
Upaya-upaya pastoral pendampingan keluarga yang telah ditempuh selama 15 tahun sebagai uskup sudah cukup banyak diberi perhatian. Tidak berhenti disana, Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga selaku penerus penggembalaan gereja keuskupan agung medan sejak 22 Februari 2009 tetap memperhatian hasil buah sinode sebelumnya. Beliau bahkan menetapkan setiap minggu ke 2 Oktober sebagai Minggu Keluarga khusus untuk keuskupan agung medan ini. Hal itu termuat dalam surat gembala yang diterbitkan tahun 2009 dengan mengangkat tema: Keluarga Sebagai Persamaian Nilai-Nilai Kehidupan. Atas perhatian ini, Uskup Anicetus menetapkan setiap bulan Juli sebagai Hari Kaum Muda (youth day). Selain itu juga, pendidikan asrama digalakkan, peduli terhadap pencegahan dan penanggulangan korban narkoba. Diberbagai kesempatan lain, juga tetap menghimbau semua kalangan agar sekuat tenaga membina anak-anak, kaum muda dan keluarga.
Atas perhatian diatas, mungkin kita boleh bertanya, seberapa penting kehidupan keluarga ditengah tengah gereja sehingga bergitu banyak menyita perhatian gereja?
Kemudia apa yang harus dibuat gereja terhadap keluarga ini supaya kekwatiran itu terjawab?

Untuk itu apa yang harus lakukan oleh keluarga? Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga: pertama: pentingnya keluarga yang baik. Situasi keluarga yang kondusif akan membentuk pola pikir anak-anak yang masih dalam proses pembentukan kepribadian. Kedua,
Membiasakan untuk melakukan dialog didalam keluarga dan menjaga relasi keterbukaan di dalam keluarga. Perlu diperhatikan bahwa jika diantara anggota keluarga membiasakan diri untuk permisi, jika salah seorang ke luar rumah maka akan tercipta mental saling menghargai. Ketiga, menjadikan keluarga sebagai sumber sukacita. Sukacita yang memancarkan kegembiraan ditengah kehidupan sehari hari.
Ada sebuah tradisi di dalam gereja katolik yang akhir-akhir ini kurang mendapat tempat ditengah tengah keluarga katolik yakni Kebiasaan Berdoa Ditengah Keluarga. Banyak keluarga membangun dasar hidup keluarganya dengan membiasakan berdoa tetapi masih banyak juga dijumpai yang kurang memberi diri pada doa.
Berdoa banyak jenisnya. Ada yang sifatnya liturgis dan ada juga sifatnya devosional. Sebagai keluarga rasanya cukup dengan doa yang sederhana seperti doa Angelus pada jam 6 pagi, 12 siang, dan 18.00 sore (bisa dilihat madah bakti). Berdoa sebelum makan, berdoa Rosario dan praktek devosi devosi yang lain. Kiranya bila ditengah keluarga membiasakan berdoa bersama, pastilah dengan sendirinya anak-anak akan mudah diatur, diarahkan dan mendengarkan nasehat nasehat baik dari orang tua atau yang lebih tua darinya.
Kemajuan jaman ini seringkali membawa dampak negatif kepada perkembangan anak anak. Tentu hal ini disebabkan karena orangtua kurang memberi diri dan waktu untuk anak. Jangankan berdoa bersama, menyapa anak pun ketika kembali dari tempat kerja kurang diperhatikan. Sadar tidak sadar anak-anak merasa kurang diperhatikan dan akhirnya mereka mencari konpensasi dengan ikut ikutan dengan temannya. Karena itu, tidak heran kalau anak-anak sekarang mempunyai gaya hidup yang mengkwatirkan bahkan menggunakan narkoba menjadi tren hidup. Mereka tidak bisa membedakan mana yang baik sebab anak tidak mendapatkan perhatian dari orang tua.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!