Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

MENJADI TERANG ATAU CAHAYA BAGI SESAMA (Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12)

Fr. Michael A. Aritonang OFMCap

Hari ini kita merayakan Epifani, Hari Raya penampakan Tuhan kepada segala bangsa, yang diwakili oleh para Majus. Kata Epifani (Yunani) artinya “manifestasi” atau “pewahyuan”. Epifani mulai dirayakan pada abad ke-3 di Gereja Timur (Yerusalem) pada 6 Januari dengan maksud untuk menghormati Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta. St.Yohanes Krisostomus yang berkhotbah di Anthiokia pada 6 Januari 387 menjelaskan mengapa Epifani menjadi perayaan yang lebih agung dibandingkan dengan Natal. “Mengapa hari ini disebut Epifani? Karena bukan ketika Ia lahir, Ia bermanifestasi (menyatakan diri) kepada semua orang, namun ketika Ia dibaptis. Hingga pada hari inilah (baca:pada saat pembaptisan-Nya) Ia tidak dikenal oleh orang banyak.” Pusat ritual dalam liturgi Timur (Gereja ritus Timur) adalah pemberkatan meriah atas air baptis.
Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat (Roma) pada abad ke-4 namun dengan fokus yang berbeda. Alih-alih merayakan pembaptisan Kristus, Epifani dihubungkan dengan manifestasi Kristus pada bangsa kafir (baca:bangsa non-yahudi) yang hadir dalam pribadi Tiga Orang Majus. Teks-teks kuno menyebutkan bahwa Pembaptisan Kristus dan Mukjizat Perjamuan Nikah di Kana juga dirayakan dalam perayaan tersebut. Ketika terjadi pembaharuan liturgi pada 1955, maka tidak ada lagi vigili dan oktaf (suatu masa 8 hari pasca hari raya) Epifani, selain itu Pesta Pembaptisan Tuhan kini dirayakan pada hari Minggu setelah Epifani. (Pembaharuan ini kemudian diikuti dengan penetapan aturan yang memperbolehkan konferensi uskup setempat untuk menggeser Epifani ke hari Minggu antara 2-8 Januari, agar Epifani bisa dirayakan oleh umat secara meriah, mengingat situasi dan kondisi daerah setempat yang tidak memungkinkan untuk menjadikan Epifani sebagai hari libur nasional).
Orang-orang Majus (Magoi) adalah orang-orang dari kasta imamat tertinggi di dunia Persia dan Babilonia. Mereka dikenal dengan berbagai kemampuan seperti meramal hal-hal yang akan terjadi di masa depan, tukang sihir (dukun), dan keahlian terlarang lainnya. Akan tetapi, ada juga penafsiran yang lebih positif yakni bahwa mereka adalah para ahli filsafat dan imam, kaum terpelajar, ahli kedokteran, astrologi dan ilmu pengetahuan alam serta ilmu-ilmu keagamaan. Orang-orang Persia sangat mempercayai ramalan dari orang-orang seperti ini. Hanya mereka yang mempunyai kemampuan seperti itulah yang dapat dipilih menjadi raja. Karena itu, setiap informasi yang mereka sampaikan pasti akan diikuti oleh seluruh rakyat, sebab mereka dipandang sebagai orang yang mengetahui segala sesuatu dan mempunyai otoritas untuk menyampaikannya.
Bintang Timur yang dilihat oleh orang-orang Majus ini adalah sesuatu yang tidak biasa muncul, bahkan aneh. Sesuai dengan keahlian mereka, mereka menyimpulkan bahwa Bintang yang tampak di Timur itu merupakan suatu petunjuk bahwa telah lahir seorang yang luar biasa di Tanah Yudea, sebab tepat di atasnyalah bintang itu berhenti. Dan Bintang itu pulalah yang menuntun mereka untuk sampai pada tujuan pencarian mereka. Penampakan yang tidak biasa itu mendorong mereka untuk mencari dan menemukan apa yang telah mereka lihat. Dan ketika melihat secara langsung Anak yang luar biasa itu, mereka pun menyembah dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur, suatu persembahan yang paling berharga dari yang mereka miliki yang mereka bawa dari kekayaan negeri mereka sendiri.
Mengapa orang-orang Majus dari Timur ini mempersembahkan emas, kemenyan dan mur kepada Anak yang baru dilahirkan itu? Banyak penafsir mengatakan bahwa orang-orang Majus berpikir, orang-orang sebangsa Yusuf, Maria dan Yesus tidak memperhatikan keadaan dan bahkan membuang mereka. Karena itulah, persembahan emas, kemenyan dan mur layak dipersembahkan sebab itulah yang sangat mereka butuhkan pada saat itu. Tetapi penafsiran teologis dan diterima oleh banyak ahli adalah bahwa persembahan itu melambangkan sesuatu bagi Yesus. Emas merupakan persembahan yang biasa diberikan kepada raja, karena martabatnya. Yesus adalah Raja yang kerajaan-Nya tidak berasal dari dunia ini, melainkan dalam Kerajaan Surga. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang biasa digunakan dalam peribadatan untuk menghormati dan mengagungkan yang ilahi. Kemenyan dipersembahkan kepada Yesus hendak melambangkan keilahian Yesus sendiri. Dia adalah Allah yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia. Dan mur adalah minyak yang sangat mahal harganya yang melambangkan penderitaan yang harus dilalui Yesus dalam mewujudkan misteri keselamatan Allah.
Bintang Timur yang dilihat oleh orang-orang Majus menjadi terang dan penuntun mereka untuk menemukan Sang Kebenaran dan Terang sejati yakni Kristus. Kristuslah Terang yang menghalau kegelapan semua bangsa yang akan menuntun semua orang untuk dapat sampai kepada Allah. Bangsa yang berjalan dalam kegelapan akan melihat Terang dan semua orang akan bersukacita karena-Nya. Penampakan Bintang Timur kepada orang-orang Majus mau menggambarkan Kristus yang adalah Terang sejati yang mengalahkan kegelapan dunia yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Terang Kristus menang atas kuasa setan dan maut. Terang dan kuasa-Nya mengatasi segala kuasa yang ada di muka bumi ini.
Orang-orang Majus dari Timur merupakan gambaran orang-orang yang tidak mengenal Allah, Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka mewakili semua bangsa yang tidak mendapatkan pewartaan tentang kelahiran Sang Juruselamat. Sebelumnya, mereka hidup dalam kepercayaan kepada dewa-dewi dan hidup dari ramalan-ramalan tanpa adanya suatu kepastian. Terang Kristus akhirnya menerangi mereka untuk datang kepada Terang Sejati dengan meninggalkan segala kebiasaan lama, yakni hidup dalam dosa dan perbudakan setan. Terang Kristus membantu meeka untuk senantiasa hidup dalam damai dan kasih Allah. Karena itulah, ketika mereka telah menemukan Kristus, Sang Terang dan Kebenaran, mereka pun menyembah dan mempersembahkan harta yang paling berharga yang mereka miliki.
Orang-orang Kristen saat ini telah diterangi oleh Kristus, Sang Terang Sejati. Kristuslah yang menggerakkan hati semua orang, Yahudi dan bukan Yahudi, untuk menemukan Terang itu. Berkat kekuatan Kristus, orang-orang Kristen mampu mengalahkan kuasa kegelapan dalam hatinya yang dinyatakan melalui pertobatan, memberi diri dibaptis dan menerima pencurahan Roh Kudus. Inilah rahasia Allah yang tak dapat diduga oleh siapapun. Orang-orang Kristen dituntut untuk menjadi terang bagi sesama di sekitarnya setelah terlebih dahulu menemukan Terang itu. Dan ketika telah menemukan-Nya, kita pun harus menyembah dan memberikan persembahan yang paling berharga yang kita miliki yakni persembahan diri kita untuk pelayanan kepada Allah dan sesama. Setiap orang yang berjumpa dengan Kristus Sang Terang, dipanggil juga untuk bangkit dan menjadi terang bagi sesama. Itulah persembahan yang paling berharga dan yang berkenan kepada Allah. Maka, mari kita mencari Terang Sejati dan membiarkan Dia senantiasa bersemayam serta menerangi hati kita masing-masing. Dengan demikian, kita pun akan dapat menjadi terang dan penuntun bagi sesama kita yang berada dalam kegelapan. Semoga. Amin.
Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting