
Roti pada hakekatnya dapat membuat orang kenyang dan anggur membuat orang puas dari kehausan. Akan menjadi berbeda bila roti dan anggur itu menjadi sarana untuk memperoleh kehidupan kekal, seperti disampaikan oleh Yesus dalam penutup khotbah-Nya tentang Roti Hidup. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”. Di sini, Yesus mau menegaskan bahwa hanya karena persatuan dengan diri-Nya sendirilah setiap orang akan memperoleh kehidupan abadi. Kristuslah Roti Hidup yang akan menghidupkan setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Ungkapan “Makan daging-Ku dan minum darah-Ku” yang disampaikan oleh Yesus ternyata menjadi bahan pembicaraan di antara orang-orang Yahudi, sebab mereka diajak untuk makan daging dan minum darah manusia (menjadi kanibal). Akan tetapi, maksud Yesus tidaklah demikian. Yesus hanya ingin mengajak semua orang untuk semakin mempersatukan diri dengan diri-Nya. Di sini, orang-orang Yahudi salah menafsir, dan tidak sungguh-sungguh mengerti tujuan perkataan Yesus. Padahal Yesus hanya mengatakan bahwa satu-satunya sarana untuk memperoleh kehidupan kekal adalah percaya kepada-Nya dan menyambut Tubuh dan Darah-Nya.
Orang-orang Yahudi salah mengerti maksud perkataan Yesus karena sejak awal mereka melihat bahwa semua ajaran Yesus bertentangan dengan adat istiadat bangsa mereka dan dari ajaran guru-guru spiritual mereka pada saat itu. Karena itulah, apa yang dikatakan Yesus menjadi suatu batu sandungan bagi mereka meskipun perkataan Yesus selalu benar. Mereka dibutakan oleh kebiasaan yang salah, yang seharusnya ditinggalkan. Mereka tidak ingin melanggar kebiasaan yang sejak dahulu telah dihidupi oleh nenek moyang mereka . Karena itulah mereka menolak Yesus.

Ajakan Yesus untuk makan Tubuh dan minum Darah-Nya sangat nyata kita lihat dalam Perayaan Ekaristi saat ini. Itulah bentuk ucapan syukur kita yang paling nyata seperti telah diajarkan Yesus dahulu kepada para murid-Nya. Namun, apakah kita sungguh-sungguh mengerti arti Perayaan Ekaristi? Banyak orang salah memaknai Perayaan Ekaristi, seperti orang-orang Yahudi salah mengerti perkataan Yesus. Perayaan Ekaristi dilihat sebagai rutinitas belaka, yang kering dan monoton. Perayaan Ekaristi tidak lagi dihayati dengan sungguh-sungguh. Maka, mulailah datang terlambat ke gereja, dan pulang lebih cepat. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat hening dipergunakan sebagai waktu untuk main hp, menggosip, dan sebagainya. Menyambut Tubuh dan Darah Kristus tidak lagi dilihat sebagai suatu kebutuhan hidup sebagai orang Katolik, melainkan hanya ikut-ikutan saja. Maka, pantaslah kalau Perayaan Ekaristi tidak memberi pengaruh apapun pada hidupnya, meskipun dia tetap menyambutnya.

Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!