Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

Menemukan Allah Dalam Pendakian Gunung Tabor

Fr. Michael Aritonang
Pada tanggal 12 Juli-24 Agustus, saya mengikuti Kursus Persiapan Kaul Kekal (KPKK) di Nagahuta. Seluruh peserta berjumlah 34 orang yang terdiri dari enam tarekat yakni Kapusin (8 orang), FSE (8 orang), FCJM (8 orang), KSFL (4 orang), KSSY (3 orang), OSF (3 orang). Acara pembukaan KPKK dimulai pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2015 pukul 18.00 WIB dan dipimpin oleh Minister Provinsial Kapusin Medan, P. Kornelius Sipayung OFMCap.

Acara pembukaan ini diawali dengan perkenalan singkat tentang maksud dan tujuan KPKK oleh pemimpin upacara. Setelah doa pembuka, seluruh peserta KPKK bersama saudara-saudari dari kompleks RPF Nagahuta berarak menuju ruang meditasi (gedung di bawah gereja RPF) dan melanjutkan acara di sana. Seluruh rangkaian acara pembukaan KPKK ditutup dengan makan malam dan perkenalan singkat dari para peserta KPKK bersama dengan saudara-saudari dari kompleks RPF Nagahuta. Setelah itu semua peserta menuju kamar masing-masing dan istirahat.



Selama mengikuti KPKK, saya memperoleh banyak pengalaman menarik yang mungkin tak akan pernah saya dapatkan kelak. Pengalaman itu membuat saya semakin mengerti apa sebenarnya maksud dan tujuan panggilan hidup saya. Baik dari segi perkuliahan maupun dari segi yang lain, saya mendapatkan banyak hal baru, seperti mengenal sifat dan karakter saudara-saudari yang baru, mendapat ilmu baru, membangun relasi dan kebersamaan dengan orang lain. Dan itu semua membuat saya semakin bahagia serta merasa didukung dalam panggilan ini.

Hal yang sangat menggugah hatiku sepanjang masa kursus itu adalah pertanyaan pertanyaan yang harus direfleksikan setiap saat. Bagiku, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kadang-kadang menyakitkan karena dalam akhir refleksi selalu ditutup dengan kata-kata “Jangan salah mengambil keputusan. Bila Anda ragu-ragu, maka silahkan mundur mulai dari sekarang.” Dalam artian tertentu, kata-kata ini sangat tidak mendukung, karena dengan mengikuti kursus, diharapkan semua peserta mendapat dukungan atas panggilan yang sedang dijalaninya. Namun bila direnungkan kembali, kata-kata itu sangat benar dan menggugah.

Ketika kita salah pilih, maka kekecewaan akan kita dapatkan sebagai gantinya. Panggilan bukan hanya sekedar hidup dan tinggal dalam biara saja, tetapi juga bagaimana kita merealisasikan atau mewujudnyatakan segala pengalaman yang telah didapatkan dari biara. Tanggal 16-23 September 2015 kami memasuki masa retret agung untuk melihat kembali sejauh mana setiap orang mengenal dan menghidupi panggilan masing-masing; apakah sudah mantap atau masih ragu-ragu. Masa retret agung ini merupakan yang pertama kali saya ikuti selama saya hidup membiara. Secara pribadi, retret agung ini sangat membantu dalam permenungan dan juga dalam memutuskan apa yang seharusnya saya putuskan.

Apa yang menarik selama masa retret itu adalah mencoba menemukan Tuhan dalam situasi hening, tanpa bicara apa-apa kepada siapapun selama retret berlangsung. Hari pertama dan kedua dalam masa retret, saya masih belum bisa menemukan Tuhan dalam permenunganku. Alasannya adalah karena saya masih sangat terganggu dengan situasi hening yang berkepanjangan (waktu terpanjang untuk diam selama hidup saya), meskipun sesungguhnya saat-saat hening sangat saya senangi. Hari ketiga sampai hari ketujuh saya mencoba lagi. Meskipun sangat sulit dan kadang masih tergoda untuk berbicara dengan orang lain, saya akhirnya berhasil menemukan Tuhan dalam keheningan. Tantangan yang sangat berat untuk dilalui selama masa retret ini adalah bagaimana cara melawan godaan yang datang, baik dari dalam diri sendiri, maupun dari orang lain. Salah satu godaan yang paling sering muncul adalah keinginan untuk mengganggu orang lain yang sedang bermenung dengan sungguh-sungguh, supaya mau bercerita bersama meskipun dalam situasi retret. Selama bermenung, saya juga tak luput dari godaan ini, bahkan melakukannya sendiri sehingga kadang membuat permenunganku dan juga orang lain menjadi buyar dan terganggu.

Apa yang dapat saya petik dari permenungan selama masa KPKK adalah pertama bahwa saya mesti berani untuk mengatakan “ya” kepada Tuhan yang telah memanggilku untuk mengikuti-Nya lewat cara hidup Kapusin. Tuhan telah memanggilku, maka saya harus menjawab panggilan-Nya dengan sungguh-sungguh. Kedua, dalam setiap bentuk kehidupan, banyak hal yang kiranya membuat kita jatuh dalam godaan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita berani bangkit dari kejatuhan hingga sampai pada puncak gunung (Tabor). Tuhan akan selalu setia mendampingi dan melindungi bila kita mau memasrahkan hidup kita hanya kepada-Nya. Ketiga, dalam keheningan, Tuhan selalu hadir dan berbisik kepada orang-orang yang ingin tinggal lebih dekat dengan Dia.

Selama tujuh hari bermenung (dalam retret agung), saya sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan dan mendengarkan Dia bersabda: “Mari, datanglah dan tinggallah lebih dekat dengan Daku. Aku akan memberikan rahmat-Ku kepadamu.” Semua hasil permenungan itu saya dapatkan semata-mata bukan karena hasil usahaku sendiri, tetapi berkat bantuan para pembimbing yang selalu siap sedia memberi diri untuk mendampingi dan mengarahkanku pada pencapaian Gunung Tabor. Namun di atas semuanya itu Roh Allah selalu berkarya dan menuntunku dalam mendaki Gunung Tabor. Bersama Roh Allah, saya mampu mendaki Gunung Tabor dan turun dari sana untuk mewartakan apa yang telah saya dapatkan. Dari semua hasil pengalaman di atas, sekarang saya merasa sungguh mantap dalam menjalani panggilan ini terutama dalam mengambil keputusan untuk berkaul kekal.

Apapun yang sedang terjadi padaku, saya harus tetap menyerahkan semuanya itu kepada Dia yang telah memanggilku. Dia yang telah memanggilku, maka saya yakin bahwa Dia pasti akan menyempurnakannya. Dia pasti akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Dengan keyakinan itu, saya siap untuk berangkat ke tempat di mana saya akan ditempatkan untuk menjalani tugas perutusan, yakni di Flores. Meskipun belum pernah menginjak tanah Flores, tapi saya sungguh yakin bahwa Tuhan sedang menunggu kedatanganku di sana.

Demikianlah sedikit hasil permenungan atas pengalaman yang saya dapatkan selama saya mengikuti masa Kursus Persiapan Kaul Kekal (KPKK) di Nagahuta pada 12 Juli-24 Agustus 2015. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para saudara sekalian.

Pace e Bene. (Fr. Michael Aritonang).
Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting