Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

Harta Milik (Luk 12:31-35)

Diskusi tentang harta milik menghantar kita pada pernyataan Yesus yang radikal yang bertentangan langsung dengan sikap manusiawi, yakni ingin mengendalikan hidup dengan mengusahakan dan menutupi segala hal yang diperlukan secara jasmaniah. Banyaknya harta atau materi yang dimiliki bukan jaminan bahwa hidup seseorang menjadi dama, sejahtera dan baik. Mungkin secara ekonomis tidak berkekurangan, namun belum tentu secara spiritual.
Tentu setiap orang tidak ingin kehilangan harta bendanya. Berkurangnya sesuatu hal yang kita miliki sudah menjadi keresahan tersendiri bagi kita, apalagi barang atau harta yang kita miliki itu merupakan hasil dari keringat yang halal. Akan tetapi, apakah keresahan tersebut membuat kita menutup diri terhadap yang lain? Apakah keresahan orang yang berkekurangan  atau miskin tidak menggugah hati kita yang resah karena banyaknya harta? Sekeras apapun batu jika digores akan tergores juga. Tentu saja manusia bukan batu sehingga ia terbuka akan yang lain.
Jika demikian, pertanyaan yang sering muncul ialah apakah manusia salah memiliki harta yang banyak, apalagi jika harta milik tersebut diperoleh dengan cara yang halal dan tidak mengurbankan yang lain? Jawabannya tidak! Hal ini akan menjadi salah jika, karena harta, manusia melupakan Tuhan yang penuh kasih, yang mengendalikan semuanya dengan penuh perhatian, sumber segala yang ada dan mengabaikan hidup bersama. Secara moral orang yang memiliki lebih bertanggungjawab secara tidak langsung atas kehidupan orang yang tidak memiliki atau miskin, maka prinsip saling berbagi demi terwujudnya kebaikan bersama harus menjadi prinsip fundamental bagi setiap orang.
Dalam Injil-Nya hari ini, Yesus menekankan kepada kita, bahwa perhatian yang utama bukan pada diri manusia itu sendiri, melainkan Kerajaan Allah dan sesama. Peristiwa pembakaran hutan yang kita alami saat ini merupakan salah satu fenomena yang menunjukkan kehausan manusia untuk memperoleh harta duniawi dengan cara mengorbankan yang lain. Apakah perluasan lahan sawit harus dengan cara membakar, sehingga orang lain menjadi korban? Orang-orang yang tidak berdaya menjadi korban dan orang-orang yang memiliki kuasa semakin berkuasa dan berlimpah harta – nilai hidup bersama diabaikan demi kepentingan pribadi dan harta benda. Yesus tidak membenci orang-orang kaya, yang dibenci-Nya ialah sikap orang kaya terhadap harta duniawi yang dimilikinya. Jika demikian apakah orang miskin hidup tenang-tenang saja? Juga bukan demikian adanya. Amat disayangkan jika membiarkan hidup diserap untuk membangun kerajaan yang akan lenyap jika Bapa memberikan dan menghendaki Kerajaan-Nya yang kekal. Sikap terhadap harta duniawi bukanlah persoalan netral, melainkan ukuran mengenai apa yang sebenarnya penting dalam hidup seseorang.

Fr. Ambrosius Sibagariang OFM Cap

Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting