Dalam suatu negara,
negara itu dapat maju dan berkembang jika ada perangkat-perangkat yang
menduduki posisi yang baik dalam pemerintahan. Perangkat yang dimaksud di sini
ialah pejabat-pejabat pemerintahan. Pejabat yang diberi kuasa untuk mengayomi
masyarakat seharusnya menjalankan tugasnya sesuai dengan yang dituliskan dalam
undang-undang negara tersebut. Namun, dalam kenyataannya banyak yang tidak
menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu contoh ialah pejabat yang
mengurusi urusan agama. Jika direnungkan, mereka yang mengurusi agama
seharusnya menjalankan tugasnya dengan baik karena tugas yang diemban ialah
yang berhubungan dengan iman kepercayaan masyarakat. Kenyataan justru
sebaliknya, mereka memamfaatkan jabatan itu untuk memperkaya diri
masing-masing. Mereka sangat terhormat di tengah-tengah masyarakat tetapi hati
mereka menyimpan berbagai macam cara untuk mengelabui masyarakat bagaimana
supaya dapat menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Pejabat-pejabat lain
juga mendapat pandangan yang sama. Di hadapan masyarakat mereka sungguh
terpandang dan disegani masyarakat, akan tetapi hati mereka kadang lebih tajam
dari pedang bermata dua yang menindas masyarakat miskin demi kepentingan diri sendiri.
Injil pada hari ini berbicara tentang kaum Farisi dan janda miskin. Kaum Farisi
yang digambarkan dalam Injil hari ini sungguh mirip dengan para pejabat yang
kita kenal saat ini yang menyalahgunakan jabatan tersebut. Kaum Farisi yang
dilukiskan penginjil hari ini memiliki sifat-sifat tertentu, yakni mereka suka
berdoa di pinggir kota, suka menerima penghormatan di kota, suka duduk di di
tempat terdepan di rumah ibadat, ditempat terhormat dalam perjamuan tetapi
mereka hanya mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sikap
seperti kaum Farisi ini sering kita jumpai di tengah-tengah kehidupan kita
terutama mereka yang diberi mandat untuk memimpin masyarakat. Tidak jarang kita
jumpai bahwa mereka kerapkali memberi janji-janji yang membuat masyarakat
merasa yakin akan janji-janji yang mereka ungkapkan. Kita tidak sadar bahwa
mereka membuat janji hanya untuk mengelabui mata kita.
Kisah seorang janda
yang memberikan persembahan, dua peser uang ke kotak persembahan mendapat
perhatian khusus dari Yesus Kristus. Persembahan yang diberikan janda miskin
tersebut merupakan penghasilannya yang didapat satu hari itu. Jadi jika
dihitung, janda tersebut memberikan seluruh penghasilannya kepada Allah.
Sementara orang kaya memberikan dari kelimpahannya. Bagi Allah, bukan jumlah
yang utama, melainkan kerelaan dan keterbukaan hati untuk memberi. Kita sebagai
pengikut Yesus Kristus, pantas kita renungkan perbuatan janda miskin yang
dilukiskan dalam Injil hari ini. Adakah di antara kita yang berbuat seperti itu
? kita sebagai orang-orang kristen sering kita memberikan persembahan atau
bantuan demi perkembangan gereja. Di samping itu juga banyak saudara-saudara
kita yang miskin yang kadang kita lupakan. Pernahkah kita membantu mereka
seperti yang kita lakukan untuk membantu gereja ?
Negara kita adalah negara
yang kaya akan sumber daya alam tetapi kekayaan itu hanyalah dinikmati oleh
segelintir orang saja yang selalu berkekurangan tanpa memikirkan orang yang
miskin. Orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin karena
ketidakadilan. Masusia kadang tidak sadar bahwa kita semua sama di hadapan
Tuhan. Tuhan yang Mahabaik akan melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka yang
dengan tulus ikhlas karena imannya kepada Allah. Bukan soal banyaknya
persembahan yang kita masukkan ke kotak persembahan tetapi kerelaan dan
keterbukaan hati untuk memberikan. Tuhan akan selalu melimpahkan pahala-Nya
kepada mereka yang percaya dan yang menaruh harapan kepada-Nya. Tanda kemurahan
Allah kepada manusia adalah Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal ke dunia untuk
menyelamatkan manusia dari segala dosa-dosanya. Keterbukaan dan kerelaan hati
bagi rahmat Tuhan sangatlah penting karena dengan keterbukaan dan kerelaan hati
kita akan memperoleh hidup yang kekal.
(Fr. Thomas Lumban Gaol
OFM Cap)
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!