Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan I : Yes 60:1-6
Bacaan II : Ef 3:2-3a.5-6
Bacaan Injil : Mat 2:1-12
Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus
Latin pada 6 Januari, namun Gereja memperbolehkan Konferensi Uskup setempat
untuk menggeser hari raya ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata
serapan lain dalam kosakata gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata
Epifani berasal dari bahasa Yunani, dan berarti “manifestasi” atau “pewahyuan”.
Hari Raya Penampakan Tuhan mulai dirayakan pada abad III di Gereja Timur (baca: Gereja partikular
yang menggunakan ritus Timur dan berkedudukan di sebelah timur Yerusalem) pada 6 Januari dengan maksud untuk
menghormati Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai
salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta.
Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat (baca:
Gereja ritus latin yang berkedudukan di sebelah barat Yerusalem dan berpusat di
Roma) pada abad IV namun dengan fokus yang berbeda. Liturgi yang
berkaitan dengan Epifani seharusnya mengandung tiga aspek, yaitu: kunjungan
orang Majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan memang, Ibadat Pagi
(Laudes) pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani dalam antifon
Kidung Zakharia: “Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan Gereja, sebab di
Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas membawa
persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air yang diubah
menjadi anggur, Alleluya.”
Makna Epifani menjadi semakin jelas jika kita melihat hubungan antara
bacaan Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan
dari penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi
menjelang penyaliban-Nya. Yesus menyatakan diri-Nya kepada bangsa kafir (baca:
bangsa non-Yahudi) yang terwakilkan melalui para Majus, dan adalah bangsa kafir
(baca: bangsa non-Yahudi) pula, yaitu perwira Romawi, yang kemudian mengenali
Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib. Peristiwa yang paralel ini
mengingatkan kita bahwa. Liturgi kita mempunyai “tema besar”, yaitu bahwa,
sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, kita selalu merayakan
misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus!
Dalam injil
diceritakan tentang orang-orang Majus dari Timur yang datang ke Yerusalem untuk
mencari Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan dan mereka datang untuk
menyembah-Nya. Orang-orang Majus yang adalah ahli perbintangan tahu bahwa bintang
yang bersinar di Timur itu adalah bintang yang datang untuk menghalau kegelapan
di bumi ini. Bintang itulah yang menuntun mereka sampai ke tempat di mana raja
yang baru dilahirkan itu berada. Dan ketika sampai kepada-Nya, mereka
mempersembahkan barang-barang berharga yang mereka miliki, yakni emas, kemenyan dan mur.
Ketika
orang-orang Majus bertanya kepada Herodes, dia terkejut sebab dia belum pernah
mendengar nubuat tentang kelahiran raja baru itu. Karena itu, dia meminta para
ahli taurat dan imam kepala untuk menjelaskan tentang semuanya itu. Dan setelah
mendapat keterangan, Herodes menyuruh para Majus itu untuk pergi dan meminta
supaya mereka memberi kabar kepadanya ketika mereka sudah menemukan bayi itu.
Siapakah bayi, yang disebut-sebut sebagai raja orang Yahudi yang baru
dilahirkan itu? Dia adalah Yesus, Anak Daud dan Anak Allah yang datang untuk
menawarkan keselamatan kepada semua orang. Kedatangan-Nya sebagai penyelamat
diperkenalkan dalam wujud bintang yang bersinar terang bagi seluruh bumi dan
menuntun semua orang datang kepada-Nya. Cahaya bintang itu menyentuh para Majus
dan mereka datang untuk menyembah-Nya. Para Majus menyadari bahwa cahaya
bintang itu akan menyinari kehidupan mereka dan membawa mereka kepada
keselamatan. Hidup mereka sepenuhnya diarahkan pada pencarian akan keselamatan
kekal yang dibawa oleh Yesus. Dan ketika mereka menemukan-Nya, mereka pun
menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur.
Dalam kitab
nabi Yesaya, kedatangan Terang ini juga telah dinubuatkan. Dan Yesaya mengajak
semua orang yang percaya kepada Allah untuk bersukacita, bergembira sebab
Terang Allah telah terbit. Allah datang untuk menyinari semua umat-Nya dan
membawa harapan baru bagi mereka. Kegelapan mereka akan diubah menjadi terang
dan keputusasaan akan lenyap oleh karena pengharapan. Segala bangsa dan semua
makhluk akan datang dan bergembira engkau karena mereka telah melihat perbuatan
besar yang dilakukan Allah kepadamu. Mereka akan bergembira bersama engkau dan
memuliakan Allah karenanya.
Kita semua
umat beriman diundang untuk menjawab tawaran keselamatan yang telah dibawa oleh
Kristus, sang Terang sejati. Namun, bagaimana
caranya kita bisa melihat Terang Kristus itu? Rasul Paulus berkata: “Percayalah
kepada injil yang telah diwartakan kepadamu.” Injil yang dimaksud Paulus adalah
Kristus sendiri. Kristus adalah isi injil yang diwartakan. Dia datang untuk
membawa kabar gembira dan keselamatan kepada semua orang. Maka, kepada-Nya kita
harus percaya dan membuka hati dan budi kita supaya Terang Kritus berkenan diam
di dalam diri kita.
Paulus
mengatakan bahwa semua orang yang telah percaya pada pewartaan injil Kristus
menjadi ahli-ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji yang
diberikan dalam Kristus. Tidak hanya kepada orang Yahudi saja Paulus mewartakan
injil, tetapi lebih kepada semua orang yang bukan Yahudi (kafir). Nah, mereka
yang tidak termasuk bangsa Yahudi memperoleh Terang Kristus setelah mendengar
injil itu. Kristus bercahaya dan menyinari mereka sehingga mereka dibaharui
oleh Kristus dan menjadi satu dengan-Nya.
Orang-orang
Majus dari Timur dalam injil juga merupakan orang-orang yang membuka hati
kepada Terang Kristus. Hati yang terbuka inilah yang mendorong mereka untuk
mencari dan menemukan Terang itu. Dan ketika mereka menemukan-Nya, mereka
mempersembahkan harta berharga mereka, yakni emas, kemenyan dan mur. Apa maksud
dari ketiga persembahan ini? Emas biasanya dipersembahkan kepada raja sebagai
tanda hormat kepadanya. Yesus adalah Raja semesta alam, Raja yang Mahaagung.
Maka, kepada-Nya harus dipersembahkan emas sebagai tanda keagungan dan
kemahakuasaan-Nya. Kemenyan selalu berhubungan dengan hal-hal yang ilahi dan kudus
yang dilaksanakan dalam kultus peribadatan. Persembahan kemenyan kepada Yesus
adalah sebagai tanda keilahian-Nya. Dia adalah Allah yang datang ke dunia untuk
menyelamatkan manusia dari perbudakan setan dan dosa. Dia tetap sebagai Allah
dan tidak meninggalkan keilahian-Nya meskipun dalam wujud manusia. Mur
merupakan minyak wangi dan rasanya pahit. Mur biasanya dipakai untuk
mengawetkan orang mati dan juga sebagai bahan wewangian dan obat. Persembahan
mur kepada Yesus merupakan tanda sengsara dan piala yang harus diminum oleh
Yesus. Yesus akan menderita sengsara dan wafat sebagai tanda cinta-Nya kepada
manusia.
Pada Hari Raya
Penampakan Tuhan ini, apa yang harus kita buat untuk dapat menerima Terang
Kristus? Pertama, membuka hati. Kedatangan Yesus ke dunia ini adalah untuk
menawarkan keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali. Maka, siapa saja
yang mau membuka hati kepada-Nya, akan menerima Terang-Nya. Sebaliknya, yang
menutup diri, akan tetap tinggal dalam kegelapan dunia ini. Mereka yang membuka
hati keapda tawaran keselamatan Allah akan diubah menjadi manusia baru dan
dapat menjadi terang bagi sesama. Terang kecil yang ada padanya akan tetap
bernyala bila ia tetap mengandalkan Terang yang sesungguhnya, yakni Kristus
sendiri. Terang kecil itu akan sangat berharga bagi hati yang gelap, mereka
yang tinggal pada kegelapan dunia ini. Bila melihat sesama yang menderita,
mengalami bencana, hadirlah di sana untuk membawa Terang Kristus. Meskipun
cahaya kita kecil, tapi itu akan sangat berharga bagi mereka. Percayalah bahwa
mereka pasti akan sangat bahagia ketika mereka menerima Terang Kristus yang
kita bawa. Di sanalah Kristus ditemukan.
Kedua, setelah
membuka hati dan menemukan Kristus, saatnya kita mempersembahkan harta yang
paling berharga yang kita miliki. Persembahan yang paling benar dan berharga
adalah diri kita sendiri. Artinya, apa yang paling baik dan berharga dari yang
kita miliki, itulah yang patut kita persembahkan kepada Allah yang memberikan
terang itu kepada kita. Seluruh hidup kita harus kita persembahkan kepada-Nya.
Apa yang dapat kita buat untuk membahagiakan sesama, meskipun kita miskin dan
menderita, kalau itu kita lakukan dengan tulus hati dan penuh cinta, itu pasti
akan berkenan kepada Allah. Sebab Allah tak melihat seberapa besar, seberapa
mahalnya yang kita berikan itu. Tetapi Dia terlebih melihat ketulusan hati dan
cinta kita dalam memberikan persembahan itu. Apa yang indah dan berharga di
mata manusia, belum tentu berharga di mata Allah.
Maka, mari
kita membuka hati terhadap Tuhan dan mencari Dia sampai kita menemukan-Nya. Dan
setelah menemukan-Nya, berikanlah persembahan yang paling baik dan paling
berharga dari apa yang kamu miliki dengan tulus dan penuh cinta. Mintalah
bantuan Bunda Maria supaya dia mendoakan dan membantu kita supaya mampu membuka
hati kepada tawaran keselamatan-Nya sehingga dengan demikian, kita bisa
menemukan Terang Kristus dalam hidup kita. Semoga. Amin.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!