RIWAYAT HIDUPNYA
Paskalis dilahirkan pada Hari Raya Penekosta tahun 1540 di Torre Hermosa, Spanyol. Orang tuanya miskin dalam harta benda duniawi, namun kaya dalam hal kesalehan dan keutamaan Kristiani. Anak itu nampak sangat dilimpahi dengan anugerah-anugerah Roh Kudus. Dengan gembira dia memperhatikan dan menaati pelajaran-pelajaran baik yang diajarkan orang tuanya kepadanya, dan dia begitu melampaui anak-anak yang lain seumurnya dalam memahami kebenaran-kebenaran ilahi dan semangat dalam hal keutamaan, sehingga mengherankan setiap orang.
Karena desakan kedudukan orang tuanya yang rendah, Paskalis, semenjak masa kanak-kanak, sudah harus menggembalakan ternak orang-orang lain. Kendati, karena kerjanya itu, dia tidak bisa ikut dalam kehidupan hiruk pikuk anak-anak lain, dia disukai oleh mereka juga. Mereka pun menghargai Paskalis dan terbuka menerima teguran-teguran dari dia dan mau mendengarkan pelajaran-pelajaran agama Kristiani yang kadang-kadang dia berikan.
Majikanya sedemikian senang pada Paskalis, yang sementara itu sudah berkembang menjadi seorang pemuda yang kuat, sehingga pada suatu hari mengungkapkan kepadanya niatnya untuk mengadopsinya dan menjadikan dia ahli warisnya. Tetapi orang muda itu dengan penuh terimakasih menjawab bahwa dia ingin tetap miskin dan berniat untuk mempersembahkan dirinya bagi pelayanan Tuhan dalam hidup religius.
Kemudian, Paskalis pintah ke provinsi lain, dan pada umur 24 tahun mengajukan permohonan untuk menjadi seorang bruder di biara Saudara-saudara Dina di Monteforte. Permohonannya dikabulkan dan Paskalis nampak dapat menjalani alur kesempurnaan dengan mudah dan cepat. Dia sedemikian rendah hati, sehingga dia memandang dirinya sebagai yang terakhir dari semua saudara. Pada waktu yang sama, dia juga sedemikian penuh belas kasih dan dengan gembira menjalankan tugas-tugasnya yang sangat berat demi kepentingan saudara-saudara yang lain. Terhadap tubuhnya, dia sangat keras, sampai-sampai dia tidak memberikan dirinya beristirahat, bahkan sewaktu sedang malaksanakan tugas-tugasnya yang paling berat.
Di sepanjang jalan, sewaktu dia mengumpulkan derma, tangannya selalu memegang rosarionya dan menghayati Tuhan berada dalam hatinya. Paskalis menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan Maria, yang dipanggilnya sebagai Ibunya sendiri, dan devosi kepada Sakramen Mahakudus. Hal itu terbukti menjadi sarana yang terus-menerus menyalakan semangatnya.
Tuhan memperlihatkan betapa Dia berkenan pada devosi Paskalis. Pada suatu hari ketika berada di luar biara, Paskalis dengan khusuk berlutut ketika dia mendengar bunyi bel tanda konsekrasi. Pada saat itulah Sakramen Mahakudus diperlihatkan kepadanya dalam sebuah monstran yang diangkat oleh malaikat-malaikat yang berterbangan di udara. Dalam gereja biara, sering kali dia didapatkan sedang telungkup di depan tabernakel atau sedang berlutut dengan kedua lengannya terentang, atau sedang berada dalam ekstase. Pada saat-saat semacam itu, jiwanya dilimpahi dengan cahaya dari atas. Bagaimana pun juga, saudara yang sederhana ini, yang tidak pernah belajar membaca dan menulis, dapat berdiskusi perihal misteri-misteri agama yang paling mendalam dengan pandangan yang menakjubkan sampai mengherankan orang-orang yang paling terpelajar.
Karena memiliki pencerahan surgawi itu, Pater Provinsial pernah mengirimnya dari Spanyiol, dengan membawa suatu hal yang sangat penting, ke Pater General OFM, yang pada waktu itu berada di Perancis. Paskalis melewati suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan, menyeberangi pegunungan Pirenea, dengan berjalan dengan kaki telanjang, melalui daerah-daerah yang penghuninya menganut aliran sesat yang fanatik, yang berkali-kali membahayakan kehidupan saudara-saudara religius. Tetapi para malaikat Tuhan melindungi Paskalis sepanjang perjalanannya ke Perancis itu dan kembali, sehingga dia selamat dari bahaya.
Sesudah dia kembali, Paskalis tetap rendah hati seperti sebelumnya, dan berkembang di semua keutamaan sampai hari kematiannya. Dia meninggal dunia di Villareal, pada pesta Pentekosta, hari kelahirannya, 17 Mei 1592. Meninggalnya terjadi pada waktu perayaan Misa meriah di gereja biara, pada saat Hosti Kudus diangkat. Pada saat itulah Paskalis menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pada waktu pemakamannya, sebagaimana biasa, jenazah Saudara Dina awam dibaringkan pada keranda di dalam gereja. Ketika Sakramen Mahakudus diangkat pada waktu Misa Requiem, tubuh yang sudah meninggal itu terangkat dengan sendirinya, membungkuk hormat kepada Hosti Kudus; sikap hormat itu terulang lagi pada waktu Piala diangkat; dan kemudian jenazah itu turun dengan sendirinya. Banyak mukjizat terjadi pula pada pemakamannya.
Sri Paus Paulus V memberinya gelar beato dan Alexander VIII memberikannya kanonisasi pada tahun 1690. Sri Paus Leo XIII pada 1897 mengangkatnya menjadi pelindung semua perkumpulan dan kongres Ekaristi.
DEVOSI KEPADA SAKRAMEN MAHAKUDUS
1. Renungkanlah bahwa Tuhan, melalui mukjizat jenazah St. Paskalis, menunjukkan betapa devosinya terhadap Sakramen Yang Mahakudus itu sangat berkenan pada Tuhan. Betapa menghina Tuhan bila orang Kristen yang sehat walafiat terlalu acuh tak acuh atau dengan seenaknya saja dalam menghormati Sakramen Yang Mahakudus itu. Bukankah pada Sakramen Mahakudus yang berada di gereja itu, terdapat Keagungan Rajawi yang sama, yang dihormati dan disembah oleh para malaikat dan malaikat agung, bersama semua orang kudus? Apakah berlutut penuh hormat itu terlalu besar bagi seekor cacing malang duniawi ini? Di manakah orang-orang Kristen semacam itu akan mencari jaminan, bila Tuhan yang sama itu nampak dalam kemuliaan-Nya untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati? – Apakah engkau tidak punya alasan untuk gemetar waktu itu?
2. Renungkanlah hormat Bunda Gereja yang dipersembahkan kepada Sakramen Mahakudus di altar. Allah manusia sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus itu. Itulah yang menjadi dasar yang menjelaskan mengapa gereja-gereja kita begitu megah, katedral-katedral kita begitu semarak indah, demikian juga gereja-gereja biara. Dan pada malam hari, dalam beberapa gereja itu terdengar lantunan madah pujian. Menurut rubrik, bahkan dalam gereja kampung yang paling miskin pun, siang malam harus tetap bernyala lampu Tuhan di depan Sakramen Yang Mahakudus. Tetapi haruskah hanya lampu Tuhan saja yang dipersembahkan kepada-Nya? Bukankah lampu Tuhan itu seharusnya lebih mengingatkan kita bahwa hati kita seharusnya bernyala seperti itu dengan devosi batin yang sejati terhadap Sakramen Yang Mahakudus? – Apakah engkau sampai sekarang memberi perhatian pada ajaran yang diberikan oleh lampu Tuhan itu?
3. Renungkanlah bahwa devosi terhadap Sakramen Yang Mahakudus itu seyogyanya tidak dibatasi oleh dinding-dinding Rumah Tuhan. Pada pesta Tubuh Kristus, seringkali Sakramen Yang Mahakudus itu diarak secara terbuka penuh kemegahan kemenangan. Pada kesempatan itu setiap orang hendaknya berbuat menurut kemampuan yang ada untuk menghormati Dia, yang tidak dapat cukup dihormati dengan kata-kata atau tanda-tanda kehormatan mana pun. Anggaplah sebagai penghormatan untuk bisa ambil bagian dalam prosesi semacam itu. Juga pada kesempatan-kesempatan yang tidak semeriah itu, sewaktu Sakramen Yang Mahakudus dibawa ke orang sakit, mungkin malah di rumahmu sendiri atau di rumah tetangga, janganlah pernah melalaikan hormat yang mendalam. Akhirnya, Tuhan kita juga akan datang kepadamu di dalam Komuni Kudus; tunjukkanlah hormat yang justru lebih melimpah, khususnya pada saat ketika Dia akan dibawa kepadamu sebagai Viaticum, bekal menghadap Bapa pada akhir hidupmu.
DOA GEREJA
Ya Tuhan, yang menghiasi St. Paskalis, Pengaku-Iman-Mu, dengan cinta yang menakjubkan pada misteri-misteri Tubuh dan Darah-Mu, anugerahkanlah dengan murah hati, bahwa kami pun boleh menimba dari Perjamuan Ilahi itu semangat yang sama penuhnya dengan yang diperoleh oleh St. Paskalis. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!