Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga

GODAAN TERBERAT DALAM HIDUPKU DATANG DARI ORANG-ORANG TERDEKATKU (Kej 12:1-4a; 2Tim 1:8b-10; Mat 17:1-9)

Fr. Michael A. Aritonang OFMCap

Sering orang berkata: “lebih baik punya sahabat yang cerewet, jahat dan mengatakan apa adanya daripada sahabat yang bersikap seolah-olah baik, tetapi akhirnya menjerumuskan kita ke dalam dosa.” Ungkapan ini mau mengatakan bahwa terkadang lebih baik kita berteman dengan mereka yang meskipun membuat kita sakit hati, tetapi maksudnya adalah sangat baik dan menyelamatkan, daripada berteman dengan orang-orang yang selalu mengungkapkan kebaikan kita dan akhirnya membuat kita hanyut dan jatuh ke dalam godaan dan dosa.
Hari ini injil mengetengahkan kepada kita tentang peristiwa di mana Yesus dimuliakan di atas Gunung Tabor. Dalam dunia Perjanjian Lama, gunung merupakan tempat di mana Allah turun untuk mewahyukan diri kepada umat atau utusan-Nya. Di atas gunung Tabor, Yesus dimuliakan dan bertemu dengan dua orang nabi besar dalam dunia Perjanjian Lama, yakni Musa dan Elia. Musa adalah nabi yang berjuang untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir dan menegakkan kembali Perintah Allah yang diterimanya sendiri dari Allah di atas Gunung Sinai. Musa bertugas untuk menegakkan kembali Hukum Allah yang sudah mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Melaksanakan Perintah Allah mesti menjadi patokan dan harga mati bila mereka ingin memperoleh keselamatan yang dari Allah. Elia juga sangat berperan dalam sejarah Perjanjian Lama. Tugas utamanya sebagai nabi adalah untuk menegakkan kembali sifat monotheisme, kepercayaan akan satu Allah, sebab bangsa Israel sudah meninggalkan Yahweh dan beralih kepada dewa-dewi mereka.
Dalam injil, Musa dan Elia dihadirkan dalam peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung untuk menunjukkan bahwa Yesus merupakan nabi Perjanjian Baru yang datang untuk menyelamatkan semua orang dari perbudakan setan dan dosa. Tugas Musa dan Elia yang dulu, kini menjadi tugas Yesus, yakni menegakkan kembali Perintah Allah dan kepercayaan akan Allah yang benar dan hidup. Yesus diutus Allah untuk membawa semua orang kepada keselamatan Allah karena sudah banyak yang menyimpang dari jalan keselamatan.
Setelah dialog antara Yesus, Musa dan Elia selesai, maka Musa dan Elia pergi dan tinggallah Yesus sendirian saja. Peristiwa itu disaksikan oleh para murid yang ikut bersama Yesus pada waktu itu. Dan mereka tercengang, terharu dan bahkan merasakan kedamaian yang tak terungkapkan. Karena itu, Petrus berkata: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Petrus berkata demikian karena tidak tahuh harus mengatakan apa kepada Yesus. Tiba-tiba awan datang menutupi mereka dan terdengarlah suara yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Seketika itu juga, para murid takut dan tersungkur dan disadarkan siapa yang harus didengarkan, yakni Yesus.
Apa sorotan utama dalam injil hari ini? Yang mau dilihat adalah godaan yang berasal dari Petrus sebagai murid yang selalu berada dekat Yesus. Bila dalam bacaan injil pada Minggu I Prapaskah, ditampilkan godaan yang berasal dari lawan Yesus, sekarang godaan itu berasal dari orang terdekat Yesus, yakni dari Petrus. Minggu lalu, Yesus digoda pada saat Dia merasa menderita setelah berpuasa 40 hari 40 malam dan sekarang Petrus menggoda Yesus pada saat Dia bahagia. Dalam artian tertentu, Petrus menggoda supaya Yesus tidak setia pada tugas perutusan yang diberikan Allah kepada-Nya. Meskipun tidak dikatakan secara eksplisit dalam injil, tentu saja hal ini sangat menyakitkan bagi Yesus, sebab murid yang seharusnya mengikuti-Nya mencoba untuk menggagalkan rencana Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari godaan datang dari mana saja dan kapan saja, baik dari dari musuh-musuh maupun dari teman terdekat kita; baik pada saat kita merasa bahagia maupun pada saat menderita. Terkadang juga kita bahkan tidak tahu apakah itu semacam godaan atau hanya ajakan saja? Kalau godaan itu datang dari musuh-musuh atau setan, mungkin kita bisa tahu dan mampu menolaknya. Sebab, umumnya kita sudah tahu bahwa musuh atau setan dapat membawa kita kepada bahaya atau malapetaka. Namun, akan menjadi lain bila godaan itu datang dari orang-orang terdekat kita. Misalnya, penghasilan kita cukup untuk menghidupi kebutuhan satu bulan saja. Anggota keluarga meminta untuk membeli sesuatu yang dapat memberikan “kebahagiaan pada keluarga” meskipun sebenarnya tidak sungguh-sungguh dibutuhkan oleh keluarga kita. Kita tahu betul bahwa kita pasti tidak akan mampu. Tetapi karena iming-iming “kebahagiaan” maka kita pun melakukan berbagai macam cara asal keluarga jangan kecewa kepada kita.
Atau contoh lain, seorang anak sekolah sangat dilarang untuk menyontek, sebab itu dapat merusak masa depan dan digoda untuk tidak jujur dalam hidup. Suatu hari, pada saat ujian, karena tidak bisa lagi menjawab soal yang ada, seorang teman terdekat menawarkan contekan. Karena teman terdekat yang memberikannya, kita segan untuk menolak dan akhirnya menerimanya. Pasti masih banyak contoh godaan dari orang terdekat kita yang dapat disebutkan. Intinya, godaan dari orang-orang terdekat dapat membuat kita hanyut dan akhirnya jatuh ke dalam dosa bila kita tak mampu menyikapinya dengan baik. Ketika godaan itu dapat dilewati, maka di situlah kita akan merasa kebahagiaan yang sempurna sebab kita tidak tunduk pada godaan setan, melainkan kepada kebenaran.
Kita semua dipanggil kepada kekudusan dengan meneladani Yesus yang menjelma menjadi manusia yang berjuang untuk menegakkan kebenaran, menepati Perintah Allah dan menghidupinya dalam kehidupan setiap hari. Seperti Abraham yang menyerahkan segala kehendaknya kepada Allah, demikian juga kita hendaknya menyerahkan seluruh diri kita hanya kepada penyelenggaraan-Nya. Dengan demikian, kita pasti akan mampu mengalahkan godaan yang datang kepada kita. Tak akan mungkin kita dapat bersatu dengan Allah jikalau kita masih berpaut pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu mendukung kita untuk mencari kebahagiaan yang kita dambakan. Hanya dengan persatuan dengan Allah, kebahagiaan sejati dan sempurna diperoleh. Musuh atau setan pun tak akan berdaya menghadapi kita bila kita dekat dengan Allah.
Sebagai orang-orang kudus yang dipanggil oleh Allah kepada keselamatan-Nya, kita juga tak akan pernah luput dari berbagai macam penderitaan dan juga godaan, seperti telah disebutkan di atas. Tetapi jangan pernah takut terhadapnya, sebab Allah pasti akan menolong kita bila kita percaya kepada-Nya. Pencobaan dan penderitaan bukan untuk membuat kita menderita tetapi sebagai ujian untuk dapat memperteguh iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Dari kita dituntut satu hal, yakni penyerahan diri seutuhnya, total, hanya kepada Allah. Allah pasti tahu apa yang sungguh-sungguh kita butuhkan dalam hidup ini. Dia tak akan membiarkan kita berjalan sendiri. Dia pasti akan menopang kita saat kita berjalan sehingga kita tidak jatuh ke dalam godaan dosa.
Orang-orang terdekat kita sering menggoda kita untuk tidak setia kepada panggilan kita masing-masing. Apapun panggilan kita, baik sebagai kaum religius, umat biasa, karyawan, dokter, guru, orangtua, anak sekolah, dan sebagainya, tentu mempunyai teman dekat yang senantiasa mengincar kita untuk berbuat sesuatu hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Maka, sebagai seorang beriman, bagaimana kita menyikapi hal yang demikian? Mampukah kita menghadapi godaan dari orang-orang terdekat kita, seperti anak-anak, istri, suami, guru, orangtua, sahabat dan sebagainya? Dapatkah kita melihat apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan? Berkurban memang pahit bila ditanya, mengapa?, namun membahagiakan bila dilaksanakan dengan ikhlas. Percayakah kita bahwa jalan salib apapun bagi kita menjadi jalan bahagia? Percayakah kita bahwa kurban manapun membawa berkat bagi kita? Apakah kita sabar mendampingi sesama yang menderita? Apakah kita kuat dalm percaya? Kurban Kristus adalah jaminannya. Itulah berkat salib Kristus.
Mari kita hidup sebagai orang beriman, seperti Abraham yang menyerahkan segala kehendaknya kepada Tuhan yang dipercayainya. Dan mari kita sebagai para pengikut Kristus senantiasa berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan dalam kehidupan di masyarakat, Gereja dan keluarga kita masing-masing. Mari melihat siapa sesungguhnya yang harus kita dengarkan: Allah yang berfirman dan berkarya dalam hidup kita, atau setan dan musuh-musuh yang menggoda kita? Mari kita berdoa supaya kita tidak jatuh kepada godaan dan bujukan kenikmatan duniawi ini. Kita mohonkan bantuan doa dari Bunda Maria dan para kudus Allah supaya kita mampu hidup sebagai putra-putri Allah yang sejati. Semoga. Amin.
Share this post :

Posting Komentar

Terima kasih atas Partisipasi Anda!

 
Copyright © 2015-2024. Ordo Kapusin Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger - Posting