Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Seorang gembala pasti mempunyai binatang untuk digembalakan. Tak seorang pun dapat disebut sebagai gembala jikalau ia sendiri tidak mempunyai kawanan untuk digembalakan. Biasanya kehidupan seorang gembala sangat sederhana dan pekerja keras. Dia pasti selalu mengusahakan yang terbaik untuk kawanan gembalaannya, misalnya memberi makan-minum, mencari tempat perlindungan dari terik matahari, memelihara supaya jangan sakit, dan melindunginya terhadap bahaya yang mengancam. Kerap kali para gembala harus berkorban untuk menjaga jangan sampai kawanannya tersesat, kelaparan, kehausan atau terancam bahaya.
Injil hari ini menceritakan tentang Yesus, sebagai Gembala yang Baik yang menjadi pintu masuk bagi seluruh kawanan domba-Nya. Dia membawa domba-domba ke padang rumput yang hijau, sumber air yang sejuk dan tempat perlindungan yang aman. Dia mengenal semua domba dan menuntun domba-domba masuk ke dalam kandang sehingga tak satu pun yang tersesat. Dia sungguh-sungguh memberikan yang terbaik bagi kawanan domba-Nya dan domba-domba pun mendengarkan suara-Nya.
Yesus menyebut diri-Nya sebagai pintu masuk ke dalam kandang di mana domba-domba bisa masuk. Kandang yang dimaksud oleh Yesus adalah Kerajaan Allah, tempat di mana orang-orang benar dikumpulkan; domba-domba adalah setiap manusia yang ada di bumi ini. Nah, bila Yesus mengatakan diri-Nya sebagai pintu masuk, artinya Dia sendirilah yang menjadi jalan utama dan yang dapat menuntun manusia untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Tanpa melalui Dia, tak seorang pun dapat sampai ke dalam Kerajaan Allah dan tentu saja tak dapat menikmati kebahagiaan serta memperoleh hidup kekal. Yesus adalah satu-satunya gembala yang dapat menuntun domba-domba kepada kehidupan dan keselamatan. Sebagai seorang gembala, Yesus memberikan yang terbaik bagi kawanan domba-Nya; memelihara dan melindungi domba-domba dari segala bahaya yang mengancam dan tak membiarkan domba-domba tersesat, hilang apalagi binasa.
Yesus adalah Gembala yang Baik yang memberikan teladan bagi domba-domba-Nya. Domba-domba itu adalah kita semua yang telah percaya dan dibaptis dalam nama-Nya. Dia menjadikan diri-Nya sebagai kurban silih untuk keselamatan kita manusia. Dia rela menderita dan wafat di salib untuk menebus umat manusia dari segala dosa dan maut supaya manusia melihat dan percaya bahwa Dia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Teladan untuk rela menderita demi keselamatan manusia inilah yang kemudian diwariskan oleh Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan kepada Gereja masa kini.
Gereja Katolik menjadikan diri sebagai sarana keselamatan bagi semua orang yang mau mengimani bahwa Kristus adalah Allah. Iman itu dinyatakan melalui pemberian diri untuk dibaptis dan dengan demikian akan menerima Roh Kudus. Tetapi tidak cukup hanya sampai di situ saja. Konsekuensi logis dari baptis dan yang telah menerima Roh Kudus adalah menjadi saksi hidup atas teladan yang diberikan oleh Yesus. Seorang yang sudah dibaptis dipanggil untuk menjadi sarana keselamatan bagi orang lain supaya mereka dapat mengenal Allah. Untuk mewujudkannya memang bukan persoalan yang mudah atau tanpa tantangan. Pasti selalu ada kesulitan atau tantangan yang berat. Namun, seorang pewarta dan pengikut Kristus harus siap dicaci maki, dihina, diancam dan bahkan dibunuh. Dan rasul Petrus telah mengingatkan dan meneguhkan kita supaya tidak pernah takut menghadapi semuanya itu sebab Yesus sendiri pun telah terlebih dahulu melewatinya. Dia yang tidak pernah berbuat dosa dan tipu muslihat tidak ada pada-Nya harus menerima penderitaan dan kematian yang sangat ngeri. Penderitaan dan penganiayaan akibat dosa manusia ditanggung dan dipikul-Nya sendiri supaya kita semua selamat dan memperoleh hidup abadi.
Yesus membawa kita kembali kepada Gembala Agung yakni Allah Bapa, yang memelihara jiwa kita dan menjadikan diri-Nya sebagai pintu masuk untuk dapat masuk ke dalam kawanan domba Allah dalam Kerajaan-Nya. Inilah yang harus kita teladani dari Kristus sang Gembala yang baik dan pintu masuk ke dalam kerajaan Allah. Kita juga harus menjadikan diri kita sebagai sarana keselamatan dan saluran rahmat Allah bagi sesama yang ada di sekitar kita. Kita harus mampu membuat orang lain dapat sampai pada pengenalan akan Allah yang benar dan menyelamatkan. Penderitaan dan penganiayaan merupakan sesuatu yang harus kita pikul bila kita ingin memperoleh keselamatan dan kehidupan abadi dalam Kristus. Maka, sanggupkah kita meneladani Kristus sebagai gembala yang baik dan menjadikan diri kita sebagai sarana keselamatan bagi orang lain? Sanggupkah kita menderita dan bahkan mati demi memperjuangkan kebenaran dan keadilan di sekitar kita? Mampukah kita untuk hidup dalam damai dan menjadi pembawa damai dan sukacita bagi mereka yang membutuhkannya? Amin.
“KRISTUS TUHAN ADALAH GEMBALA YANG MEMBAWA MANUSIA KEPADA KESELAMATAN.” (Kis 2:14a.36-41; 1Ptr 2:20b-25; Yoh 10:1-10)
Labels:
Renungan
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!