Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. (Luk 12:58)
Saudara-saudari terkasih, petikan ayat Injil di atas sangat menyentuh hati saya. Pesan pengajaran Yesus sangat jelas, yakni jalan damai merupakan pilihan terbaik dalam suatu perkara. Bila kita mengajukan suatu perkara kecil, entah ketidakpuasan kepada pengadilan, akan semakin banyak kerugian, antara lain biaya macam-macam (transport ke sana sini, bayar pengacara, bayar pengadilan), relasi menjadi putus atau hambar, dan lain sebagainya. Maka, memang yang paling baik ialah berdamai. Membaca ayat ini saya teringat dengan kisah seorang teman yang merasa hak-haknya tidak dipenuhi oleh sebuah yayasan yang merugi, terlebih karena pandemi, hingga tidak sanggup mempertahankan kelangsungan yayasan. Pihak yayasan sudah terus berjuang hingga mengemis ke sana sini untuk mempertahankan kelangsungan hidup orang yang bekerja di sana. Lalu, pihak yayasan kadang mengistirahatkan karyawan, dan meminta agar diberi saja yang bisa diberi, dan dianggap layak kepada karyawan. Akhirnya karyawan tidak puas dan menuntut ke Disnaker. Sesudah berulangkali bertemu, akhirnya Disnaker mengajak berdamai dan menyepakati sesuai dengan usul yayasan sebelumnya. Habis waktu, habis tenaga, toh harus jalan damai juga. Benar kata Yesus tadi.. berdamai merupakan pilihan terbaik sebelum berperkara. Ini baik untuk direnungkan semua.. berdamai dengan tetangga, dan lain lain.. yuk..mari menggalakkan budaya damai.. Tuhan memberkati ..pace e bene.. [Sdr. Yoseph Sinaga]
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!