
Allah senantiasa memperhatikan setiap pertumbuhan umat-Nya, walau tanggapan umat tidak seperti yang diharapkan-Nya. Namun Allah tetap Allah penolong dan sumber damai sejahtera seperti peneguhan Paulus kepada jemaat di Filipi yang mudah cemas dan khawatir. Gereja pun dipanggil untuk melaksanakan kehendak Allah dengan menggarap kebun anggur-Nya, dengan terus memurnikan hidup batin dari unsur-unsur yang menjauhkan kehadiran Yesus.
Ketiga bacaan hari ini mengisahkan tentang bagaimana cinta kasih Allah yang senantiasa sabar terhadap perlakuan seluruh umat-Nya. Sejak awal, Allah telah menunjukkan cinta itu melalui perlindungan, berkat dan rahmat yang telah diterima oleh setiap orang. Allah tetap menjaga, melindungi dan memelihara seluruh umat-Nya tanpa terkecuali supaya manusia dapat sampai pada kesadaran bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadi pemilik segala sesuatu, terutama kehidupan. Karena itu, sebagai umat yang telah ditebus oleh Kristus melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, manusia dituntut untuk menyadari panggilan masing-masing yakni menjadi penggarap-penggarap kebun anggur yang menghasilkan buah limpah.
Perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus merupakan suatu analogi tentang Allah yang menyerahkan kepada manusia suatu pengelolaan atas kehidupan. Tuan atau pemilik kebun anggur itu adalah Allah sendiri; penggarapnya adalah manusia; kebun anggur adalah hidup manusia itu sendiri. Sebagai pemilik kebun anggur kehidupan, Allah tentu ingin agar kebun anggur itu berbuah banyak dan terhindar dari segala ancaman. Maka, Dia mendirikan menara jaga dan membuat pagar di sekelilingnya supaya kebun anggur itu merasa nyaman dan dapat menghasilkan buah. Dia juga mencangkul dan memberi pupuk demi pertumbuhan kebun anggur itu. Pemeliharaan kebun anggur itu dipercayakan kepada manusia dengan harapan akan menghasilkan buah berlimpah. Artinya, manusia hanya diberi tugas sebagai pengolah dan bukan pemilik, sebab hanya satu yang menjadi pemiliknya, yakni Allah sendiri.Maka, manusia harus senantiasa menjaga dan memeliharanya dengan baik dan bukan merusaknya.

Seringkali kita merasa bahwa kitalah yang menjadi pemilik kehidupan ini. Kita berpikir bahwa kitalah yang berkuasa atas seluruh hidup kita tanpa ada intervensi atau campur tangan dari Allah. Karena konsep yang demikian, kita cenderung menyalahgunakan kehendak bebas yang diberikan Tuhan. Akibatnya, kehidupan kita tidak lagi sesuai dengan kehendak Tuhan dan selalu bertentangan dengan-Nya, sehingga pada akhirnya kita menjadi penggarap kebun anggur yang tidak baik dan bahkan menghasilkan buah anggur yang asam. Dengan demikian, kita tidak lagi berguna, selain dibuang dan dibinasakan. Karena itu, kita harus lebih sungguh menyadari bahwa kita hanya dipercayakan untuk mengolah kehidupan supaya berkenan kepada Allah. Jika anugerah sebagai pribadi yang secitra dengan Allah dijadikan sebagai jalan untuk menjadi “sama” dengan Allah yang dapat memiliki kehidupan secara utuh, itu artinya kita akan menuai kematian bagi diri sendiri. Sebab hanya satu pemilik dan pemberi kehidupan, yakni Allah. Dari-Nyalah kehidupan dan kepada-Nyalah kehidupan itu akan kembali.

Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!