1Mak
6:1-13 Mzm 9:2-4.6.16.19 Luk 20:27-40 (
“Hidup untuk Allah, Bukan untuk Dunia”
Pengantar
Hidup manusia mudah tergoda
untuk mengejar kuasa, harta, dan pengakuan duniawi. Namun, hidup yang sejati
bukan ditentukan oleh apa yang kita miliki, melainkan oleh kepada siapa kita
menyerahkan hidup kita. Bacaan hari ini menantang kita untuk memilih hidup yang
berorientasi pada kehendak dan kerajaan Allah, bukan pada keinginan duniawi
yang rapuh dan sementara.
1. Inti Bacaan Pertama – 1Mak 6:1-13
Raja Antiokhus, yang dahulu
sombong dan menghina Allah serta umat-Nya, akhirnya jatuh dalam kesengsaraan
dan menyadari kesalahannya. Ia mengakui bahwa semua penderitaannya adalah
akibat kesombongan dan tindakannya yang melawan Tuhan. Pada titik kehancuran,
ia akhirnya mengerti bahwa hidup manusia ada dalam tangan Allah, bukan dalam
kekuasaan manusia.
Inti
pesannya: 1) Kesombongan dan kejahatan membawa kehancuran; 2) Kekuasaan
dunia tidak mampu menyelamatkan manusia dari konsekuensi dosa; 3) Pertobatan,
meskipun terlambat, adalah pengakuan bahwa hidup bergantung pada Allah.
2. Inti Bacaan Injil – Luk 20:27-40
Yesus menanggapi orang Saduki
yang tidak percaya kebangkitan. Ia menegaskan bahwa Allah adalah Allah orang
hidup, bukan orang mati. Mereka yang layak menerima hidup kekal menjadi seperti
malaikat dan hidup dalam relasi penuh dengan Tuhan. Kebangkitan bukanlah
kelanjutan hidup duniawi, tetapi realitas baru di mana Allah menjadi segalanya.
Inti
pesannya: 1) Kebangkitan adalah realitas iman, bukan konsep manusiawi; 2) Hidup
kekal adalah tanda kasih Allah bagi mereka yang setia; 3) Allah hidup dan
menyelamatkan mereka yang berharap kepada-Nya.
3. Korelasi Kedua Bacaan
Kedua
bacaan menunjukkan kontras antara hidup yang berorientasi pada dunia dan
hidup yang berorientasi pada Allah. Antiokhus menggambarkan hidup yang
dikuasai ambisi dan kesombongan, yang akhirnya berakhir dengan kehancuran dan
penyesalan; dan Yesus justru mengarahkan kita pada hidup yang berfokus pada
keselamatan kekal dan hubungan dengan Allah.
Santa Sesilia, yang kita
peringati hari ini, adalah contoh nyata orang yang memilih hidup untuk Allah.
Ia mempertahankan imannya meski harus membayar dengan nyawanya. Keberaniannya
menunjukkan bahwa martir sejati hidup bukan untuk dunia ini, tetapi untuk
Tuhan.
4. Pesan Pastoral
1) Hidup
duniawi hanya sementara; marilah menata hidup dalam perspektif kekekalan.
2) Kesombongan
dan pencarian kuasa akhirnya tidak memberi kehidupan, tetapi kesetiaan kepada
Tuhan memberi sukacita yang kekal.
3) Pertobatan
selalu mungkin, tetapi jangan menunggu sampai terlambat.
4) Hidup
yang taat, murni, dan penuh iman seperti Santa Sesilia adalah kesaksian bahwa
Allah layak diperjuangkan.
5) Marilah
memilih hidup yang mengarah pada kebangkitan dan kemuliaan Allah, bukan pada
kesia-siaan dunia. (psl)




Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!