Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Hak itu dalam artian tertentu dapat berupa “upah” atau balas jasa atas kewajiban yang telah dilaksanakannya, tetapi dapat juga berupa hak yang melekat dalam pribadi manusia itu sejak awal, misalnya hak untuk hidup, hak untuk kebebasan beragama, hak untuk pendidikan yang layak, dan sebagainya. Sedangkan kewajiban merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan guna memperoleh upah yang layak atau membalas kebaikan dan anugerah yang telah diterima. Hak dan kewajiban harus selalu sejalan.
Dalam injil, Yesus mengajak kita semua untuk memberikan apa yang menjadi hak kaisar dan yang menjadi hak Allah. Dalam konteks ini, Yesus ingin memberi penegasan bahwa antara kehidupan di dunia dan kehidupan ilahi seharusnya sejalan. Bila penguasa dunia ini menuntut suatu hal yang harus dipenuhi oleh seluruh rakyat, maka itu harus diberikan. Sebagai contoh, Negara menjamin keamanan atau menyediakan berbagai fasilitas dan infrastruktur bagi seluruh masyarakat. Maka, masyarakat yang mengalami kenyamanan dan kebaikan ini harus membayarnya dengan cara yang telah ditentukan pemerintah, misalnya dengan membayar pajak atau tagihan listrik. Demikian halnya dalam hubungannya dengan Tuhan. Segala sesuatu yang baik yang telah diterima oleh manusia dari Allah, seperti alam semesta dan terutama nafas kehidupan, semuanya itu harus dibalas sesuai dengan apa yang telah dituntut oleh Allah. Misalnya dengan mencintai Allah dan sesama serta memelihara alam semesta dan mensyukuri kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Itulah sebagai bentuk balasan manusia terhadap rahmat Allah yang telah diterimanya. Dan manusia wajib memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya.
Perintah untuk memberikan apa yang menjadi hak kaisar dan yang menjadi hak Allah merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua manusia sebagai makhluk insani dan makhluk rohani. Yang satu tak dapat dilepaskan dari yang lain atau yang satu tidak boleh lebih diutamakan tetapi yang lain diabaikan. Bagi kita orang Kristen, kedua tuntutan ini harus dihidupi secara bersamaan. Kita tidak boleh hanya melakukan apa yang menurut kita sesuai dengan tuntutan iman kepada Allah tapi mengabaikan tuntutan pemerintah, sebab kita ini masih hidup di tengah-tengah dunia bersama dengan orang lain.
Maka, usaha kita untuk menunjukkan kesejajaran itu adalah dengan memberikan yang terbaik kepada Allah melalui pelayanan di dunia ini. Inilah bentuk iman kita kepada Allah. Tetapi yang pertama harus kita lakukan adalah perintah Allah lalu kemudian merealisasikannya dalam kehidupan setiap hari. Mengapa? Karena pertama-tama Allah telah memberikan kita rahmat kehidupan dan telah menciptakan dunia ini untuk kita huni. Dari-Nya lah segala sesuatu berasal dan kepada-Nya pula segala sesuatu harus dikembalikan. Dunia menjadi tempat kita berpijak dan mengalami cinta Allah di dalamnya. Di dunia ini, Allah memberikan para pemerintah atau pemimpin yang dapat membantu kita mengalami rahmat Allah dan semakin mengarahkan kita pada kesadaran bahwa hanya Dialah Allah yang benar dan Mahakuasa. Jadi, sejak awal dan sampai selama-lamanya, Allah-lah yang harus menjadi tujuan hidup kita. Dia yang memberikan dan menanamkan iman dalam hati kita masing-masing, harus kita balas dengan melakukan apa yang Dia kehendaki.
Kehidupan iman kita di dunia ini menjadi gambaran kehidupan kita kelak bila kita telah beralih dari dunia ini. Maka, kita harus hidup dalam iman yang benar yang berdasar pada Sabda Allah dan dinyatakan dalam kehidupan setiap hari. Kita tidak dapat mencintai Allah bila kita membenci dan mengabaikan sesama. Atau kita juga tidak dapat mengatakan taat kepada Allah, tetapi tidak mengikuti perintah dari para pemerintah yang mengarahkan kita kepada Allah. Bukankah para pemimpin dunia ini merupakan “utusan” Allah yang akan membantu kita mengalami kehadiran Allah lewat segala hal yang baik yang ada di dunia ini?
Tetapi sering dalam kehidupan sehari-hari kita berpikir bahwa yang paling penting di dunia ini adalah kehidupan iman sehingga mengabaikan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Atau sebaliknya, kita malah lebih mencintai dunia ini daripada mencintai Allah. Yesus berkata: “berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.” Dengan perintah ini, jelas sudah bahwa Allah menghendaki kita untuk memajukan serta melestarikan kehidupan di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya.
Dan yang paling penting adalah, kita harus menyadari pula bahwa Allah memberikan sarana bagi kita untuk semakin mampu mengarahkan hati kepada Allah, yakni para pemerintah atau pemimpin dunia ini. Tangan-tangan manusia digunakan Allah untuk membantu kita mengalami hidup yang lebih baik. Maka, tuntutan yang baik untuk memajukan dunia ini yang datang dari pemerintah, harus dilaksanakan. Itulah yang selalu harus kita syukuri dan perjuangkan setiap waktu supaya dapat memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan kelak akan menikmati kehidupan kekal ketika telah mencapai garis akhir hidup kita. Mampukah kita melakukannya? Semoga. Amin.
BERIKANLAH KEPADA KAISAR YANG MENJADI HAK KAISAR DAN KEPADA ALLAH YANG MENJADI HAK ALLAH (Yes 45:1.4-6; 1Tes 1:1-5b; Mat 22:15-21)
Labels:
Renungan
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!