Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan
I : Keb. 11:22-12:2
Bacaan
II : 2Tes 1:11-12:2
Bacaan
Injil : Luk 19:1-10
Setiap hari kita sebagai manusia sosial,
yang hidup berdampingan dengan orang lain, pasti mengalami berbagai macam
sentuhan, baik itu sentuhan fisik, misalnya sentuhan tangan di tubuh kita,
maupun dengan kata-kata yang membuat kita tersentuh. Ada kalanya sentuhan itu
dapat membawa perubahan dan pengaruh positif serta berbuah, tetapi tak jarang
juga menjadi lebih parah dari keadaan sebelumnya.
Allah dalam bacaan pertama dari
Kebijaksanaan Salomo, digambarkan sebagai Allah yang berbelaskasih dan
Mahapengampun. Bahkan pada saat menghukum pun, Dia tetap berbelaskasih kepada
mereka yang dihukum-Nya. Dia yang berkuasa atas segala sesuatu tidak membenci
orang-orang yang menyimpang dari jalan yang telah ditetapkan-Nya. Tetapi para
pendosa dicintai dan dikasih-Nya senantiasa. Dan cinta kasih-Nya itu
ditunjukkan-Nya dengan menegur dan menghukum mereka dengan sentuhan kasih-Nya.
Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah supaya mereka bertobat dan kembali
kepada-Nya serta menjauhi segala perbuatan jahat yang selama ini mereka
lakukan.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Tesalonika berusaha meneguhkan para saudara seiman yang ada di sana. Dia
berkata: “Karena itu, kami senantiasa
berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi
panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat
baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu sehingga nama Yesus, Tuhan
kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia menurut kasih karunia
Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus (ayat 11-12).” Di sini Paulus hendak
mengatakan bahwa dalam setiap pribadi yang percaya kepada Kristus sebagai
penyelamat, Allah selalu berkarya. Allah akan tetap menyelenggarakan
keselamatan kepada semua hamba-Nya. Dan keselamatan itu akan terjadi bila
sesama saudara saling meneguhkan dan menguatkan dalam doa dan tindakan nyata
setiap hari.
Sentuhan kasih Allah yang menyelamatkan
sungguh nyata dirasakan oleh Zakheus dalam bacaan Injil pada hari ini. Dan
sentuhan itu mengubah seluruh hidupnya secara total, dari yang sebelumnya
berdosa menjadi bertobat dan memperoleh keselamatan dari Allah. Hal yang
menarik dari pribadi Zakheus ini adalah usahanya untuk melihat Yesus dari jarak
dekat tetapi tidak dapat karena tubuhnya pendek. Maka dia berusaha dengan
sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuannya untuk menemukan cara
bagaimana bisa melihat Yesus dari dekat, seperti apakah Dia itu. Satu-satunya
cara yang dapat dia tempuh adalah dengan memanjat pohon di pinggir jalan yang
akan dilewati oleh Yesus pada saat itu. Usaha itu pun berhasil. Dia dapat
melihat Yesus dari jarak yang sangat dekat. Melihat usaha keras dari Zakheus
ini, Yesus pun menyapa dan menyentuh dia dengan kasih-Nya seraya berkata: “Aku harus menumpang di rumahmu hari ini.”
Kata-kata Yesus di atas menyentuh
seluruh aspek kehidupan Zakheus. Dia pun akhirnya bertobat dan kembali ke jalan
yang benar. Hal itu terbukti dari tindakannya membuka diri terhadap orang lain,
membagikan setengah miliknya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali
lipat hak orang yang pernah diperasnya. Berkat sentuhan kasih Yesus, Zakheus
memperoleh keselamatan dari Allah meskipun dia tak pernah menyangka bahwa hal
itu akan terjadi pada dirinya. Zakheus merasa bahwa dirinya tidak layak
menerima Yesus di rumahnya sebab dia adalah seorang pendosa. Tetapi dia toh
tetap mau membuka diri dan akhirnya kehadiran Yesus mendatangkan keselamatan
baginya dan itu membuat dia merasa sangat bahagia serta merasa terbebas dari
kungkungan, dari ikatan dan beban dosa yang selama ini dipikulnya. Saat ini,
dia sudah merasakan rahmat Allah hadir dan menyentuh hidupnya dan karena itu
juga dia mau membuka diri dan berbagi dengan orang lain. Keselamatan yang
diperolehnya tidak disimpannya sendiri, tetapi dibagikan kepada semua orang
yang membutuhkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sentuhan
kasih Allah dapat terjadi dengan berbagai macam cara. Contoh: ketika kita
sedang mengalami krisis/masalah yang datang silih berganti. Terkadang tanpa
kita duga, ada orang yang peduli dengan masalah yang kita hadapi saat itu,
meskipun kita tidak menceritakan kepada mereka sebelumnya. Ada yang datang
dengan membuat lelucon, mengajak rekreasi, dan ada juga yang membantu kita
dengan kesetiaannya mendengarkan keluh kesah kita. Dengan itu, kita sedikit
banyak merasa terbantu. Itulah sentuhan yang secara tidak langsung dari Allah.
Atau ketika kita dalam situasi berdosa, banyak melakukan kejahatan, atau
mengalami nasib sial dan ketahuan mencuri. Akibatnya kita masuk penjara atau
setidak-tidaknya dikucilkan dari pergaulan masyarakat sehari-hari. Pengalaman
tersebut membuat kita merasa ditinggalkan dan dijauhkan. Di penjara atau tempat
kita dikucilkan, Allah dengan cara-Nya sendiri, datang menyapa dan menyentuh
hati kita sehingga kita akhirnya bertobat dan kembali kepada-Nya. Dan masih
banyak contoh lain yang dapat kita tambahkan.
Pesan apa yang dapat kita ambil dari
cerita tentang Zakheus di atas? Pertama,
dilihat dari usaha Zakheus, kita hendaknya jangan pernah lelah atau berhenti
berusaha untuk melihat dan mencari serta menemukan Yesus. Sebagai manusia
pendosa, ketika kita berhenti berusaha, pada saat itu juga rahmat yang ada
dalam diri kita menjadi mati. Tetapi bila kita berusaha sekuat tenaga dan
dengan sepenuh hati serta mengerahkan seluruh kemampuan kita, pasti Allah tak
akan membiarkan usaha kita sia-sia. Dia akan melihat perjuangan kita dan akan
memberkati kita serta memberikan keselamatan kepada kita.
Kedua,
Zakheus ingin melihat Yesus sedekat mungkin. Zakheus bisa saja melihat dari
jauh Yesus itu seperti apa, tetapi dia menginginkan lebih dari pada itu. Dia
ingin melihat-Nya sedekat mungkin. Zakheus tidak puas hanya dengan keadaan yang
biasa-biasa saja. Dia ingin memperoleh kesempurnaan bersama dengan Yesus. Dia
tidak ingin berjuang setengah hati, tetapi dengan sepenuh hati. Jarak sedekat
mungkin artinya, persahabatan atau hubungan dengan Yesus harus dijalin sedekat
dan seintim mungkin, karena hanya dengan cara demikianlah rahmat Allah akan
tercurah.
Ketiga,
keselamatan terjadi melalui sentuhan kasih Allah. Yesus menyentuh kehidupan
Zakheus dengan cara ingin menumpang di rumahnya. Permintaan Yesus itu
ditanggapi dan diterima oleh Zakheus dengan hati terbuka. Zakheus membuka diri
sepenuhnya atas undangan Yesus kepadanya. Dia tidak menutup pintu hatinya
terhadap permintaan Yesus. Dia dengan rela hati menerima Yesus dan membiarkan-Nya
bersemayam di dalam hatinya. Akibatnya adalah, keselamatan pun diperolehnya.
Dan keselamatan itu tidak disimpan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi
dibagikannya kepada orang yang membutuhkan sentuhan kasih Allah dan sesama.
Berkat keterbukaan dan sikap rela berbagai inilah yang menambah kesempurnaan
hidupnya.
Saudara-saudari terkasih, Allah tak akan
pernah membiarkan kita jauh atau terpisah daripada-Nya. Dia datang untuk
mencari dan menyelamatkan yang hilang dari kawanan domba-Nya. Dan ketika
didapat, Dia akan membawa mereka kembali ke pangkuan-Nya. Persoalannya ialah,
apakah kita mau membuka diri terhadap sapaan Allah dan rela berbagi dengan
sesama yang membutuhkan uluran tangan kita? Mari kita belajar dari Zakheus yang
ingin melihat Yesus secara lebih dekat dan membuka hati kepada undangan Allah
yang ingin menyelamatkan kita. Mari kita mohon bantuan dan doa-doa Bunda Maria
agar kita mampu membuka diri terhadap Allah yang datang mencari dan
menyelamatkan kita para pendosa. Dan mari kita meniru Bunda Maria dalam
semangat berbagi dengan sesama yang membutuhkan seperti telah dilakukannya kepada
Elisabet, saudaranya. Rahmat Allah kiranya membantu dan menguatkan kita dalam
perjuangan kita setiap hari. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!