Pada
tahun 1960-an, sebuah gempa bumi
hebat menggoncang Armenia, sebuah negara bagian dari Uni Soviet pada waktu itu.
Akibat dari gempa tersebut, ratusan orang meninggal dunia dan ribuan orang
lainnya kehilangan tempat tinggal. Sesudah beberapa hari kemudian tim penyelamat mencari korban gempa
bumi di bawah reruntuhan gedung. Akhirnya mereka menemukan seorang ibu dengan
bayinya yang mungil
selamat. Salah satu hal yang paling mengherankan bagi tim penyelamat itu ialah
keadaan sang bayi yang begitu sehat. Kemudian, tim penyelamat penasaran dan mencari tahu mengapa bayi itu bisa bertahan
dalam beberapa hari tanpa makan dan minum. Dengan keadaan lemah dan tak berdaya,
sang ibu menunjukkan kepada tim penyelamat itu tangannya yang terluka dan
berdarah. Ternyata selama beberapa hari bayi itu mengisap darah ibunya. Darah
itulah yang membuanya tetap sehat dan kuat.
Dalam cerita tersebut dapat kita lihat bahwa
sang ibu rela mengorbankan dirinya demi keselamatan bayinya yang sangat dicintai. Melukai diri
supaya bayinya dapat mengisap darahnya merupakan suatu pengorbanan yang tiada
tara. Sang ibu melukai dirinya demi suatu kehidupan yang sungguh sangat
berarti, yaitu kehidupan bagi sang bayi. Kurang lebih sama juga dilakukan oleh
Yesus Kristus. Pengorbanan diri Yesus
sungguh sangat besar bagi orang-orang yang percaya
kepada-Nya. Dia sebagai Anak Allah yang Mahatinggi rela menjadi miskin dan
dihina demi cinta-Nya kepada umat-Nya. Dia menyerahkan diri-Nya supaya kita
selamat dan memperoleh hidup yang kekal. Dia mengorbankan diri-Nya bahkan
sampai mati di kayu salib tentu supaya kita hidup dan berbahagia bersama Dia di
dalam kasih Allah yang tanpa
batas. Cinta dan pengorbanan-Nya tidak berhenti di situ. Bahkan
sesudah kebangkitan-Nya dan naik
ke surga, Dia masih memberikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan rohani
menuju hidup yang dijanjikan oleh Yesus Kristus kepada kita, yaitu hidup yang
kekal.
Saudara-i yang terkasih.
Pada hari ini gereja kita memestakan Tubuh dan Darah Kristus. Di dalam pesta Tubuh
dan darah Kristus yang kita rayakan pada hari ini, kita (Gereja) mengenangkan
kehadiran Yesus Kristus yang Mahabesar
di dalam Ekaristi kudus. Yesus adalah Anak Allah yang turun dari surga dan Dia sendiri menyebut
diri-Nya sebagai Roti hidup, “ Akulah
Roti hidup; barang siapa datang kepadaku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak
akan haus lagi” (Yoh 6:35). Sebagaimana tubuh jasmani manusia tidak akan
pernah bisa hidup tanpa makan dan minum, demikian juga halnya dengan kehidupan
rohani kita. Kehidupan rohani kita tidak akan berkembang tanpa santapan rohani.
Santapan rohani itu ialah Tubuh dan Darah
Yesus Kristus sendiri yang hadir di dalam Ekaristi kudus. Tubuh dan Darah
Kristus menjadi penguat dan pembawa kehidupan baru bagi tubuh jasmani dan
rohani kita. Kebahagiaan dan kekayaan yang kita peroleh di dunia
tidak akan bisa membawa kita ke dalam
cinta Yesus tanpa mendekatkan diri kepada Allah sebagai pengada dari segala sesuatu yang baik. Dia adalah pemberi
hidup bagi setiap insan.
Memandang Yesus dalam Ekaristi kudus dan mennyantapnya sebagai santapan rohani berarti kita
menyerahkan diri secara total kepada
penyelenggaraan yang ilahi. Kita sebagai ciptaan yang
secitra dengan Allah sering takut dan cemas untuk
mencari arti hidup di dunia. Ketakutan dan kecemasan itu hanya dapat
disembuhkan dengan memandang Yesus Kristus dalam Ekaristi kudus. Sebab dalam
Ekaristi kudus itu Allah hadir dan
Allah adalah jawaban dari segala kecemasan dan persolan hidup yang kita hadapi.
Pengorbanan seorang ibu
bagi bayinya dalam cerita di atas dan pengorbanan Yesus Kristus bagi
keselamatan manusia menjadi tantangan bagi kita yang masih berjiarah di dunia ini. Kita
dituntut untuk menyelamatkan mereka yang berpaling dari jalan yang diberikan
oleh Allah. Hari ini kita mengenang secara khusus kehadiran Yesus Kristus dalam
Ekaristi kudus. Yesus memberi Tubuh dan Darah-Nya menjadi santapan rohani bagi
kita. Demikian juga halnya kita akan lakukan bagi sesama.
Kita harus mampu membawa hidup bagi sesama yang membutuhkan uluran tangan kita.
Sikap membantu dan berbagi
merupakan salah satu ciri pengikut Yesus Kristus. Di tengah-tengah kita banyak
kita jumpai orang-orang yang berlimpah makanan
dan harta tetapi sikap untuk berbagi tidak banyak. Sebenarnya
tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang kekurangan makanan, yang menjadi
masalah ialah sangat sedikit orang yang
mau berbagi dari yang diperoleh. Manusia masih cenderung mementingkan dirinya
sendiri tanpa rela berkorban bagi sesama
yang berkekurangan. Sangat jarang kita jumpai orang-orang yang mau
mengorbankan hidupnya demi hidup orang lain. Oleh karena itu, sebagai pengikut
Yesus Kristus marilah kita memulainya lagi dari sekarang. Semoga
melalui Pesta Tubuh dan Darah Kristus yang kita rayakan pada hari ini
sungguh-sungguh membawa perubahan dalam hidup sehingga kita dapat berkata,
“Kristus ada di dalam diri saya dan saya hidup bersama Kristus.” Amin. “God Bless Us.” (Fr. Thomas Lumban Gaol, OFMCap)
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!