Minggu, 11 Agustus 2024, Biasa.
1 Raj 19:4-8
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Ef 4:30-5:2
Yoh 6:41-51
Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?” Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh 6:41-51)
Yesus Sang Roti Hidup
Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang diriNya sebagai “roti hidup”. Yesus bersabda, “Akulah Roti yang telah turun dari surga.”. Mendengar pengajaran Yesus tentang diriNya sebagai roti yang turun dari surga, banyak orang Yahudi bersungut-sungut sebagai tanda ketidaksetujuan mereka. Mereka bersungut-sungut dan tidak setuju karena merasa kenal dengan Yesus bersama dengan keluarga asalNya. “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yosef, yang ibu bapaNya kita kenal?”, kata mereka.
Sesungguhnya, apa maksud Yesus bahwa diriNya adalah roti yang turun dari surga? Dengan ungkapan tersebut Yesus hendak menegaskan bahwa Dialah pembawa hidup kekal yang berasal dari Allah Bapa di surga. Oleh karena itu, siapa yang menerima Dia, dan percaya kepada-Nya akan beroleh kehidupan kekal. Orang-orang Yahudi tidak mengerti sesungguhnya arti ucapan Yesus. Mereka berpikir bahwa roti hanya dari tepung gandum, dan sesudah dimakan akan lapar. "Bagaimana mungkin Yesus menjadi roti? Bagaimana mungkin menyantap Yesus sebagai makanan?", pikir mereka.
Oleh karena itu, Yesus menegaskan lagi, “Akulah roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-amanya, dan roti yang kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”. Melalui ucapan-Nya Yesus hendak menegaskan bahwa kehidupan kekal akan dapat diperoleh dengan mengikuti semua jalanNya: pewartaan sabda, karya dan jalan salibNya. Yesus adalah utusan dari Allah Bapa, pembawa misi Bapa. Allah Bapa sendiri selalu memberi dan mengutamakan kehidupan. Dan semua itu digenapi dan nyata dalam diri Yesus. Bagi orang Katolik, berpartisipasi dalam menerima Yesus Sang Roti Hidup nyata dalam perayaan ekaristi. Sesuai dengan sabda Tuhan saat perjamuan terakhir, kita merayakan ekaristi untuk mengenang karya keselamatan Tuhan, dan setiap orang yang berpartisipasi di dalamnya akan memperoleh hidup yang kekal. Dan dalam Ekaristi, roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, santapan hidup kekal. Ekaristi menjadi tanda cinta dan keselamatan yg berasal dari Tuhan.
Dalam bacaan pertama hari ini (Raja-raja) kita melihat bagaimana Allah selalu memberikan jalan hidup kepada orang yang percaya kepada-ya. Suatu waktu, nabi Elia dikejar-kejar oleh raja Izebel karena menyampaikan sabda Tuhan. Sang Nabi hampir putus asa. Akan tetapi Allah melalui malaikat-Nya memberikan jalan. Allah memberi Elia roti, hingga akhirnya Elia bisa berjalan dan sampai ke Gunung Allah. Dengan kekuatan roti yang berasal dari Tuhan, Elia bisa bertahan 40 hari tidak makan. Hendak dikatakan bahwa Allah memberi makanan yang menguatkan dan menghidupkan kepada orang yang percaya kepadaNya. Itulah cinta Allah yang menghidupkan.
Sekarang kita ditanya, apakah Tuhan sungguh merupakan roti hidup bagi kita? Roti bagi masyarakat Timur Tengah dan Eropa adalah makanan pokok dalam hidup sehari-hari. Dengan mengatakan bahwa Yesus adalah roti hidup berarti kita selalu harus mengutamakan Yesus dalam hidup kita. Sebagai sumber energi utama dan keselamatan, Yesus menjadi prioritas kita, sehingga kita kelak memperoleh keselamatan abadi. Dan kalau kita mengutamakan Tuhan dalam hidup, pastilah kita mengusahakan bahwa dalam hidup kita selalu berpijak pada sabda Tuhan. Dan buahnya akan tampak seperti dikatakan dalam bacaan kedua (Efesus), yakni hidup di dalam kasih. Kalau orang hidup dalam kasih, maka dia jauh dari kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah. Selain itu, kita pun akan terbuka untuk berbagi hidup dengan sesama, terutama memperhatikan serta menolong orang susah dan miskin. Dan itu jugalah modal kita untuk hidup kekal. Di mana ada kasih di situlah hidup kekal. Selamat Hari Minggu! Tuhan memberkati! Pace e bene! Amen.
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar