Jumat, 23 Agustus 2024
Yeh 37:1-14
Mat 22:34-40
Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)
Mengutamakan Hukum Yang Menghidupkan
Saudara-saudari terkasih! Menanggapi pertanyaan seorang ahli Taurat dari kelompok Farisi tentang hukum yang terutama, Yesus menegaskan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Mengapa Yesus menegaskan bahwa hukum yang utama adalah hukum kasih baik kepada Allah maupun kepada sesama? Secara ringkas boleh dikatakan bahwa di dalam hukum cinta kasih ada kehidupan. Di mana ada kasih pasti ada kehidupan, sebab di situ ada saling menghormati, menghargai, menolong, kelemahlembutan, kepekaan, kepedulian, perhatian, pengorbanan dan saling memaafkan. Sebagai manusia yang berziarah di dunia ini kita pasti mengimpikan kehidupan dan sukacita. Dan oleh karena itu kita diminta untuk membangun kehidupan. Oleh karena itu, kita pun harus mengutamakan hukum yang memberi ruang untuk kehidupan dan menghidupkan.
Di dalam bacaan pertama penegasan tentang dan praktek pelaksanaan hukum kehidupan dan yang menghidupkan ada pada Tuhan Allah Israel, Tuhan Allah kita. Prioritas terhadap penerapan hukum yang menghidupkan itu dilaksanakan oleh Tuhan saat bangsa Israel berada di pembuangan Babel. Kala itu, karena kekejaman penguasa Babel, bangsa Israel dibuang ke Babel. Pembuangan itu sedemikian mengerikan, sehingga bangsa Israel merasakan seperti hidup dalam kematian, yang dilukiskan bagaikan tulang-tulang kering yang berserakan. Namun, dalam kondisi seperti itu, Tuhan hadir dan peduli. Tuhan mengumpulkan kembali bangsa Israel yang telah tercerai-berai di Babel (tulang-tulang yang berserakan itu), dan memberi mereka semangat hidup dan perjuangan yang baru untuk kembali ke negeri mereka di Yerusalem. Dan janji itu bukan sekedar janji, melainkan benar-benar terwujud, sehingga bangsa Israel bisa Kembali ke Yerusalem dan membangun kehidupan baru dan semangat baru. Karena cinta kepada umatNya, Tuhan memberi kehidupan kepada Israel, sehingga mereka pun bersukacita.
Sebagai umat Tuhan, yang juga telah menikmati hukum cintaNya yang menghidupkan, kita pun diajak untuk selalu mengutamakan hukum cinta yang menghidupkan, yakni dengan mengasihi atau menghormati Allah dengan segenap hati, serta mengasihi sesame seperti diri sendiri. Yuk.. mari kita menghidupinya.. Mari kita memberi dan membantu peluang hidup bagi sesama kita. Tuhan memberkati! Pace e bene!
Pater Yoseph Sinaga, OFMCap.
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!