Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

MENGASIHI ALLAH DALAM DIRI SESAMA (Ul 6:2-6; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34)

D. Michael A. Aritonang OFMCap
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar kata kasih yang sepadan juga dengan tindakan memberi. Orang sering berkata: “Kasihlah untuk dia” atau “Berilah sedikit dari apa yang kau punya”. Kata-kata ini mengandaikan ada sesuatu yang diberi sebagai tanda kasihnya. Kasih tanpa memberi tidak mungkin terjadi sebab dalam pemberian itulah tampak ungkapan kasih itu, entah berupa materi atau dukungan moril. Sebagai contoh, ketika kita melihat seseorang jatuh dari sepeda motor dan kita berkata: “Kasihan yah, orang itu jatuh dari sepeda motornya” tetapi kita tidak menolong dia, rasa kasihan itu sama sekali tidak ada artinya. Maka, mengasihi harus selalu dibarengi dengan tindakan konkret, nyata, bukan sekedar kata-kata belaka.
Bagi Yesus, perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan menjadi sangat penting dalam kehidupan ini. Sebab, Allah telah memberikan segala sesuatu bagi manusia dan menanamkan benih-benih kasih itu dalam hati setiap orang. Dia memberi kekuatan, kesehatan, kelimpahan rezeki, pengetahuan dan sebagainya. Oleh karena itulah, sudah layak dan sepantasnya manusia mengembalikan kasih itu kepada Allah, yang memberikan kasih itu kepada kita dengan cara mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.
Akan tetapi, Yesus juga sangat menekankan bahwa hal yang kedua yang sepadan dengan itu adalah mengasihi sesama. Bagi Yesus, sesama yang ada di sekitar kita menjadi sarana pengejawantahan, perwujudannyataan rasa cinta atau kasih kita kepada Allah. Yesus juga menuntut supaya iman kepada Allah, dinyatakan melalui cinta kepada sesama yang ada di sekitar kita. Artinya, tak seorang pun dapat mengatakan bahwa dia mengasihi Allah, tetapi membenci sesamanya. Itu sama artinya dengan bohong dan termasuk orang-orang munafik yang sama sekali tidak mengerti apa artinya mengasihi Allah.
Perintah untuk mengasihi Allah dan manusia dengan segenap hati, segenap akal budi dan segenap kekuatan, sejak awal memang telah diingatkan kepada kita, bahkan sejak zaman Musa. Musa, yang adalah pemimpin bangsa pilihan Allah, bangsa Israel, mengingatkan supaya mereka tetap berpegang teguh kepada perintah dan ketetapan Allah, yakni hidup murni, setia dan takut akan Allah. Inilah perintah yang seharusnya mendasari kehidupan setiap orang. Musa mengingatkan supaya apa yang dahulu telah dilaksanakan oleh nenek moyang mereka, yakni segala yang baik dan berkenan kepada Allah, juga harus dikerjakan oleh bangsa Israel saat ini. Tujuannya adalah supaya keadaan hidup mereka dan keturunannya terjamin serta diperkenankan memasuki negeri yang berlimpah susu dan madunya.
Sejak awal ternyata Allah telah menjanjikan kehidupan yang baik dan penuh kelimpahan bagi semua orang yang dengan setia berpegang pada perintah dan ketetapan Allah. Dan perintah yang dulu disampaikan Musa kepada bangsa Israel sekarang menjadi sangat relevan bagi kita sekarang ini. Rupanya, perintah ini menjadi sangat penting, sehingga Yesus dalam injil kembali menekankan hal ini. Yesus dalam konteks ini bukannya mau mengulangi apa yang telah diajarkan oleh Musa kepada Bangsa Israel, melainkan ingin menggenapi dan menyempurnakan perintah itu. Dan itu tampak dalam pemberian diri-Nya sebagai bukti kasih Allah kepada manusia yang diciptakan-Nya. Yesus menjadi representasi, yang menghadirkan Allah dalam diri-Nya. Dan bukti kasih Allah kepada manusia disempurnakan oleh Yesus melalui jalan salib dan penyerahan diri-Nya sebagai kurban penghapus dosa-dosa manusia. Dialah Imam Agung Perjanjian Baru dan kekal yang telah menumpahkan darah-Nya sendiri supaya manusia yang dicintai dan dikasih-Nya selamat. Dia tidak sama dengan Imam Agung keturunan Lewi atau Harun, tetapi Imam Agung yang mempersembahkan diri sekali untuk selamanya. Dia yang tidak berdosa merelakan diri untuk menjadi tebusan dosa umat manusia yang dicintai-Nya. Dan karena itulah, imamat Yesus Kristus sempurna dan kekal untuk selama-lamanya.
Yesus mengajak kita semua untuk tetap berpegang teguh pada perintah dan ajaran-Nya, yakni mengasihi Allah dan sesama. Bukti cinta kasih kepada Allah itu hanya dapat diwujudnyatakan dengan cara mengasihi sesama. Kita tidak dapat berdoa dengan tenang sementara kita masih membenci dan menaruh dendam kepada sesama. Dan tak mungkin pula kita dapat berkata: “Bapa kami yang ada di surga” tetapi segala ketidakadilan, kejahatan, kebohongan, nafsu duniawi, masih kita biarkan merajalela. Oleh karena itu, mari kita senantiasa mewujudkan cinta kasih Allah dengan cara mengasihi sesama di sekitar kita. Bila kita mau melaksanakan semuanya itu, maka kelak kita pun akan diperkenankan Allah memasuki Tanah Air Surgawi yang berlimpah susu dan madunya. Di sanalah kita akan memperoleh kehidupan kekal bersama Allah dan para kudus. Dan saat ini pun, kita akan merasakan sukacita dan kedamaian meskipun akan selalu ada tantangan. Semoga kita semua mampu mengasihi Allah dalam diri sesama dalam peziarahan di bumi ini. Amin. 
Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting