka suatu
dukungan moral dan kekuatan spiritual supaya mereka kuat dalam mempertanggung-jawabkan
apa yang telah mereka terima, yakni menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan.
Ketiga,
kedatangan Sang Raja Damai. Yohanes Pembaptis mewartakan bahwa akan datang Sang
Raja Damai yang selama ini dinanti-nantikan oleh semua orang. Yohanes Pembaptis
ingin melawan pandangan yang mengatakan bahwa dirinya adalah sang Mesias itu.
Mesias yang sesungguhnya akan datang setelah Yohanes Pembaptis selesai
mempersiapkan segala sesuatu yang
berkenaan dengan kedatangan Sang Raja Damai itu. Baptisan yang diberikannya pun
adalah baptisan pertobatan. Sedangkan baptisan yang diberikan oleh Dia yang
akan datang adalah baptisan Roh dan api. Artinya, Sang Raja Damai akan
menganugerahkan Roh Kudus-Nnya kepada mereka yang mau dibaptis dalam nama-Nya
supaya mereka kuat dan mampu memberi kesaksian di dunia ini tentang iman mereka
akan Allah yang benar.
Yohanes Pembaptis
menubuatkan bahwa Dia yang akan datang akan memerintah dengan damai. Dia datang
untuk membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya dan akan
membersihkan segala bentuk kejahatan dari muka bumi ini. Dia akan mengadili
dengan keadilan dan cinta kasih. Dan keadilan-Nya akan mendatangkan keselamatan
kepada orang-orang yang percaya dan berharap kepada-Nya. Sedangkan bagi orang
yang menolak-Nya akan mengalami kebinasaan. Tanda-tanda kedatangan Sang Raja
Damai ini juga sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Dalam pemerintahan Sang Raja
Damai, segala sesuatu dan semua makhluk akan hidup dalam kedamaian: “serigala
tinggal dengan domba, macan tutul tidur di samping kambing, lembu merumput
bersama singa, bayi bermain di sarang ular beludak…,” Tidak akan ada lagi
pertentangan ketika pemerintahan Sang Raja Damai telah tiba. Yang ada hanyalah
sukacita, kegembiraan dan kedamaian, sebab di dalam diri Sang Raja Damai, Roh
Tuhan selalu tinggal. Dia adalah sumber kedamaian itu sendiri. Yang jahat tidak
akan ada lagi dan segala sesuatu akan dijadikan baik. Itulah saat di mana Sang Raja
Damai memerintah.
Menyambut kedatangan
Sang Raja Damai, perlu persiapan yang matang, supaya pada saat kedatangan-Nya,
semua orang turut mengambil bagian dalam pemerintahan-Nya yang membawa
kedamaiaan. Maka, apa yang perlu dibuat? Pertama,
dengarkan Sabda Tuhan, renungkan, dan carilah apa makna Sabda itu. Sabda Allah
harus menjadi sesuatu yang sangat esensial dalam kehidupan kita sebab dari
sanalah kita memperoleh hidup yang benar. Temukanlah makna atau pesan yang
harus kita laksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan. Bukalah hati dan budi untuk
mampu mengerti dan memahami maksud Allah dalam sabda-Nya.
Kedua,
bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis. Artinya, setelah mendengar dan
merenungkan serta menarik pesan dari Sabda Allah, lakukanlah apa yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan tuntutan Sabda itu. Jangan hanya tinggal
pada situasi mendengar dan merenungkan. Tetapi harus ada aksi atau tindak nyata
dari Sabda yang didengar dan direnungkan itu. Sebagai orang Kristiani,
konsekuensi logis dari baptis adalah menjadi saksi atas kebangkitan Kristus dan
menjadi pewarta sabda-Nya. Seorang Kristen yang sudah menerima baptisan
mempunyai tugas untuk hidup dalam kasih Kristus dan melaksanakan apa yang
dikehendaki-Nya.
Ketiga,
persiapkanlah jalan bagi kedatangan Sang Raja Damai. Mempersiapkan jalan
artinya menyingkirkan segala hal yang dapat menghalangi jalan bagi Sang Raja
Damai. Rasul Paulus mengatakan caranya, yakni dengan membersihkan hati, menyiapkan
diri, dan berdamaidengan sesama. Persiapan itu tidak cukup hanya hal-hal fisik,
hal-hal lahiriah saja, tetapi juga hal-hal yang rohaniah-batiniah. Dan juga
tidak cukup untuk diri sendiri saja, tetapi harus bersama dengan orang lain atau
sesama yang ada di sekitar kita. Pemerintahan Sang Raja Damai akan benar-benar
menjadi damai, bila setiap orang turut mengusahakan dan mewujudkan kedamaian
dalam kehidupan nyata setiap hari.
Seruan pertobatan
Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat” menjadi
tugas setiap orang Kristen. Pertobatan itu mutlak perlu sebagai persiapan akan
kedatangan Kristus, Sang Raja Damai. Kristus akan meraja dan memerintah dengan
damai. Pada-Nya ada tongkat pengadilan yang akan mengadili dengan keadilan dan
kejujuran. Dia akan mengadili setiap orang sesuai dengan perbuatannya.
Orang-orang benar akan dikasihi-Nya, sedangkan orang-orang jahat akan
dibinasakannya. Kerajaan-Nya akan dipenuhi dengan keadilan dan kedamaian.
Pertobatan tidak
terletak hanya pada usaha manusia saja, meskipun sudah mendengar atau menerima
pewartaan Sabda Allah. Yang pertama dari semuanya itu adalah peran Allah.
Allah-lah yang pertama-tama berperan untuk menggerakkan manusia menuju
pertobatan. Dialah yang membuka hati dan budi manusia untuk mewujudkan
pertobatan itu di dalam kehidupan manusia. Allah hadir dan menyentuh manusia
dengan berbagai macam cara, ada yang secara langsung, misalnya disentuh karena
suatu penyakit atau kecelakaan, tetapi juga ada yang secara tidak langsung,
misalnya melalui ajakan orang lain, atau karena melihat kehidupan nyata
orang-orang yang menunjukkan diri sebagai pengikut Kristus. Cara-cara itu
diberikan kepada setiap orang sesuai dengan kemampuannya untuk mencerna dan
melihat tindakan Allah yang menggerakkan manusia untuk bertobat. Usaha yang
kedua adalah dari pihak manusia. Setelah Allah menggerakkan hati dan budi
manusia untuk bertobat, manusia kemudian menanggapi dan mewujudkan pertobatan
itu dalam kehidupannya, yang dalam bahasa penginjil Yohanes adalah memberi diri
dibaptis.
Maka, mari
mempersiapkan diri menyambut kedatangan Kristus, Sang Raja Damai, supaya kita
diikutsertakan untuk mengalami keadilan dan kedamaian serta dapat melihat
kemuliaan-Nya. Mari membuka hati terhadap sabda-Nya, melaksanakan perintah-Nya,
hidup dalam damai dengan segala makhluk, menyingkirkan kejahatan dan hal-hal
yang dapat menjauhkan kita dari cinta kasih Kristus. Mari mohon pada Tuhan dan
Bunda Maria supaya kita kuat dalam menantikan kedatangan Sang Juruselamat, Sang
Raja Damai, yakni Yesus Kristus Tuhan kita yang Mahaagung. Semoga. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!