Di
zaman modern ini banyak orang sibuk dengan berbagai kebutuhan badani, yang
membuat orang lupa kepada penciptanya. Manusia sibuk dengan diri sendiri,
hanyut dengan kenikmatan duniawi dan selalu tidak puas dengan apa yang sudah
diperoleh.
Dalam injil dilukiskan kisah Nuh (ay. 26). Di
zaman Nuh banyak orang sibuk akan hal-hal dunia, hidup glamor dan tidak peduli
akan hari dan saatnya Tuhan datang (Kej. 6), begitu juga dengan di zaman Lot orang
lupa kepada Tuhan (Kej 19). Kisah Nuh dan Lot itu merupakan gambaran cara hidup
manusia zaman sekarang yang bersikap acuh tak acuh menghadapi bahaya dan
hukuman pada akhir zaman. Sikap acuh tak acuh timbul karena pikiran manusia sudah
terformat kepada hal-hal duniawi.
Dalam
perikop ini manusia diingatkan supaya jangan melekat dengan harta duniawi. Soal
keselamatan jiwa tidak ada sangkut pautnya dengan harta duniawi. Harta duniawi
dari dirinya tidak dapat menyelamatkan manusia. Orang yang melekat pada harta
miliknya akan berusaha untuk menyelamatkannya dan demi harta ia akan rela
kehilangan dirinya. Salah satu contoh adalah istri Lot, terlalu melekat pada
harta kekayaannya di Sodom. Sehingga pada saat murka Tuhan menimpa Sodom, ia
tidak diselamatkan.
Yesus memberi contoh berikutnya bahwa bila ada
dua orang di tempat tidur yang satu akan dibawa yang lain akan ditinggalkan. Bila
ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang yang seorang akan dibawa yang
lain akan ditinggalkan. Itu berarti bahwa keselamatan tidak juga ditentukan
oleh bagaimana manusia berelasi dengan orang-orang di sekitarnya, bukan juga ditentukan
oleh ciri-ciri lahiriah. Keselamatan ditentukan berdasarkan pengetahuan Allah
tentang hati manusia.
Dalam
keadaan seperti itu Yesus menganjurkan supaya jangan lengah, melainkan hiduplah
dalam keadaan siap sedia dan berjaga-jaga. Siap sedia dan berjaga-jaga berarti
hidup bijaksana dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sikap berjaga-jaga juga
berarti selalu menjalin relasi yang baik dengan Tuhan dalam berdoa yang tak
jemu-jemu. Orang yang menjalin relasi dengan Tuhan berarti ia hidup dalam Tuhan
dan memperoleh keselamatan, ketika Anak Manusia datang. Orang yang hanyut
dengan kenikmatan duniawi ini akan dibinasakan pada akhir zaman.
Fr. Kasimirus Sitompul, OFM Cap
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!