NUBUAT NABI HAGAI TENTANG PEMBANGUNAN KEMBALI BAIT SUCI
Sdr. Hendrik Jonan
1. Pengantar
Nabi Hagai berkarya pada abad VI, sekitar tahun 520 Sebelum Masehi yaitu sesudah pembuangan dari Babilonia. Nama Hagai sendiri berarti pesta. Hagai adalah seorang imam yang hidup sezaman dengan seorang nabi bernama Zakharia. Kitab ini menceritakan kisah Bangsa Israel yang telah kembali dari pembuangan Babel. Kitab ini ditulis tahun 520 SM, sekitar 18 tahun setelah raja Koresy menaklukkan Babilonia. Raja Koresy waktu itu mengeluarkan dekrit (539 SM) tentang pembebasan Bangsa Israel dari Pembuangan dan mereka boleh kembali ke tanah airnya. Koresy juga mengizinkan pembangunan kembali Bait Suci, karena ia menghargai praktik agama dari penduduk wilayah kekuasaan-nya.
Inti nubuat Nabi Hagai terletak pada seruanya pada pembangunan Bait Suci. Ia mengajak Bangsa Israel supaya setia melaksanakan pembangunan Bait Suci yang telah dihancurkan Bangsa Babel. Nabi Hagai menyadarkan Bangsa Yahudi arti pentingnya Bait Suci bagi mereka. Bait Suci adalah kebahagiaan terbesar Bangsa Israel. Dengan membangun Bait Suci mereka mengalami kebahagiaan yakni kehadiran Tuhan yang memberi kekuatan bagi bangsa pilihanya. Nabi Hagai sangat berjuang memprakarsai pembangunan kedua Bait Suci bagi orang Yahudi.
Kerangka Kitab Nabi Hagai terbagi atas:
Bagian I (1:1-2:1a) Berkaitan dengan pembangunan kembali Bait Suci.
1:1 Judul
1:2-11 Nubuat I: Dorongan untuk membangun kembali Bait Suci
1:12-2:1a Nubuat II: Jawaban dan jaminan
Bagian II: Kemegahan Bait Suci (2: 1b-2:24)
2:1b-2:10 Nubuat III: Jaminan dan janji
2:11-20 Nubuat IV: Keputusan dan berkat masa depan
2:21-24 Nubuat V: Masa depan Zerubabel.
2. Pembangunan Bait Suci Mendatangkan Berkat
Dalam nubuatnya, Hagai menjelaskan bahwa penyebab kegagalan panen yang dialami Bangsa Israel terjadi karena bangsa itu lebih fokus membangun rumah mereka sendiri. Mereka sama sekali mengabaikan Bait Suci. Pada hal, fondasinya telah diletakan pada musim semi pada tahun 536 SM oleh kelompok pertama yang kembali dari Babel (Ez 3:8-13). Meski telah dimulai, namun tidak terlihat kemajuan yang signifikan dan justru terbengkalai. Dengan demikian harapan untuk berdirinya Bait Suci dalam kemegahan belum terwujud. Bait Suci itu tetap dalam keadaan reruntuhan yang tidak terjamah. Dikatakan bahwa kekeringan mengakibatkan tanah dan hasil panen gagal, serta semua binatang menjadi musnah. Nabi Hagai melihat bahwa akar utama dari bencana yang melanda daerah Yerusalem, dikarenakan terabaikannya pembangunan Bait Suci.
Nabi Hagai menubuatkan bahwa bila orang menemukan kembali gairah iman dan keberanian untuk membangun Bait Suci, maka berkat Allah akan mengalir kembali atas Bangsa Israel. Pengharapan akan munculnya Bait Suci yang megah memberikan gairah bagi rakyat untuk bersama-sama membangun Bait Suci. Harapan ini lebih konkret dibandingkan akan harapan mesianis yang kerap kali muncul dalam warta kenabian. Berdirinya Bait Suci menunjukkan tanda-tanda baru akan sebuah masa depan yang cerah.
Menurut Hagai membangun kembali Bait Suci yang telah runtuh sama dengan membangun kembali hubungan rakyat dengan Allah. Pembangunan Bait Suci sebagai rumah Allah adalah tanggung jawab seluruh umat. Sang nabi yakin bahwa sampai tugas membangun Bait Suci selesai umat tetap hidup di bawah hukuman dan penghakiman Tuhan yang terlaksana lewat pembuangan dan itu berlanjut dalam keadaan berat kehidupan mereka sehari-hari. Bilamana Bait Suci selesai berkat akan akan datang menggantikan penghakiman Allah. Tuhan akan tinggal dalam Bait Suci.
Oleh karena itu umat diajak untuk kembali membangun rumah Tuhan pada hari yang kedua puluh empat dalam bulan yang keenam. Dalam semangat ketaatan dan setia mereka memulai kembali proyek pembangunan Bait Suci. Allah akan memberikan jaminan dan janji-Nya bila mereka berhasil merampung pembangunan Bait Suci itu. Allah akan kembali mendatangkan berkatnya atas Israel.
Bait Allah berdiri di tengah bangsa Israel sebagai simbol kemurahan Allah (Ezr 6:19-12). Bait Allah merupakan simbol bahwa masyarakat itu telah dipulihkan kepada perkenanan Allah. Dikatakan bahwa pembangunan Bait Suci pernah dilanjutkan kembali pada hari kedua puluh empat dari bulan keenam pada tahun kedua pemerintahan Raja Darius. Pembangunan kembali Bait Suci ini terjadi pada tahun 520 sebelum masehi. Bait Suci ini baru selesai dibangun pada hari ketiga bulan adar dalam tahun keenam pemerintahan Darius.
3. Bait Suci Lambang Kemegahan Dinasti Daud
Diakui bahwa Bait Suci yang baru itu memiliki keindahan yang tidak sebanding dengan Bait Suci yang pernah dibangun Raja Salomo. Meski demikian Allah akan menampakkan diri sekali lagi kepada Bangsa Israel seperti yang pernah dilakukan-Nya di Sinai dan memenuhi bait yang baru dibangun itu dengan kemuliaan-Nya. Rendahnya mutu rumah Allah itu akan diperbaiki ketika Bangsa Israel yang merasa gelisah dan tertarik oleh wahyu yang baru itu akan datang membawa kekayaan mereka ke Rumah Allah. Kemuliaan rumah Allah yang baru akan melampaui rumah yang dahulu sebagaimana dinubuatkan oleh para nabi.
Dengan berdiri Bait Suci dalam kemegahannya di Yerusalem, dinasti Daud sebagaimana yang dinubuatkan para nabi akan bangkit berdiri kembali. Yahwe akan menjadikan Zerubabel yang adalah keturunan Daud, seperti cincin meterainya, sebagai simbol kedaulatan kembali dinasti Daud. Dengan berdirinya kembali Bait Suci dan kerajaan Daud pada tempatnya lagi pembaruan atas Israel pasti akan berhasil.
Bait Suci ternyata mendapat tempat yang lebih baik di hati orang-orang Israel, yang merupakan sisa-sisa pembuangan. Mereka melihat betapa pentingnya keberadaan Bait Suci dalam kehidupan keagamaan mereka dalam bermasyarakat. Karena itu mereka berjuang untuk membangun kembali Bait Suci sebagai identitas sekaligus pertama-tama sebagai tanda bahwa mereka adalah bangsa yang sungguh dicintai dan diam bersama Allah di bait-Nya yang kudus.
4. Penutup
Nabi Hagai memiliki pemikiran bahwa Bait Suci adalah wujud kehadiran Tuhan dan kelanjutan dari karya penyelamatan Allah. Tanpa kehidupan iman dan beribadat kepada Allah, maka Allah tidak akan memberikan berkat dan kebaikan bagi Bangsa Israel pada zaman itu.
Keyakinan akan pembangunan Bait Suci telah lama hadir sejak zaman Raja Daud yang kemudian diwujudkan oleh Salomo dengan membangun Bait Suci yang pertama di Yerusalem. Bait Suci yang dibangun Salomo runtuh ketika Yerusalem ditaklukan oleh kerajaan Babilonia dan tokoh Israel yang berpengaruh pada masa itu dibuang ke Babel. Setelah kembali dari pembuangan Babel, muncul gerakan untuk membangun kembali Bait Suci di Yerusalem yang telah runtuh.
Pembangunan Bait Suci secara fisik untuk zaman ini memang sangatlah penting sebagai Rumah Ibadat. Akan tetapi ada hal yang jauh lebih penting lagi dibalik berdirinya sebuah rumah Ibadat secara fisik tersebut, yaitu pembangunan hati dalam semangat pertobatan dan hidup moral orang-orang yang beribadat di dalamnya. Dengan demikian bangunan Rumah ibadat yang megah harus serasi dengan semangat ibadah umat. Pace e Bene.
Daftar Pustaka
Bullock, C. Hassell, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gunung Mas, 2002.
Darmawijaya, St. Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Pazdan, Mary Margaret, “Hagai”, dalam Deanne Bergant-Robert J. Karris (eds), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!