Sabtu, 17 Agustus 2024, Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
Sir 10:1-8
1Ptr 2:13-17
Mat 22:15-21
Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22:15-21)
Beriman Tangguh dan Berjiwa Nasionalis
Saudara-saudari terkasih, bacaan-bacaan hari ini, mengajak kita untuk melihat bahwa iman dan jiwa nasionalisme tidak saling bertentangan, tetapi justru berhubungan satu sama lain. Pemerintah dan warga negara yang beriman dan berjiwa nasionalis sama-sama berjuang untuk memajukan bangsanya.
Lewat bacaan pertama (Yesus Putera Sirakh), Tuhan mengajak para pemerintah menghayati panggilannya untuk menjalankan pemerintahan dengan baik. Pemerintah yang baik ialah pemerintah yang terbuka kepada kehendak Allah, senantiasa memelihara ketertiban, bersikap arif, menjaga keteraturan, mengusahakan kesejahteraan rakyat, tidak lalim, tidak menggunakan kekerasan, menghindari korupsi (tidak main uang), menghindari sikap primordial (nepotisme, sukuisme, rasialisme). Pemerintah harus sadar bahwa ia merupakan perpanjangan kuasa Tuhan untuk membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Untuk itu dibutuhkan sikap rendah hati dan terbuka mendengarkan suara rakyat. Mereka harus membuang segala kecongkakan, kekejaman, dan kelaliman yang bisa membawa rakyat ke kehancuran dan penderitaan bagi rakyat.
Tekanan yang agak berbeda, namun melengkapi bacaan pertama, diberikan dalam bacaan kedua dan Injil, sekaitan dengan tugas warga negara. Dalam Injil, Yesus menegaskan kepada orang-orang Farisi dan Herodian (pendukung Herodes) bahwa mereka memang layak memberikan kepada pemerintah yang merupakan hak pemerintah (membayar pajak, dll). Perlu kita ketahui konteks pembicaraan Yesus ini, yakni termasuk bagian terakhir dari perjalanan hidup Yesus menuju Yerusalem. Itu merupakan saat-saat dramatis dalam hidup Yesus ketika menghadapi para penentangNya, yakni sebagian pro kaisar dan sebagian lagi anti kaisar (pro pajak dan anti pajak). Kedua kubu ini, walaupun di antara mereka tidak ada kesesuaian ide, sama-sama mau menjatuhkan Yesus. Jawaban Yesus sangat mengejutkan dan bijaksana, serta tidak memberikan kesempatan kepada kedua pihak untuk mengadukannya.
Yesus menegaskan pentingnya sikap loyal kepada pemerintah, sekaligus mentaati Allah. Yesus juga berhasil membalikkan pusat perhatian orang-orang yang hendak menjatuhkanNya kepada persoalan religius/keagamaan, yakni memberikan kepada Allah yang menjadi hak Allah sendiri. Lalu, apa yang menjadi hak Allah? Yakni, bahwa setiap orang mesti membiarkan hatinya dibimbing oleh Tuhan melalui para utusanNya. Artinya, di samping hidup sebagai warga negara, orang harus sungguh percaya kepada penyelenggaraan ilahi.
Dalam bacaan yang kedua, penulis surat Petrus menandaskan hal yang sama. Demi Allah dan karena kehendak Allah, warga negara diharap taat kepada pemerintah dan pegawainya, yang diutus oleh Allah sendiri untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan mengganjari orang-orang yang berbuat baik. Orang-orang kristen diajak untuk memberikan kesaksian bahwa iman akan Allah dalam Yesus PuteraNya tidak bertentangan dengan semangat nasionalisme. Dan orang yang beriman dan berjiwa nasionalis berusaha memberi kesaksian hidup lewat pemeliharaan keamanan, ketenteraman dan kesejahteraan. Dengan kesaksian ini, orang-orang yang tidak mengenal Yesus, atau orang yang sengaja menutup pintu hatinya kepada Yesus dapat melihat perbuatan-perbuatan Tuhan dalam diri mereka. Selain itu, orang-orang kristen juga dinasihatkan untuk hidup sebagai orang merdeka dan tidak menyalahgunakan kemerdekaan demi kesukaan hati semata, berleha-leha, melainkan untuk mengisinya dengan penuh makna dan tetap hidup sebagai hamba Allah, yang mentaati kehendak Tuhan dalam hidup setiap hari. Singkat kata, orang kristen yang baik ialah, orang yang taat kepada pemerintah yang sah dan menjalankan tugasnya dengan baik demi kesejateraan rakyat sesuai dengan kehendak Allah.
Sebagai orang beriman dan berjiwa nasionalis, kita juga diminta memaknai kemerdekaan negara kita dengan bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah dan sikap warga negaranya. Sikap kritis merupakan dukungan yang bagus dalam menuntun arah negara ke kebijakan yang benar danbijaksana. Sikap kritis bukan berarti membangkang atau kurang percaya, melainkan melihat kenyataan secara obyektif, menilai secara tepat dan adil. Apa yang kurang dan buruk layak ditolak. Misalnya penggantian konstitusi semena-mena demi kelanggengan kekuasaan pribadi dan keluarga. Yang sudah baik harus dihargai dan ditingkatkan. Pemerintah yang rakyatnya kurang kritis akan mudah tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaaan, yang sebenarnya diberikan oleh Tuhan demi kemakmuran seluruh rakyat. Selain itu, kita mesti berpandangan positif terhadap pemerintah sekaligus sebagai perwujudan dari pengalaman iman kita. Kita mesti peduli terhadap nasib bangsa kita, membuang sikap acuh tak acuh untuk menghindari kesan bahwa iman dan agama kita asing di nusantara ini. Pemerintah yang kurang didukung oleh rakyat tidak akan mampu membangun kesejahteraan. Lebih dari itu, kepekaan untuk membela warga yang menderita mesti ditumbuhkembangkan dalam diri setiap umat beriman. Sebab seperti Allah sendiri, umat beriman juga mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan setiap orang, terutama mereka yang tidak mempunyai daya untuk memperolehnya sendiri. Selamat memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-79. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!