Teguran Yesus terhadap Petrus ternyata tidak berakhir pada saat itu. Kepada para murid yang lain Yesus masih tetap ingin mengajarkan dan memberi penegasan serta berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah salib. Setiap orang yang ingin mengikuti Yesus secara sempurna, harus mampu menyangkal diri dan memikul salib sendiri. Yesus ingin agar pengikut-Nya menjadi pejuang yang tangguh, yang tidak takut menderita, yang selalu siap sedia meninggalkan kenyamanan pribadi demi Kerajaan Allah. Dia tidak ingin para pengikut-Nya lemah dalam perjuangan membela kebenaran dan keadilan, bahkan bila dituntut, harus sanggup menyerahkan nyawa demi Allah. Jika tidak, maka ketika ada hal yang memberatkan dalam tugas perutusan, akan dengan sangat mudah ditinggalkan. Akibatnya, pewartaan Kerajaan Allah menjadi terhenti.
Tuntutan untuk mampu mengikuti Yesus, menyangkal diri dan memanggul salib merupakan suatu hal yang memang sulit untuk dijalani. Tetapi bagi semua orang yang beriman teguh dan sungguh-sungguh percaya akan Allah tidak akan pernah goyah meskipun banyak tantangan dan penderitaan. Tantangan dan penderitaan akan menjadi suatu motivasi untuk tetap berjuang mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini serta berusaha meninggalkan segala keinginan dan kenyamanan pribadi. Dan orang yang setia pada panggilan Allah tidak akan mampu menolak semua tugas dan tanggung-jawab yang diberikan dalam tugas perutusan. Allah terlalu kuat sehingga manusia tidak mampu berbuat apa-apa selain melaksanakan tugas perutusan itu serta menerima risiko dan konsekuensi yang menyertainya.
Jalan salib merupakan sarana keselamatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan itu telah ditunjukkan oleh Yesus melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, supaya kita juga mengikuti jalan salib-Nya dan memperoleh keselamatan daripada-Nya. Salib itu untuk setiap orang tidak sama beratnya. Tetapi salib yang berat akan menjadi terasa ringan bila kita mau menyerahkan segala perkara hidup kita kepada Allah.
Kita dituntut untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dengan mempersembahkan seluruh diri kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Kita harus mampu meninggalkan keinginan dan kenyamanan pribadi, pola pikir manusiawi kita serta berusaha untuk tidak menyesuaikan diri dengan dunia, supaya Allah menguduskan dan menerima persembahan diri kita. Maka pada akhirnya, kita akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Mampukah kita hidup seturut kehendak Allah? Mampukah kita mengikuti Yesus, menyangkal diri dan memanggul salib? Mampukah kita mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan berkenan kepada Allah seperti ditunjukkan oleh Bunda Maria? Semoga. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!