Senin, 16 September 2024, PW St. Kornelius dan St. Siprianus
1 Kor 11:17-26
Luk 7:1-10
Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. (Luk 7:1-10)
Membangun Sikap Saling Percaya dan Saling Menghargai
Saudara-saudari terkasih, dalam renungan hari ini, saya mengajak kita bermenung atas sikap antara dua tokoh penting dalam perikop Injil, yakni antara Perwira dari seorang Hamba yang sedang sakit dan Yesus Tuhan kita. Kedua tohoh tersebut memiliki sikap saling percaya dan saling menghargai, yang merupakan sikap penting yang harus kita jadikan sebagai milik kita.
Sang Perwira pasti telah mendengar berbagai informasi tentang diri dan karya Yesus, secara khusus kuasa ilahi Yesus hingga dapat menyembuhkan berbagai orang sakit . Oleh karena itu, di saat hambanya jatuh sakit dan hampir mati, ia menyuruh beberapa orang-orang tua Yahudi untuk meminta Yesus datang menyembuhkannya. Pastilah Sang Perwira percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan hambanya. Kepercayaan si perwira semakin tampak tatkala ia menyampaikan pesan kepada Yesus untuk tidak perlu masuk ke rumahnya, melainkan dengan bersabda saja untuk menyembuhkan hambanya. Sangat jelas bahwa sang perwira sangat percaya dan sangat menghargai kuasa Ilahi dalam diri Yesus Kristus. Ia merasa tak perlu lagi merepotkan Yesus untuk datang ke rumahnya, sebab ia sangat percaya bahwa Yesus bisa melakukan penyembuhan walaupun dari tempat jauh. Dan, akhirnya, terjadilah demikian.
Di sisi lain, Yesus juga tampil sebagai pribadi yang sangat menghargai iman dan keyakinan sang perwira. Yesus menunjukkan penghargaannya atas pribadi sang perwira dengan berkata, “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!”. Yesus kagum atas iman perwira tersebut. Dan akhirnya Yesus pun menyembuhkan hamba sang perwira, yang dengannya terjadi keselamatan
Lewat peristiwa dan sikap kedua tokoh penting ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa sikap saling percaya dan saling menghargai akan melahirkan sukacita, kebahagiaan dan keselamatan. Apalagi sikap tersebut terjadi di dalam diri orang-orang yang percaya akan Kristus. Kiranya kita juga mengharapkan hal yang sama. Kita rindu bahwa sukacita dan kebahagiaan selalu terjadi di rumah, keluarga dan tempat kita. Untuk itu, kita mesti membangun sikap saling percaya, dan kesanggupan untuk mengapresiasi. Perlu sikap saling percaya dan saling mengapresiasi antara suami dan istri, orang tua dan anak, antara anggota komunitas, antarumat satu lingkungan dan satu gereja, antara rekan satu pekerjaan, dan lain sebagainya. Semoga kita dapat mewujudkannya! Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!