Oleh Sdr. Henrik Jonan, OFMCap
Sikap menunggu secara positif dimaknai sebagai sebuah sikap sabar yang mengandung pengharapan. Bahkan bermaknanya sesuatu atau seseorang yang akan datang pada kita itu, dapat diukur dan terlihat dari kesiapsediaan dan kesabaran kita dalam menanti. Ini terjadi karena dalam sikap menanti terkandung nilai kesediaan, kesiapan, kesabaran, semangat dan pengharapan yang sungguh membentuk jiwa kemanusiaan kita.
Pada saat ini kita sedang memasuki masa advent. Gereja Katolik seluruh dunia melihat masa ini (sebelum masa natal) sebagai sebuah masa penting dalam menghidupi iman kita akan Yesus Kristus yang telah lahir, Yesus yang telah hidup bersama para murid pada dua ribuan tahun yang lalu, iman akan Yesus Kristus yang menderita, wafat, dimakamkan, iman akan Yesus yang bangkit, naik ke surga dan iman akan Yesus yang akan datang kedua kalinya. Inti dari masa advent ditemukan dalam semangat kita sebagai orang beriman yang menantikan kedatangan Tuhan yang akan meraja atas hidup kita. Bacaan pertama dan injil yang baru saja kita dengar pada hari ini memberi sebuah petunjuk dan arah bagaimana semestinya masa advent itu dimaknai sebagai sebuah masa berahmat yang Tuhan sediakan bagi kita.
Dalam bacaan pertama, kita telah mendengarkan doa nabi Yesaya di tengah situasi sosio-religius yang memprihatinkan di Yerusalem sesudah bangsa Israel pulang dari pembuangan. Bangsa Israel yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Bapa yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan kedatangan-Nya. Dalam doanya, bansa Israel mengenang kembali kebaikan dan karya Allah yang telah dialami pada masa yang lampau sejak mereka dibebaskan dari Mesir. Ingat akan kebaikan Allah yang telah mereka rasakan itu seretak juga mengingatkan kembali tanggapan mereka terhadap-Nya yang berpaling meyembah dewa baal. Dengan mengingat kebaikan Allah, bangsa Israel menyesali perbuatannya. Oleh karena itu secara bersama bangsa itu memohon pengampunan dari Allah. Mereka memohon agar Allah yang telah menyembunyikan wajahnya karena dosa mereka sendiri, datang memperlihatkan Kerajaan dan kekuasaan-Nya. Mereka yakin bahwa Allah adalah Bapa mereka satu-satunya yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karena memang, sesungguhnya Allahlah yang menjadi Bapa bangsa biblis itu.
Sabda Yesus pada hari ini kembali mengingatkan kita akan sikap kita sebagai orang beriman berhadapan dengan masa kedatangan Tuhan yang kedua kalinya (Yunani; parousia). Bahwa saat kedatangan Tuhan itu tidak ditentukan kapan waktunya, jam berapa dsb. Yang pasti bahwa Yesus sungguh mengharapkan sikap kita yang selalu siap sedia dalam iman bahwa akan datang saatnya, apakah menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam atau pagi-pagi buta. Hidup kita saat ini adalah sebuah tanggung jawab yang diserahkan Tuhan bagi kita hamba-hambanya dalam tugas dan karya kita sepanjang hari. Bahwa kita adalah hamba yang tinggal di rumah yang bukan milik kita. Hidup kita adalah sebuah kebetulan, sebentar saja karena Tuhan akan datang merajai rumahnya sendiri (bumi ini). Bumi tempat tinggal kita saat ini bukanlah milik kita selama-lamanya. Itu adalah milik Tuhan. Demikian juga hidup kita harus mencerminkan diri sebagai hamba yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjaga. Karena itu hendaknya hidup kita selagi masih diberi waktu, kita isi dengan hal-hal yang mendatangkan iman. Hidup kita harus memperlihatkan sebuah persiapan yang matang akan masa kedatangan. Sebuah hidup yang diisi dengan hal-hal yang bermakna. Pada masa advent ini Yesus mengajak kita untuk berjaga-jaga dalam iman. Sikap berjaga-jaga dalam iman berarti bahwa hidup kita harus diisi dengan doa, sesal dan tobat. Hidup kita harus bersih dari perbuatan jahat. Hidup kita harus jauh dari ketidakadilan, dendam, kebencian, pemerasan, korupsi dan kejahatan lainnya yang membuat kedatangan Tuhan itu tak berarti untuk kita. Pada masa advent ini kita diajak oleh Yesus untuk mengembangkan hidup damai dan kasih kepada sesama dan Alllah. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!