
Setiap Minggu II Paskah, Gereja Katolik memberikan penghormatan dan bakti kepada Kerahiman Yesus Kristus dan merayakannya sebagai Pesta Kerahiman Ilahi. “Aku menghendaki pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa-jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu, lubuk belaskasih-Ku yang paling lemah lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudra rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku”. Demikianlah pesan yang diterima oleh Santa Faustina, penerima anugerah Kerahiman Allah. Salah satu gambaran Kerahiman Allah disimbolkan dengan “Darah dan Air”. Melalui kedua simbol ini, pikiran kita langsung terarah pada peristiwa di Gunung Kalvari di mana ketika lambung Yesus ditikam mengalirlah darah dan air (bdk. Yoh 19:34). Oleh karena itu, darah selalu mengingatkan kita pada kurban salib dan anugerah Ekaristi, dans air mengingatkan kita akan pembaptisan dan karunia Roh Kudus.
Roh Kudus sebagai tanda Kerahiman Allah itulah yang akhirnya menjiwai dan menghidupkan iman jemaat perdana sehingga mereka dapat hidup sehati dan sejiwa serta menjadi saksi atas kebangkitan Kristus. Cara hidup yang dijiwai Roh Kudus inilah yang membuat seluruh jemaat perdana menjadi unik dan sangat berbeda dari komunitas bangsa Yahudi. Dalam komunitas ini, setiap orang menganggap diri sebagai bagian dari orang lain dan merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudari yang lain. Segala milik kepunyaan pribadi menjadi milik bersama sehingga mereka memperoleh berkat berlimpah dan tak kekurangan suatu apapun. Cara hidup inilah yang kemudian menginspirasi banyak orang sehingga semakin banyak orang yang percaya dan beriman kepada Kristus yang telah bangkit.
Kehidupan jemaat perdana yang sehati-sejiwa diawali ketika Yesus memberikan Roh Kudus kepada mereka supaya dapat mengerti dan mewartakan misteri kebangkitan-Nya. Memang pemberian Roh Kudus kepada para jemaat perdana akan berpuncak pada saat Pentakosta, hari di mana Yesus memenuhi janji-Nya, yakni memberikan Roh Penolong, Roh Penghibur. Yesus memberikan Roh Kudus dalam kesempatan ini dengan tujuan supaya para murid sekurang-kurangnya berani dan percaya bahwa diri-Nya sungguh-sungguh telah bangkit dari antara orang mati seperti dahulu dikatakan-Nya. Sebab sebelum Yesus menampakkan diri kepada para murid, mereka sama sekali tidak berani keluar dan takut diejek serta dicemoohkan karena Kristus yang adalah Tuhan dan Guru mereka telah mati.
Dalam situasi yang penuh ketakutan, kebimbangan dan putus asa inilah Yesus hadir dan menyapa mereka dengan: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada”. Inilah yang membuat para murid menjadi percaya akan kebangkitan Kristus. Serentak dengan itu, cara hidup mereka yang lama, yakni hidup menurut ukuran diri sendiri, kini diubah menurut ukuran hidup Kristus yang telah bangkit dan memperoleh hidup yang baru. Karena itu, tidak ada lagi di antara mereka yang menganggap diri sebagai “lebih” daripada orang lain. Sebaliknya mereka berani keluar dari kenyamanan pribadi saling mempersatukan diri satu dengan yang lain.

Kata-kata peneguhan Yesus terhadap Thomas yang ragu-ragu akhirnya membuka jalan keselamatan bagi kita untuk senantiasa percaya kepada Kristus sekalipun kita tidak melihat atau bertemu secara langsung dengan Dia. Jaminannya adalah Roh Kudus. Roh Kudus itu jugalah yang menjiwai, menghidupkan dan mempersatukan kita semua sehingga sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus dapat sehati dan sejiwa serta mengungkapkan iman akan Kristus yang bangkit melalui perayaan sakramen-sakramen dalam Gereja kita.

Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!