Sabtu, 13 Juli 2024, Biasa
Yes 6:1-8
Mat 10:24-33
Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 10:24-33)
Tidak Perlu Takut
Setiap orang mungkin pernah mengalami ketakutan. Jenisnya bermacam-macam: takut terhadap ular, kalajengking, lipan, harimau, ketinggian, badai, orang berjenggot, polisi, tentara, kematian, figur orang yang menyeramkan, dan lain sebagainya. Seseorang takut bisa karena kerap diancam atau ditakut-takuti, pengalaman traumatis, atau memang karena sekedar tidak merasa nyaman.
Dalam Injil hari ini Yesus memberi wejangan agar kita tidak takut terhadap orang yang dapat membunuh tubuh. Rasa takut hanya perlu terhadap yang dapat membunuh jiwa, yakni Tuhan Sang pemilik kehidupan. Wejangan ini diberi Yesus sebab Ia melihat bahwa sebagian murid takut karena dengan menjadi pengikut Yesus mereka mengalami penolakan dan penganiayaan. Memang, dengan menjadi murid Yesus, kita terkadang mengalami ancaman atau intimidasi, hingga bahkan sungguh kehilangan nyawa. Karena itu, Yesus menyadarkan kita bahwa nyawa bisa memang bisa dihilangkan seorang pembenci Kristus dan ajaranNya. Namun, jiwa seorang pengikut Kristus tidak di tangan penghilang nyawa, tetapi tetap ada dalam genggaman Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut terhadap ancaman nyawa, tetapi berserah kepada Tuhan, dan selalu mau bersaksi dan berkorban demi perkembangan Kerajaan Allah di bumi ini.
Pengalaman Nabi Yesaya dalam bacaan pertama bisa menjadi inspirasi bagi kita. Awalnya, Yesaya takut untuk menjalankan tugasnya sebagai nabi atau pewarta kehendak Tuhan. Dia takut dikucilkan dan dibunuh oleh penguasa yang kejam pada masanya. Namun, akhirnya dia menjadi berani. Dia berubah menjadi hanya takut pada Tuhan. Oleh karena takut akan Tuhan, maka dia berani menjadi corong untuk mewartakan sabda dan kehendak Tuhan, sekalipun mendapat ancaman dan intimidasi dari penguasa.
Kita pun hendaknya meniru semangat dan teladan Yesaya, serta Yesus Kristus. Nabi Yesaya dan Yesus Kristus tidak pernah takut mewartakan sabda dan kehendak Tuhan, sekalipun mendapatkan penolakan dari rejim penguasa. Dengan ketidaktakutan, nabi Yesasa mampu menjalankan tugasnya dengan baik sampai akhir. Demikian juga dengan Yesus. Kendati harus menderita dan mati di salib, Yesus tidak pernah takut dan mundur. Ia terus berjuang mewartakan Kerajaan Allah hingga saat akir hidup. Sesungguhnya, figure para martir juga menghidupi pesan sabda Tuhan hari ini. Semoga kita juga menghidupi dan meniru semangat yang sama. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!