
Mengampuni artinya memaafkan kesalahan lalu kemudian melupakannya. Dengan mengampuni, maka segala persoalan kiranya akan terselesaikan. Segala hal yang dulunya kurang baik, kini menjadi damai dan harmonis. Pengampunan membawa perdamaian dan sukacita bagi kedua belah pihak yang sebelumnya saling bertentangan dan pada akhirnya akan mendatangkan rahmat dan cinta kepada mereka.
Bacaan-bacaan hari ini mengetengahkan pengampunan yang tanpa batas. Dalam injil Petrus bertanya kepada Yesus: “Sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku, jika ia berbuat dosa terhadapku? Sampai tujuh kalikah?” Yesus menjawab: “Bukan sampai tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.” Tentu saja jawaban Yesus ini mengejutkan Petrus sebab dengan mengampuni sebanyak tujuh kali saja, sudah merupakan suatu hal yang cukup berat apalagi tujuh puluh kali tujuh kali. Tetapi yang dimaksudkan Yesus sebenarnya di sini adalah supaya setiap orang yang datang meminta maaf atas kesalahannya harus dimaafkan. Bahkan ketika sudah kesekian kalinya dia berbuat salah, tetap harus dimaafkan, diampuni.

Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, sikap mengampuni seperti yang ditekankan oleh Yesus kurang dapat kita hidupi. Penyebabnya adalah harga diri, sikap egois dan merasa diri sempurna. Banyak orang menganggap bahwa harga diri menjadi patokan untuk segalanya, menjadi harga mati. Ketika harga dirinya direndahkan, maka dunia ini serasa akan kiamat dan tak ada lagi jalan untuk dapat berdamai dengan mereka yang bersalah itu. Orang yang melakukan kesalahan kepadanya dianggap sebagai musuh yang harus dibinasakan. Karena itu, muncullah dendam kesumat, dendam membara.
Sikap egois juga menjadi penyebab orang susah mengampuni. Sering kita menemukan orang yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain. Kesalahan kecil dan tak sengaja yang diperbuat orang lain, dijadikan sebagai dalih untuk mempersalahkan orang lain dan meraup keuntungan dari situasi itu. Penyebab lain adalah perasaan benar dan sempurna. Tak dapat dipungkiri bahwa zaman ini banyak orang merasa bahwa: “Selain aku, tak ada lagi orang yang lebih benar dan sempurna. Maka, berkaitan dengan suatu persoalan, apapun ceritanya, sayalah yang benar meskipun kesalahan sebenarnya ada di pihakku.” Inilah kira-kira yang sikap-sikap yang mewakili kebanyakan sifat manusia yang susah mengampuni sesama yang berdosa.

Untuk dapat menerima rahmat pengampunan dari Allah, kita juga harus bersedia mengampuni sesama tanpa batas. Allah telah menunjukkan pengampunan yang tanpa batas itu kepada manusia lewat Putra-Nya, Yesus Kristus. Dia rela mati untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari kematian akibat dosa. Melalui salib dan pengorbanan, Yesus mengajak kita untuk menjadi serupa dengan Allah dan mengasihani para pendosa. Dengan demikian, orang lain akan diselamatkan dan kita juga akan menerima rahmat demi rahmat dari Allah.

Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!