BERSYUKUR DAN
BERTERIMAKASIH
ATAS ANUGERAH IMAN
(Fr. Michael A. Aritonang OFMCap)
Bacaan
I : 2Raj 5:14-17
Bacaan
II : 2Tim 2:8-13
Bacaan
Injil : Luk 17:11-19
Kata
terimakasih atau syukur pada masa sekarang ini sudah cukup jarang terdengar di
telinga kita. Kata-kata ini sangat sederhana, namun sarat makna dan bahkan
dapat mengubah kehidupan yang kurang baik menjadi lebih baik. Naaman dalam
bacaan pertama tadi mengucapkan terima kasih kepada nabi Elisa setelah dia
disembuhkan dari penyakit kustanya. Naaman, panglima raja Aram membalas
kebaikan nabi Elisa kepadanya, yakni dengan memberikan persembahan meskipun
nabi Elisa menolak. Satu
sisi, tindakan nabi Elisa dapat dikatakan bodoh. Karena siapa pula orang yang
mau menolak rezeki yang datang kepadanya.
Rasul
Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengajak kita semua untuk senantiasa
bersyukur kepada Tuhan atas segala apa yang dialami dalam kehidupan ini. Rasul
Paulus mengatakan bahwa sebagai pengikut Kristus, penderitaan dan penganiayaan
akan selalu dialami. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita
sabar dalam menghadapi penderitaan yang
kita alami itu. Rasul Paulus, meskipun dipenjara dan dibelenggu seperti seorang
penjahat, tetapi dengan penuh iman dan kesabaran, dia rela menanggung
penderitaan itu demi imannya akan Kristus. Dia sama sekali tidak merasa bahwa
itu adalah suatu hukuman baginya, melainkan menjadi suatu kegembiraan bahwa dia
masih diperkenankan ikut merasakan penderitaan Kristus. Sebab kata Paulus,
panggilan sebagai pengikut Kristus, adalah panggilan untuk menderita bersama
Dia. Dan kelak, kita akan memperoleh kebahagiaan dan kehidupan kekal bersama
Kristus.
Dalam
Injil diceritakan tentang sepuluh orang kusta yang berjumpa dengan Yesus dan
meminta belaskasihan-Nya. Yesus mengasihani dan menyembuhkan mereka ketika
mereka dalam perjalanan menuju imam-imam, sesuai suruhan Yesus. Tetapi apa yang
terjadi? Sebelum mereka sampai kepada para imam, mereka sudah sembuh. Dan yang
menarik adalah bahwa dari sepuluh orang yang disembuhkan Yesus, hanya satu
orang saja yang kembali dan berterimakasih kepada Yesus. Sungguh sangat
menyakitkan perbuatan yang demikian. Tidak ada sedikitpun rasa terimakasih dan
syukur atas kebaikan yang telah mereka terima. Mungkin, kalau kita di posisi
Yesus, kita pasti akan sakit hati. Dan saya yakin, kita pasti pernah mengalami
hal yang sama, atau bahkan menjadi salah satu dari sembilan orang yang tidak
tahu berterimakasih atas kebaikan orang kepada kita.
Satu
hal yang menarik dalam Injil ini adalah tentang orang kusta yang kembali kepada
Yesus setelah sembuh. Dia adalah orang Samaria. Orang Samaria yang tidak
percaya kepada Allah datang kembali kepada Yesus dan berterimakasih karena
Yesus telah menyembuhkannya. Dia percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena
Yesus menghendakinya, bukan karena usahanya sendiri. Imannyalah yang
menyelamatkannya.
Apa
yang dapat kita petik dari kisah dalam Injil ini? Yang dapat kita petik adalah
bahwa segala sesuatu yang kita alami dalam kehidupan kita setiap hari, terjadi
atas kehendak Allah sendiri. Orang Samaria di atas mengajarkan kepada kita
bagaimana seharusnya kita bertindak setelah Allah memberikan kebaikannya kepada
kita yakni berterimakasih, bersyukur untuk semua kebaikan itu, bukan malah lari
dan berjalan terus tanpa mengingat bahwa kita pernah ditolong oleh Allah.
Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita mengalami hal yang demikian, baik sebagai
orang Samaria yang tahu bersyukur maupun sebagai sembilan orang yang tidak tahu
berterimakasih. Banyak orang yang hanya tahu meminta dan menerima dari orang
lain, tanpa tahu berterimakasih apalagi membalas kebaikan yang telah
diterimanya. Bahkan ada juga orang yang setelah diberi, ditolong, dikasihani, menceritakan
hal-hal yang tidak baik tentang orang yang telah menolongnya. Kecenderungan
kita sebagai manusia adalah susah mengucapkan terimakasih, entah karena apa,
tapi itulah hakekat kita sebagai manusia. Sering juga kita dengar hal yang
demikian: seorang yang mampu secara finansial (ekonomi) dan dengan tulus hati
membantu orang-orang miskin atau orang yang kurang mampu. Tetapi bantuan ini
kadang dilihat sebagai salah satu cara merendahkan martabat mereka. Kadang
mereka katakan: “Itulah kan, karena saya orang miskin, pura-puralah membantu
saya, supaya dia dikenal orang sebagai dermawan,” atau hal-hal lain yang senada
dengan itu.
Mengucapkan
terimakasih tidak harus menunggu suatu hal atau momen yang besar yang dilakukan
oleh orang lain kepada kita. Untuk kebaikan kecil yang terima dari orang lain
pun harus kita ucapkan terima kasih. Misalnya ketika orang membantu kita saat
kita sakit atau sedang mengalami kemalangan, mengerjakan PR, memasak,
mengangkat air, memberi serai atau kunyit atau kelapa dll., kita dapat
mengucapkan terimakasih kepada mereka. Kita dapat mengungkapkan rasa
terimakasih kita secara langsung kepada mereka. Atau bisa juga dengan
berterimakasih kepada Tuhan dan bersama dengan seluruh umat mempersembahkan
intensi Misa, atau intensi doa pada saat kita Ibadat Sabda Hari Minggu. Dan masih
banyak hal yang dapat kita buat lagi sebagai ungkapan terimakasih kita kepada
Allah dan sesama. Dengan itu, kita semakin hari akan semakin diberkati Tuhan.
Bunda
Maria dapat kita jadikan sebagai contoh dalam hal bersyukur dan berterimakasih
kepada Tuhan. Dengan segala apa yang dialami dalam kehidupannya, dia tetap
menyerahkan diri dan segala sesuatunya kepada Allah. Dia tahu bahwa menjadi
Bunda Putra Allah adalah tugas yang sangat berat, tetapi itu diterimanya dengan
tulus hati dan bersyukur dengan berkata: “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah
padaku menurut kehendak-Mu.” Mari belajar dari Bunda Maria supaya semakin hari,
kita semakin beriman dan tahu bersyukur kepada Allah dan sesama atas semua yang
kita alami dalam hidup. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!