Fr.
Kristian Nadeak OFMCap
Setiap tahun pada minggu terakhir
bulan November, gereja universal selalu merayakan hari raya Tuhan Yesus Kristus
Raja Semesta Alam. Perayaan ini ditetapkan oleh Paus Pius XI tahun 1925 pada
setiap hari Minggu terakhir bulan Oktober, menjelang pesta semua orang
kudus. Maksud utama perayaan ini sangat spiritual-pedagogis seperti terungkap
melalui ensikliknya “Quas Primas”. Beliau sengaja menantang
Atheisme dan Sekularisme di zamannya dengan menampilkan Kristus sebagai yang
lebih tinggi dan lebih berkuasa dari pada segala kekuatan dunia.
Sejak tahun 1970 perayaan ini
mengalami perubahan penekanan: Kristus lebih bercorak kosmis dan eskatologis.
Oleh karena itu, penempatan tanggalnya pun berubah: bukan lagi pada hari Minggu
terakhir bulan Oktober, tetapi pada hari Minggu Biasa XXXIII/ XXXIV, menjelang
Hari Minggu I Adventus. Jadi, jelas pula sebagai penutup tahun liturgi Gereja.
Kristus adalah Alfa dan Omega.
Injil Tahun A (Mat 25:31-46):
mewartakan kabar kedatangan Putra Manusia dengan kemuliaan untuk mengadili
manusia dengan penuh kasih pada akhir zaman. Dimensi kosmis-eskatologis tampak
jelas disini. Sedangkan Injil Tahun B (Yoh 18:33b-37) tentang Kristus di
hadapan Pilatus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Tampak dimensi
pengalaman mistik umat beriman. Tahun C (Luk 22:35-43): bahwa Kristus yang
tersalib adalah Raja bangsa Yahudi. Dimesi penderitaan Kristus sampai wafat-Nya
di kayu salib menampakkan sekaligus urapan imamat Sang Raja yang mengurbankan
diri sebagai santapan keselamatan abadi.
Prefasi tetap berasal dari susunan
tahun 1925, Kristus adalah Imam abadi dan Raja alam semesta, yang akan
mempersembahkan segalanya kepada Bapa-Nya: “Kerajaan abadi dan universal yakni:
Kerajaan Kebenaran dan Kehidupan; Kekudusan dan Rahmat, Keadilan, Cinta Kasih
dan Kedamaian.”
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!