Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

Membangunkan Dunia (Suatu Refleksi Kritis Sebagai Seorang Kapusin Berdasarkan Injil Yohanes 15:18-27)


1. Pengantar
           Membangunkan dunia bukanlah istilah baru muncul pada zaman sekarang ini. Hal senada sudah didengungkan pada zaman Fransiskus dalam ungkapan yang keluar dari salib San Damiano “perbaikilah Gereja-Ku”. Dalam arti tertentu, Fransiskus dipanggil oleh Tuhan untuk membangunkan dunia pada masanya. Demikian juga halnya paus Fransiskus pada Tahun Hidup Bakti ini meminta kepada semua tarekat atau lembaga hidup bakti termasuk Ordo Kapusin untuk membangunkan dunia seturut kharisma dan spiritualitas masing-masing. Bagaimana Kapusin membangunkan dunia pada zaman sekarang ini? Bagaimana hal itu diwujudkan bila dibandingkan dengan Injil Yohanes 15:18-27? Kedua pertanyaan inilah yang hendak dijawab dan direfleksikan dalam tulisan ini.



2. Membangunkan Dunia Seturut Kharisma dan Spiritualitas Kapusin

            Ada beberapa kharisma dan spiritulitas Kapusin misalnya, tri kaul (ketaatan, kemiskinan dan kemurnian), kedinaan, persaudaraan, pendoa, dan sebagainya. Akan tetapi dalam tulisan ini, penulis hanya mengangkat dua dari antara kharisma di atas yakni tri kaul dan persaudaraan. Kedua spiritualitas ini sangat relevan dilaksanakan dan diwujudkan pada masa sekarang ini.

2.1. Tri Kaul  (Ketaatan, Kemiskinan dan Kemurnian)
             Dalam bab I Anggaran Dasar saudara-saudara dina Kapusin dituliskan demikian: “Anggaran Dasar dan cara hidup saudara-saudara dina ialah menepati Injil Suci Tuhan kita Yesus Kristus sambil hidup dalam ketaatan, tanpa milik dan dalam kemurnian”. Ketaatan fransiskan atau Kapusin menekankan sikap saling melayani dan menaati antara para saudara di dalam Roh Tuhan.  Ketaatan Kapusin berdasar pada ketaatan Kristus kepada kehendak Allah Bapa. Oleh karena itu setiap saudara Kapusin harus memandang dirinya sebagai hamba yang senantiasa menatap dan taat pada Tuannya. Ketaatan seorang Kapusin tidak hanya ditujukan kepada Tuhan tetapi juga kepada Gereja, pembesar, semua orang dan bahkan semua ciptaan.  Dengan demikian, sikap ketaatan seorang Kapusin dimengerti sebagai sikap kerendahan hati, kedinaan, mau melayani, menjadikan diri hamba dan mau mengabdi segala makhluk sebab dalam segala sesuatu Allah hadir sebagai pencipta.

          Kemiskinan seorang Kapusin dihidupi dalam dua bentuk yakni kemiskinan material-lahiriah (exterior) dan kemiskinan batiniah (interior). Kemiskinan material-lahiriah mencakup kemiskinan akan barang-barang materi misalnya pakaian, uang, makanan, mampu hidup dari kerja masing-masing, tidak menuntut gaji dan lain sebagainya. Sedangkan kemiskinan batiniah mencakup pengubahan mentalitas misalnya cara berpikir, cara menilai dan cara bertindak. Selain kedua kemiskinan di atas, hal yang paling pokok ditekankan dalam kemiskinan adalah agar para Kapusin sanggup melepaskan kehendak sendiri dan tidak menjadikan diri sebagai pusat dan poros segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

           Dengan kaul kemurnian, seorang Kapusin harus mampu mengosongkan hati, tidak banyak tuntutan dan siap untuk diarahkan. Seorang Kapusin harus murni secara seksual atau badaniah dan terlebih lagi harus siap memurnikan hati secara terus-menerus.

          Ada banyak pemahaman, pengertian dan konsep mengenai ketiga kaul ini. Ada yang menekankan kaul ketaatan, ada juga kaul kemurnian dan kemiskinan. Namun, hal yang pasti bahwa ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut refleksi penulis sebagai seorang Kapusin, hal yang paling utama dan menjadi kunci dari ketiga kaul adalah kaul kemurnian. Hati yang pertama harus dimurnikan, sebab apa yang keluar dari hati itulah yang menajiskannya dan itulah yang membuatnya tidak miskin serta tidak taat (Bdk. Mrk 7: 20-22).

2.2. Persaudaraan
            Ordo Kapusin terkenal dengan ordo persaudaraan. Setiap anggota dipanggil sebagai saudara bahkan setiap ciptaan juga dipanggil sebagai saudara. Persaudaraan Kapusin tidak didasarkan pada hubungan darah dan kekeluargaan tetapi karena kesatuan hidup, tujuan, panggilan dan juga karena baptis yang sama. Persaudaraan universal (semua makhluk) didasarkan pada Allah sebagai asal dan pencipta segala sesuatu.

3. Ulasan Singkat Tentang Eksegese Yohanes 15:18-27
             Judul dari perikop Yohanes 15:18-27 adalah dunia membenci Yesus dan Murid-murid-Nya. Dalam Injil Yohanes, kata dunia (kosmos) sering digunakan. Dunia merupakan ciptaan Allah tetapi dunia tidak menerima Sang Sabda (Yoh 1:10). Yesus datang ke dunia (Yoh 16:18) sebagai penyelamat dunia (Yoh 4:42) tetapi dunia tidak mau menerima dan bahkan sebaliknya membenci-Nya dan juga murid-murid-Nya (Yoh 15:18).

             Kata dunia yang digunakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes ini mengandung dua makna. Pertama, dunia yang dikasihi oleh Allah dengan kasih yang tak terbatas (Yoh 3:16-17). Kedua, dunia yang menganiaya, menolak dan membenci Yesus serta para pengikut-Nya (bab 15-16).  Dalam perikop ini, Yesus memperingatkan para murid-Nya agar senantiasa tabah dan kuat dalam menghadapi penolakan dan kebencian dari dunia. Alasan peringatan Yesus kepada para murid didasarkan pada pengalaman Diri-Nya sendiri. Dunia telah membenci dan menganiaya Dia. Demikian juga para murid-Nya kelak akan dibenci dan dianiaya oleh dunia (Yoh 15:18-20). Dengan demikian dapat disimpulkan kalau dunia menolak Yesus, dunia juga menolak para murid-Nya karena dunia berlawanan dengan Allah dalam Roh, kebijaksanaan dan dalam damai-Nya. Dunia membenci Yesus dan para murid tanpa alasan. Walaupun dunia membenci Yesus tetapi Yesus dan orang beriman telah dan akan menang atas dunia berkat keteguhan imannya. Oleh karena itu, orang beriman harus belajar mempergunakan dunia ini dengan baik bukan berkompromi dan bekerja sama agar dunia sungguh-sungguh berubah dari saat ke saat.

4. Refleksi Kritis
              Dalam suratnya kepada lembaga hidup bakti, paus Fransiskus menganjurkan agar para biarawan-biarawati mampu membangukan dunia seturut spiritualitas masing-masing. Anjuran ini bisa bersifat memohon tetapi juga bisa bersifat keras dan memaksa, dalam arti semua biarawan-biarawati wajib ambil bagian dalam membangunkan dunia. Paus merasa prihatin akan keadaan dunia masa sekarang ini. Dunia tertidur bahkan sudah “mati”. Biarawan-biarawati berpotensi besar untuk membangunkan dunia sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka masing-masing dan inilah yang diharapkan oleh paus Fransiskus dalam suratnya.

           Sebagai seorang Kapusin, apa yang harus saya buat untuk membangunkan dunia yang sudah tertidur dan “mati”? Dunia tentu di sini dimengerti sebagai manusia. Salah satu bagian dari dunia (makrokosmos) adalah manusia (mikrokosmos). Di atas sudah dijelaskan apa yang menjadi ciri khas atau spiritualitas Kapusin. Seorang Kapusin mampu membangunkan dunia kalau ia setia kepada tri kaul yang telah diikrarkan. Kesetiaanlah yang dituntut dalam menghidupi ketiga kaul. Dengan demikian orang lain dapat melihat (bangun) dan belajar kesetiaan dari para Kapusin. Dewasa ini orang sangat sulit setia kepada janji atau tanggung jawab yang diembannya. Oleh karena itu, kesetiaan seorang Kapusin akan kaul-kaulnya bisa menjadi terang bagi orang lain dalam memelihara kesetiaan masing-masing.

          Ordo Kapusin terkenal dengan ordo persaudaraan. Setiap saudara adalah rahmat dalam persaudaraan. Seorang saudara wajib memperhatikan saudara yang lain sebagai saudara rohani. Perhatian atau kasih dari seorang saudara rohani harus melampaui kasih atau perhatian dari seorang saudara jasmani. Hal ini jelas tertulis dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Kapusin. Selain itu, setiap makhluk di bumi ini dipanggil sebagai saudara dan saudari. Dengan memanggil setiap orang saudara atau saudari, seorang Kapusin bisa memberikan teladan kekeluargaan yang hangat dan intim. Karena setiap orang adalah saudara dan saudari, maka tidak perlu saling bersaing, saling menjatuhkan dan saling mempertahankan egoisme. Dengan demikian setiap orang harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dunia sekarang ini berusaha untuk memenuhi keinginan masing-masing dengan segala cara bahkan orang lain sering dijadikan sebagai obyek dan korban demi pemenuhan kebutuhannya. Konsep persaudaraan dan kekeluargaan menjadi hilang. Oleh karena itu, setiap Kapusin harus bisa menjadi teladan persaudaraan yang sungguh-sungguh bagi setiap orang, bukan hanya kepada yang Katolik, Kristen tetapi manusia bahkan ciptaan secara universal.

        Tugas membangunkan dunia bukanlah tugas yang gampang dilakukan bila dibandingkan dengan Yohanes 15:18-27. Ketidakgampangan tugas ini dapat juga kita lihat dalam perjuangan dan pergumulan St. Fransiskus. Ia ditolak, dibenci bahkan disingkirkan oleh keluarganya dan juga teman sekampungnya. Apa yang telah dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Injil Yohanes 15:18-27 sudah terjadi dalam diri Fransiskus. Seorang Kapusin sebagai pengikut St. Fransiskus dan juga murid Yesus pasti mengalami hal yang sama. Beranikah kita menderita dan dibenci oleh dunia karena kita membuat kebenaran atau mengubah kebiasaan yang buruk kepada kebiasaan yang lebih baik dan manusiawi? Atau kita malah berkompromi dengan dunia demi kesenangan pribadi kita? Kebahagiaan sejati atau surgawi akan diperoleh dengan cara jalan salib (menderita, sengsara, ditolak dibenci dan lain-lain). Sanggupkah kita sebagai Kapusin membangunkan dunia pada masa sekarang ini? Beranikah kita melaksanakan tanggung jawab yang telah diembankan oleh paus kepada kita masing-masing sebagai tanda dan wujud kesetiaan dan ketaatan kita kepada Gereja.

5. Penutup
            Membangunkan dunia adalah tanggung jawab seorang Kapusin sesuai dengan kharisma dan spiritualitas yang sudah dihidupi. Membangunkan dunia bukanlah tugas yang gampang tetapi membutuhkan kerja keras, pengorbanan, kesetiaan dan ketaatan. Dunia akan membenci setiap orang yang melakukan kebenaran sebab kebenaran yang kita wartakan bertentangan dengan pandangan dunia. Seorang Kapusin yang juga murid Kristus dituntut membangunkan bahkan mendobrak dunia yang sudah tertidur. Hal ini pasti akan menimbulkan banyak pertentangan dan penderitaan. Akan tetapi untuk menguji apakah kita seorang Kapusin dan murid Kristus yang sejati justru harus dalam pertentangan dan penderitaan, sebagaimana emas yang diuji dalam api.
(Fr. John Donald Simamora OFM Cap)

                                                                   

Daftar Referensi

C. Mahulae, Kristinus. Supaya Mereka Percaya. Unika St. Thomas Medan: Fakultas Filsafat, 1998.

C. Marpaung, Manangar. Kaul Fransiskan. Medan: Bina Media, 2008.

Iriarte, Lazaro. Panggilan Fransiskan Jilid 2 (judul asli: Vocacion Franciscana). Diterjemahkan oleh             Marinus Telaumbanua. Medan: Bina Media, 2001.

Lembaga Biblika Indonesia. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru (judul asli: The Collegeville Bible                  Commentary). Diterjemahkan oleh A. S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Leon-Dufour (ed.), Xavier. Ensiklopedi Perjanjian Baru (judul asli: Dictionnaire du Nouveau                        Testament). Diterjemahkan oleh Stefan Leks dan A. S. Hadiwiyata. Yogyakarta: Kanisius,                  1990.

Santaner, M. A. Nearing Assisi (judul asli: Aux Approches d’ Assise). Diterjemahkan oleh Mary                 Smith. England: St. Paul Publications, 1977.

Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting