Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Roti pada hakekatnya dapat membuat orang kenyang dan anggur membuat orang puas dari kehausan. Akan menjadi berbeda bila roti dan anggur itu menjadi sarana untuk memperoleh kehidupan kekal, seperti disampaikan oleh Yesus dalam penutup khotbah-Nya tentang Roti Hidup. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”. Di sini, Yesus mau menegaskan bahwa hanya karena persatuan dengan diri-Nya sendirilah setiap orang akan memperoleh kehidupan abadi. Kristuslah Roti Hidup yang akan menghidupkan setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Ungkapan “Makan daging-Ku dan minum darah-Ku” yang disampaikan oleh Yesus ternyata menjadi bahan pembicaraan di antara orang-orang Yahudi, sebab mereka diajak untuk makan daging dan minum darah manusia (menjadi kanibal). Akan tetapi, maksud Yesus tidaklah demikian. Yesus hanya ingin mengajak semua orang untuk semakin mempersatukan diri dengan diri-Nya. Di sini, orang-orang Yahudi salah menafsir, dan tidak sungguh-sungguh mengerti tujuan perkataan Yesus. Padahal Yesus hanya mengatakan bahwa satu-satunya sarana untuk memperoleh kehidupan kekal adalah percaya kepada-Nya dan menyambut Tubuh dan Darah-Nya.
Orang-orang Yahudi salah mengerti maksud perkataan Yesus karena sejak awal mereka melihat bahwa semua ajaran Yesus bertentangan dengan adat istiadat bangsa mereka dan dari ajaran guru-guru spiritual mereka pada saat itu. Karena itulah, apa yang dikatakan Yesus menjadi suatu batu sandungan bagi mereka meskipun perkataan Yesus selalu benar. Mereka dibutakan oleh kebiasaan yang salah, yang seharusnya ditinggalkan. Mereka tidak ingin melanggar kebiasaan yang sejak dahulu telah dihidupi oleh nenek moyang mereka . Karena itulah mereka menolak Yesus.
Kita orang beriman diundang untuk menyantap Tubuh dan Darah Kristus supaya kita dapat diikutsertakan dalam perjamuan kehidupan kekal yang disediakan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Penulis kitab Amsal dalam bacaan pertama telah mengingatkan kita untuk datang kepada Sang Kebijaksanaan itu dan meninggalkan segala bentuk kebodohan. Amsal mengajak kita untuk mengikuti jalan pengertian dan kebijaksanaan yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus juga mengatakan hal yang sama, yakni berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan dan hidup dalam kebijaksanaan yang akan mengajari kita semua jalan-jalan Tuhan. Dan kita harus mampu bersyukur setiap saat dalam situasi apapun dalam kehidupan kita.
Ajakan Yesus untuk makan Tubuh dan minum Darah-Nya sangat nyata kita lihat dalam Perayaan Ekaristi saat ini. Itulah bentuk ucapan syukur kita yang paling nyata seperti telah diajarkan Yesus dahulu kepada para murid-Nya. Namun, apakah kita sungguh-sungguh mengerti arti Perayaan Ekaristi? Banyak orang salah memaknai Perayaan Ekaristi, seperti orang-orang Yahudi salah mengerti perkataan Yesus. Perayaan Ekaristi dilihat sebagai rutinitas belaka, yang kering dan monoton. Perayaan Ekaristi tidak lagi dihayati dengan sungguh-sungguh. Maka, mulailah datang terlambat ke gereja, dan pulang lebih cepat. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat hening dipergunakan sebagai waktu untuk main hp, menggosip, dan sebagainya. Menyambut Tubuh dan Darah Kristus tidak lagi dilihat sebagai suatu kebutuhan hidup sebagai orang Katolik, melainkan hanya ikut-ikutan saja. Maka, pantaslah kalau Perayaan Ekaristi tidak memberi pengaruh apapun pada hidupnya, meskipun dia tetap menyambutnya.
Yesus mengundang kita semua untuk menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa Ekaristi. Efek dari menyambut Tubuh dan Darah Kristus adalah memberi diri sebagai korban bagi sesama yang membutuhkan pertolongan kita, bukan asal hadir saja, melainkan sungguh-sungguh menjadi bagian dari kehidupan mereka. Semangat berbagi terhadap sesama, itulah ungkapan nyata dari setiap orang yang telah mengikuti Perayaan Ekaristi dan menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Kita diundang untuk menjadi seorang katolik yang militan, yang mampu mempertanggungjawabkan iman akan Kristus dan berbagi dengan sesama di mana pun kita berada. Kekuatan kita ada pada Tubuh dan Darah Kristus yang kita sambut, asal kita dengan sungguh-sungguh mau menghayatinya dalam kehidupan kita setiap hari. Jika tidak, maka kita tidak akan bisa melaksanakan pesan Ekaristi, yang diutus untuk memberi kesaksian iman di tengah-tengah dunia ini. Kristuslah Roti Hidup. Barangsiapa makan Tubuh dan minum darah-Nya, akan mempunyai hidup kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman. Maka, mari kita menjawab undangan Kristus itu supaya kita diikutsertakan dalam kehidupan kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman. Semoga. Amin.
TUBUH DAN DARAH KRISTUS SEBAGAI SANTAPAN HIDUP KEKAL (Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58)
Labels:
Renungan
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!