Kamis, 5 September 2024, Biasa
1Kor 3:18-23
Luk 5:1-11
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)
Bertolaklah Lebih Dalam!
Sungguh mengagumkan animo warga negeri kita Indonesia, khususnya umat Katolik, menyongsong kedatangan Sri Paus Fransiskus mengunjungi umat Allah di negeri kita. Sejak kedatangan Sri Paus dipastikan, panitia sibuk mempersiapkan aneka hal. Sejak tiga hari yang lalu, sekurang-kurangnya demikian, banyak orang berbondong-bondong ke Jakarta untuk menyambut dan merasakan animo kehangatan bersama Sri Paus dalam audiensi dan Perayaan Ekaristi yang akan dipimpin oleh Sri Paus sendiri. Panas dan macetnya kota Jakarta tidak sedikitpun menghalangi semangat banyak orang untuk pergi ke sana, bahkan hingga menggunakan penerbangan dari berbagai penjuru nusantara. Tentu semua itu dilandasi oleh semangat iman, ingin merasakan karya kesalamatan dan kasih kegembalaan Allah lewat hambaNya Sri Paus. Semua orang akan datang mendekat kepada Sri Paus untuk mendengarkan Sabda Tuhan yang akan menjadi penuntun dan pijakan hidup. Gerakan massal mengerumuni Sri Paus seperti terjadi hari-hari ini dan masih akan terjadi lagi di tempat lain, tepat seperti terjadi pada masa Yesus di saat Dia berdiri di Pantai Genesaret, dikerumuni orang banyak yang ingin dekat dengan Yesus.
Dapat dibayangkan bahwa selain peneguhan iman umat lewat kehadiran, Sri Paus akan terus mendorong umat untuk semakin menghayati atau menghidupi imannya, sekalipun menghadapi aneka tantangan. Pesan “Bertolaklah lebih dalam” seperti disampaikan Yesus dalam Injil hari ini, juga pasti mendapat tempat tertentu dalam mengarungi perjalanan iman kita. Kita mesti bertolak lebih dalam untuk menghayati kesederhanaan seperti dihidupi oleh Sri Paus, seturut teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Kita telah menyaksikan kesederhanaan Sri Paus, mulai dari penyambutannya, hingga pemakaian kendaraan yang membawanya di kota Jakarta. Kita juga telah melihat kelembutan kasihnya kepada orang-orang terpinggir lewat pertemuan dengan anak-anak panti asuhan. Sri Paus pasti tidak sekedar show on, tetapi mengajak kita untuk bertolak lebih dalam menghayati semangat kesederhanaan sebagai murid Kristus. Kita perlu hidup sederhana, dan dekat dengan orang sederhana, kaum miskin dan terpinggirkan.
Kita sadar dan tahu bahwa maksud kedatangan Sri Paus ke negeri kita juga hendak menegaskan pentingnya membangun perdamaian dan toleransi dengan sesama yang berbeda dengan kita. Ini sesuai dengan situasi negeri kita yang terdiri dari berbagai bahasa, suku, agama dan budaya. Dalam semangat toleransi kita membangun perdamaian dengan semua orang, dan juga dengan alam semesta. Selam aini memang kita sudah rajut dan bangun. Akan tetapi, kita perlu meningkatkannya agar dunia semakin lebih baik lagi. Kita perlu membangun sejarah yang lebih baik, sehingga kelak bisa ditiru oleh generasi berikut. Untuk itu, pesan “Bertolaklah lebih dalam!” sangat tepat disampaikan dan direnungkan kembali. Memang, agar kehidupan beriman kita semakin berbuah, kita harus bertolak lebih dalam. Kita harus semakin dekat dengan Allah Bapa bersama Yesus Sang Putra. Kita juga harus semakin sederhana dan menghidupi pesanNya seperti disampaikan dalam Injil, dan kita harus semakin menghidupi dan mewartakan perdamaian dengan semua orang. Sekali lagi.. “Bertolaklah lebih dalam…!” Tuhan memberkati ! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!