Sebuah legenda dari abad pertengahan
mengisahkan seorang suster yang menyampaikan berita bahwa Kristus menampakkan
diri kepadanya. Uskup bertanya kepada suster tersebut, “suster apakah engkau berbicara
dengan Yesus?” suster itu mengatakan, “ya, Bapak uskup.” Uskup itu melanjutkan,
jika engkau mengalami penampakan lagi, ajukan pertanyaan ini kepada Yesus,
manakah dosa paling besar dari uskup sebelum dia menjadi uskup?” Uskup itu tahu
bahwa hanya Tuhan dan bapak pengakuannya yang tahu tentang dosanya. Kira-kira
tiga bulan kemudian, suster itu datang bertemu dengan uskup. Ketika suster itu
masuk, uskup langsung bertanya, “apakah engkau mengalami penampakan lagi, apakah
engkau bertanya kepada Yesus tentang dosa saya?” “Ya, saya tanya” uskup
bertanya lagi, “dan apa jawab-Nya?” Sambil tersenyum suster itu menjawab “Tuhan
mengatakan ‘Saya tidak ingat lagi’.”
Saudara-saudari yang terkasih, cerita di
atas mau mengetengahkan kepada kita bahwa Allah itu penuh kasih dan mahapengampun.
Dia tidak suka mengingat-ingat kesalahan umatNya. Dalam bacaan pertama yang dikutip
dari kitab Yesaya, diperdengarkan kepada kita dalam minggu Prapaskah yang
kelima ini, dengan jelas dikatakan bawaha Allah sendiri berfirman agar kita
jangan mengingat kesalahan-kesalahan masa lalu, melainkan memandang ke masa
depan dengan penuh harapan akan Iman. Injil pada hari ini juga dengan jelas
menggambarkan kepada kita bagaimana kita harus mampu mengampuni orang yang
berdosa dan bukan malah mengahakiminya.
Kita lebih sering menghakimi orang lain,
dari pada menghakimi diri kita sendiri. Kita sering menilai sesama kita dengan
ukuran-ukuran yang kita anggap layak untuk orang itu. Dengan ukuran tersebut,
kita sering menceritakan keburukan-keburukan orang. Tapi kita sendiri tidak mau
bersadar diri terlebih dahulu. Sering sekali kita merasa lebih bersih dari
orang lain, karena kita tidak mampu melihat diri kita dengan jujur. Akhirnya
kita mulai mencari-cari dan menghakimi kesalahan orang lain. Dalam kisah
pelacur yang dihadapkan kepada Yesus, yang kita dengarkan dalam Injil hari ini,
Yesus dengan tegas mengatakan bahwa ‘orang yang merasa diri tidak berdosa
hendaknya dia yang terlebih dahulu menghukum wanita itu’. Karena perkataan
Yesus itu maka para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menjadi malu sendiri dan
perlahan-lahan pergi meninggalkan Yesus.
Setelah semua orang pergi, Yesus berkata
kepada wanita tersebut “jika mereka tidak menghukummu maka Aku pun tidak
menghukum engkau, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Bagi
saya sendiri perkataan Yesus ini memiliki dua makna yang saling mendukung. Pertama, Yesus juga tidak menghukum, di
sini saya melihat bahwa Yesus bukanlah orang berdosa yang tidak layak menghukum
wanita berdosa itu, tetapi Yesus tidak mau merasa diri lebih dari yang lain,
meskipun Dia memang melebihi yang lain. Kedua,
Yesus tidak pernah ingin manusia mati dalam dosanya melainkan menjadi selamat
dengan menyadari dosa dan bertobat dengan tidak berbuat dosa lagi. Yesus sadar
tidak ada manusia yang tidak memiliki kesalahan, tetapi dengan kesalahan itu
hendaknya manusia sadar dan memulai hidup baru dalam semangat pertobatan.
Para saudara yang terkasih, dalam masa Prapaskah
ini, atau yang bagi umat Katolik dikenal sebagai masa ret-ret agung, kita
diajak untuk mampu melihat dengan jujur kesalahan kita dan menyesalinya. Dengan
penyesalan tersebut tentu kita juga dituntut untuk tidak tinggal dalam
kesalahan tersebut, melainkan mencoba untuk berubah dan tidak jatuh dalam kesalahan
yang sama atau bahkan kesalahan yang lebih parah. Setelah kita mampu menyadari
kesalahan-kesalahan kita dan menyesalinya dengan pertobatan, kita juga dituntut
untuk tidak menghakimi orang yang bersalah kepada kita melainkan memaafkannya
dan mendoakan orang tersebut. Mungkin tidaklah gampang melakukan semuanya itu
tetapi bukan pula menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan. Kita akan mampu
melakukan semuanya itu jika dibarengi dengan niat yang tulus dan penyerahan
kepada Allah dalam doa yang tulus. Dengan mampu melakukan semua ini, kita akan
dapat mengalami paskah dan merasakan Kristus bangkit di hati kita. Sebagaimana
Kristus bangkit dari kuasa maut, demikian juga kita hendaknya bangkit dari
dosa-dosa kita, dan membentuk hidup baru dalam semangat iman. Amin. (Fr. Pedro Ramses Joel Lumban Gaol OFM Cap)
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!