Yustinus
lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan
abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.Yustinus
mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada
pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan
tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan-jalan di tepi pantai sambil merenungkan
berbagai soal. Ia bertemu dengan seorang orang tua. Kepada orang tua itu,
Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang tua
itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah,
tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia
dinasehati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi. Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian
dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan
jaman itu, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota,
dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai
masalah, tertutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya
di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang
bagi kebenaran iman Kristen.Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang Kristen
yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenan dengan hidupnya. Dalam
bukunya, “Percakapan dengan Truphon Yahudi”, Yustinus menulis: “Meski kami
orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau di buang ke
moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu api, kami tidak
akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin
banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi saleh.”Di Roma, Yustinus
ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan dihadapankan ke depan
penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar
pada zaman Gereja Purba.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!