
Bacaan I :
2Mak 7:1-2.9-14
Bacaan II : 2Tes 2:16-3:5
Bacaan Injil : Luk 20:27-38
Beberapa minggu ke
depan Gereja Katolik akan merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Tahun
ini dirayakan pada 20 November 2016. Bacaan-bacaan yang diperdengarkan kepada
kita semakin mengarah pada akhir zaman, di mana Kristus menjadi Raja atas
seluruh alam semesta. Kepada umat beriman diharapkan suatu refleksi atau
permenungan atas perjalanan hidup selama di dunia ini; bagaimana kesetiaan dan
ketaatan kita kepada perintah Allah. Sebab, hari penyelamatan, yaitu hari di
mana Kristus meraja, sudah di ambang pintu.
Dalam bacaan pertama
dari kitab Makabe diceritakan tentang keberanian tujuh orang bersaudara yang
rela disiksa dan dibunuh demi mempertahankan iman mereka akan Allah dan
kesetiaan pada adat istiadat nenek moyang mereka. Kesetiaan untuk
mempertahankan iman dan adat istiadat inilah yang akhirnya menghantar mereka
pada penyiksaan dan penderitaan yang sangat ngeri. Dan bahkan sebelum mati,
tubuh mereka di cabik-cabik, dipotong-potong. Tetapi hal yang sangat menarik
dari mereka ini adalah mereka tidak takut sedikit pun terhadap kematian dan sama
sekali tidak menyayangkan tubuh mereka. Bahkan dengan gembira mereka menerimanya.
Hal inilah yang membuat raja dan semua orang yang menyaksikan kejadian itu
menjadi tercengang dan geram. Mereka seolah-olah kagum atas sikap mereka
terhadap penderitaan yang tidak mereka anggap sebagai apa-apa.
Ketujuh pemuda bersama
ibunya, bila kita membaca seluruh teks dalam 2Mak 7:1-42, rela disiksa dan
dibunuh demi mempertahankan iman yang benar. Tak ada sedikit pun kegentaran
dalam menghadapi penyiksaan itu. Keyakinan mereka hanya satu, yakni mereka akan
dibenarkan oleh Allah dan akan dibangkitkan pada hari kebangkitan, bila mereka
tetap setia pada Allah. Keyakinan ini membuat mereka bergembira dalam
penderitaan mereka, sebab mereka yakin, bahwa Allah tak akan pernah membiarkan
hamba-hamba-Nya binasa. Dia pasti akan menyelamatkan mereka. Manusia memang
dapat membunuh mereka, tetapi kelak Allah akan memberikan kehidupan kepada
mereka.
Rasul Paulus dalam
suratnya kepada jemaat di Tesalonika juga memberikan penegasan yang sama, yakni
tentang penghiburan yang akan diberikan kepada setiap orang yang setia dan
tetap percaya kepada ajaran iman yang benar. Paulus sadar, bahwa akan ada
banyak pencobaan, siksaan dan penganiayaan dari orang-orang jahat yang tidak
percaya kepada Allah dan yang membenci kepercayaan mereka akan Kristus yang
telah dibangkitkan oleh Allah. Dan karena Paulus memohonkan doa dari seluruh
jemaat agar mereka dikuatkan Allah dalam pewartaan firman Allah ke seluruh
dunia. Di sisi lain,
Paulus juga ingin menguatkan dan menasihati para jemaat supaya jangan pernah
gentar dan takut akan segala sesuatu yang akan menimpa mereka dalam
mempertahankan iman akan Allah. Sebab Allah akan tetap mengasihi dan menguatkan
serta memelihara orang-orang yang senantiasa berpegang teguh pada-Nya serta menjauhkan
mereka dari segala kejahatan di dunia ini.
Dalam Injil Yesus
berkata: “Allah itu bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.”
Kata-kata Yesus ini muncul karena orang-orang Saduki yang tidak percaya akan
adanya kebangkitan atau kehidupan setelah kematian, bertanya: “Apakah di
kehidupan lain, orang juga akan kawin dan dikawinkan?” Dengan tegas Yesus
menjawab: “Tidak. Mereka yang berkenan kepada Allah tidak dapat mati lagi,
tetapi menjadi sama seperti malaikat sebab mereka adalah anak-anak Allah yang
dibangkitkan.” Dengan ini, Yesus hendak mengatakan bahwa kehidupan di dunia ini
sangat berbeda dengan kehidupan di masa mendatang, kehidupan setelah kematian.
Orang di dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi dalam kebangkitan dari
kematian, tidak ada lagi istilah kawin dan dikawinkan, sebab Allah bukanlah
Allah orang-orang mati, melainkan Allah orang-orang hidup. Jadi, mereka yang
sudah dibangkitkan itu, tidak dapat mati lagi, melainkan memperoleh keabadian
seperti para malaikat dan anak-anak Allah yang dibangkitkan.
Allah bukanlah Allah
orang mati, melainkan Allah orang hidup. Seruan ini juga hendak mengatakan
bahwa kemahakuasaan Allah itu sungguh-sungguh berada di luar batas pemikiran
manusia, tak terjangkau oleh alam pikiran manusia. Pada-Nyalah sumber, asal dan
tujuan segala sesuatu, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Dialah yang
berkuasa menghidupkan atau membinasakan. Maka, konsekuensinya adalah, setiap
makhluk harus percaya kepada-Nya bila ingin memperoleh keselamatan.
Dalam kenyataan hidup
sehari-hari, banyak orang yang kurang percaya akan adanya kehidupan setelah
kematian. Ketidakmampuan untuk menerima dan mencerna misteri ilahi inilah yang membuat
banyak orang jatuh pada sikap ateis, tidak percaya kepada Allah dan tidak
peduli akan sikap iman akan Allah. Mereka belum dapat sampai pada pandangan
bahwa Allah itu adalah Allah yang hidup, bukannya Allah yang mati. Mengapa hal
ini bisa terjadi? Penyebabnya adalah karena manusia masih membiarkan dirinya
terkungkung, terpenjara dalam alam pikiran dan keegoisannya sendiri serta pemikiran
tentang dunia ini.
Manusia tidak dapat
atau bahkan tidak mau mencari makna dari misteri ilahi yang nyata dalam seluruh
alam semesta ini. Belum ada semacam konsep bahwa Allah itu adalah Raja atas
semesta alam yang merajai dunia orang hidup dan orang mati. Akibatnya, manusia
berbuat sesuka hatinya dan mulai menganiaya, menindas orang-orang kecil dan
miskin; mencuri, korupsi atau bahkan sampai membunuh. Pikiran manusia terbatas
hanya pada hal-hal yang kelihatan saja, tidak berpikir bahwa Allah itu adalah
sumber kehidupan. Bagi banyak manusia zaman ini, kehidupan di dunia ini adalah
puncak dari segala kehidupan. Kehidupan setelah kematian, tidak ada. Kemajuan
teknologi dan perkembangan zaman menjadi tuhan mereka. Akibatnya, hal-hal yang
berkaitan dengan iman dan ketuhanan mereka tinggalkan. Tidak ada lagi pemikiran
untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang akan datang di akhirat.
Apa pesan yang mau kita
ambil dari ketiga bacaan pada hari ini. Pertama,
kita sebagai orang beriman, harus percaya dan yakin akan adanya kehidupan
setelah kematian. Dengan percaya berarti kita menggabungkan diri dalam rencana
penyelamatan Allah. Dengan demikian, kita mesti hidup sebagaimana dikehendaki
oleh Allah. Kedua, dari pihak kita
sebagai orang yang percaya juga dituntut sikap untuk berani mewartakan kepada
banyak orang bahwa Allah itu adalah Allah yang benar, Allah yang hidup, bukan
Allah yang mati. Caranya adalah dengan hidup sebagai orang-orang kristiani
melalui cara dan tindakan hidup setiap hari. Selain itu, kita juga harus mampu
menjadi pewarta bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta, Raja atas
orang-orang mati dan orang-orang hidup.
Ketiga,
kita mesti rela berbagi dengan sesama di sekitar kita. Arti kebangkitan sejati
adalah ketika kita bisa berpartisipasi dalam menolong dan menghidupkan semangat
orang-orang kecil dan tertindas yang membutuhkan pertolongan kita. Kita mesti
mampu berbuat lebih daripada sekedarnya saja. Bahkan bila memang dituntut, kita
juga harus rela memberikan segala apa yang kita miliki, seperti ditunjukkan dalam
kisah tujuh pemuda bersama ibunya dalam bacaan pertama tadi.
Dan yang terakhir
adalah, kita harus yakin bahwa Allah tak akan pernah meninggalkan semua orang
yang percaya dan berharap kepada-Nya. Dia akan tetap menyertai kita dan hadir
dalam setiap aspek kehidupan kita, meskipun kita tak bisa melihatnya secara
nyata, real. Dia pasti akan selalu ada untuk kita, bahkan pada saat penderitaan
kita pun, Dia selalu hadir. Sebab Dia bukanlah Allah orang-orang mati,
melainkan Allah orang-orang hidup. Mari kita hidup sebagai orang-orang Kristen
sejati dan berharap kelak kita akan diselamatkan dan dibangkitkan pada hari
kebangkitan dan pengadilan anak-anak Allah. Semoga. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!