Fr. Michael A. Aritonang OFMCap
Bacaan
I : 2Sam 5:1-3
Bacaan
II : Kol 1:12-20
Bacaan Injil :
Luk 23:35-43
Seseorang dapat disebut sebagai raja,
kalau ia mempunyai rakyat. Raja atas suatu kerajaan sebelum dapat melaksanakan
tugasnya, harus terlebih dahulu dipilih oleh rakyat baru kemudian dilantik
menjadi raja dan bisa menjalankan tugas serta kuasa yang dilimpahkan kepadanya.
Tugas seorang raja adalah menciptakan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh wilayah kekuasaannya. Tentu saja, gelar yang
dimilikinya sebagai raja tidak bersifat kekal, tetapi bersifat sementara karena
cepat atau lambat akan terjadi periodisasi atau pergantian pemegang tampuk
pemerintahan itu.
Hari ini Gereja semesta, Gereja Katolik,
merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Hari Raya ini diperingati pada
Minggu Biasa ke 34 dalam tahun liturgi. Tahun ini kita merayakannya pada
tanggal 20 November 2016. Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ini menjadi hari
terakhir dalam masa liturgi karena minggu sesudahnya adalah Masa Adven, masa di
mana kita diajak untuk memperisapkan diri dalam menyambut hari kelahiran Sang
Juruselamat, Yesus Kristus, yang diperingati pada tanggal 25 Desember. Hari
Raya Kristus Raja Semesta Alam umumnya diperingati di paroki-paroki, baik
karena menjadi pelindung paroki maupun karena paroki tersebut mau ikut bersama
Gereja Universal ingin merayakan hari raya itu.
Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan
bahwa diri-Nya adalah Raja, namun kerajaan-Nya tidak datang dari dunia ini, tetapi
kerajaan-Nya adalah di surga. Dia adalah Raja atas segala raja dan Raja atas
semesta alam. Pengakuan atas kerajaan Yesus tidak seperti yang berlaku pada
saat pemilihan seorang raja atas suatu kerajaan di bumi ini misalnya raja Daud.
Daud dipilih untuk menjadi raja menggantikan raja Saul. Penobatan Daud sebagai
raja membutuhkan pengakuan dari seluruh rakyat atas kepercayaan dan
kelayakannya menjadi raja atas umat Israel. Setelah penyelidikan yang terjadi
secara tidak langsung dalam perjalanan hidup mereka, barulah ia dilantik
menjadi raja. Tetapi kerajaannya tidak abadi. Pada akhirnya dia akan mati dan
tidak lagi menjadi raja atas Israel, meskipun tetap dikenang sebagai raja yang
sangat agung dalam sejarah bangsa Israel. Tiada raja yang paling besar dalam
sejarah Israel selain raja Daud.
Yesus Kristus sebagai Raja Semesta Alam
tidak sama dengan para raja di bumi ini. Kekuasaan raja di bumi ini hanya pada
suatu lingkup atau wilayah tertentu dan mempunyai batasan waktu dalam kepemimpinannya.
Yesus disebut sebagai raja orang Yahudi meskipun orang-orang Yahudi tidak mau
menerima-Nya sebagai raja mereka. Mereka malah menyebut kaisar sebagai raja
mereka, padahal mereka sangat membenci kaisar atau pemerintahan Romawi yang pada
waktu ini menindas mereka. Ketegaran hati dan ketidakmampuan menerima kebenaran
dalam pewartaan Yesus membuat mereka menutup diri dan menolak-Nya. Mereka tidak
mau menerima keselamatan yang dibawa oleh Yesus dan pada akhirnya mereka
menyalibkan-Nya.
Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, yang
merajai dunia orang mati dan orang hidup. Untuk sampai pada pengakuan bahwa
Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, membutuhkan sentuhan rahmat Allah.
Manusia harus terlebih dahulu membuka diri pada tawaran Allah untuk
menyelamatkan manusia, yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Kedatangan Yesus ke
dunia ini adalah untuk mencari dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan yang
terjadi atas pilihan bebas manusia. Manusia enggan untuk membuka diri terhadap
tawaran keselamatan Allah. Rahmat Allah mutlak perlu terhadap pengakuan Yesus Kristus
sebagai Raja Semesta Alam. Allah-lah yang pertama-tama berkarya dalam diri
manusia dan menggerakkan hati manusia untuk menerima keselamatan yang datang
dari Allah. Sentuhan rahmat dan keterbukaan hati inilah yang mendorong seorang
penjahat yang disalibkan bersama Yesus berkata: “Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Penjahat
tersebut akhirnya menerima keselamatan dari Yesus. Seluruh hidupnya kemudian
dibaharui dan Yesus mengikutsertakannya dalam Firdaus kerajaan-Nya. Sementara
penjahat yang lain, dan orang-orang Yahudi tetap menutup diri terhadap rahmat
keselamatan Allah.
Keterbukaan hati itulah yang akhirnya
mendatangkan rahmat bagi penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus. Dia
tahu dan sadar betul bahwa apa yang diperbuatnya selama ini yakni kejahatan
terhadap sesama merupakan akibat dari ketertutupan hatinya terhadap tawaran
keselamatan Allah. Di salib, dia mulai menyadari bahwa Yesus tak layak menerima
kematian di salib karena Dia tidak mempunyai kesalahan sedikit pun sepanjang
hidup-Nya. Dia tahu bahwa Yesus hanyalah tumbal bagi orang-orang yang tak mau
diselamatkan. Sementara dia dan temannya memang layak untuk disalibkan,
setimpal dengan kejahatan yang telah mereka perbuat selama ini. Kesadaran ini
akhirnya mendorong dia untuk mengakui bahwa Yesus adalah Raja yang
sesungguhnya, yang dapat memberikan keselamatan kepada semua orang yang mau
mengakui Dia sebagai Raja. Hal ini juga ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya
kepada jemaat di Kolose: “Di dalam
Kristus, kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia adalah Gambar
Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, yang lebih utama dari segala sesuatu
yang diciptakan…. Dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan
diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia
mengadakan pendamaian oleh Darah salib Kristus.”
Paulus sungguh tahu bahwa kematian Yesus
di salib bertujuan untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Kristus rela
memberikan diri-Nya sebagai tebusan untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa.
Dan Paulus, untuk bisa sampai pada pengakuan yang seperti ini telah terlebih
dahulu menerima sentuhan rahmat Allah yang menggerakkan dia untuk membuka hati
terhadap tawaran keselamatan Allah. Maka, Paulus pun pada akhirnya berubah
secara total, dari penganiaya jemaat Kristen, menjadi pembela ulung bagi iman
akan Kristus. Dan sepanjang perjalanan hidupnya setelah disentuh Allah, dia tak
henti-hentinya mewartakan Kristus sebagai Raja abadi, Raja Semesta Alam yang
menyelamatkan dunia dan membawa semua orang kembali kepada-Nya.
Terkadang situasi menderita membuat
orang mampu mengenal Allah yang benar dan menyelamatkan. Dan tidak sedikit
orang mengakui bahwa penderitaan merupakan jalan Allah untuk menyadarkan
manusia dari keberdosaan mereka. Maka akhirnya perlu pertobatan dan kembali ke
jalan yang benar berkat sentuhan rahmat Allah. Kita yakin juga bahwa penjahat
yang disalibkan bersama dengan Yesus sudah mengalami dan melihat hal ini.
Ketika disalibkan dan menderita, dia mulai sadar dan menemukan kebenaran yang
sesungguhnya. Sebelumnya dia masih tinggal dalam kerapuhan dan keberdosaannya
sehingga rahmat Allah tidak bekerja di dalam dirinya. Dan akhirnya ketika
mengalami dan menerima rahmat Allah, dia pun sampai pada pengakuan bahwa Yesus
adalah satu-satunya Raja yang benar, Raja Semesta Alam yang menyelamatkan.
Bagi orang yang percaya dan mengakui
bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, Yesus menjanjikan keselamatan.
Kelak pada hari penghakiman, Kristus akan bertindak sebagai hakim yang adil,
yang akan mengadili orang-orang benar dan yang jahat, orang hidup dan yang
mati. Pengadilan dalam kerajaan Kristus adalah pengadilan yang adil, yang tak
seorang pun dapat membantah keputusan yang telah dibuat-Nya. Orang-orang benar
dan yang mau mengakui Kristus sebagai Raja dan Penguasa Semesta Alam dan Raja
yang menyelamatkan akan diganjari keselamatan dan kehidupan abadi. Sedangkan
bagi orang-orang jahat akan disediakan kubur dan kebinasaan selama-lamanya.
Sekarang bagi kita yang mengatakan
percaya, beriman kepada Kristus, yang adalah Gambaran Allah yang tak kelihatan,
dihadapkan pada pilihan: “Apakah kita percaya dan mengakui Yesus sebagai Raja
Semesta Alam yang menyelamatkan atau menolak-Nya?” Pilihan ini dihadapkan
kepada kita karena Allah memberikan kebebasan kepada kita untuk dapat memilih
mana yang benar dan yang tidak benar. Ketika kita memilih untuk menolak Yesus Kristus
sebagai Raja, maka ganjaran yang kita terima adalah maut dan kebinasaan. Ketika
kita jatuh pada pilihan bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam yang
menyelamatkan, maka keselamatan dan kehidupan abadi akan diberikan kepada kita.
Allah tak pernah memaksa manusia untuk sampai pada pengakuan itu, tetapi
terlebih dahulu membiarkan manusia hidup dengan kebebasannya, sehingga kelak
ketika dia menyadari keberdosaannya, akan lebih mudah baginya unutk memperoleh
keselamatan dari Allah.
Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam,
Raja yang menyelamatkan, Raja yang memberikan diri-Nya sebagai kurban untuk
menyelamatkan orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya. Dia mengajak semua
orang untuk datang kepada-Nya dan menerima dia sebagai Raja Semesta Alam yang
menyelamatkan. Dari pihak manusia dibutuhkan keterbukaan hati untuk menerima
tawaran keselamatan yang datang dari Allah. Allah sejak awal telah berkarya
dalam diri manusia dan mengerakkan hati mereka untuk sampai pada pengakuan
bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam. Tetapi tetap dibutuhkan
keterbukaan hati manusia terhadap tawaran keselamatan Allah. Tanpa keterbukaan
hati, rahmat yang menggerakkan hati manusia tidak akan bekerja secara efektif.
Sebaliknya rahmat itu akan mati dan akhirnya manusia pun menolak Yesus Kristus
sebagai Raja Semesta Alam, Raja yang menyelamatkan. Mari kita membuka hati
terhadap sapaan dan tawaran rahmat Allah supaya kita memperoleh keselamatan
yang telah disediakan bagi kita. Kita mohonkan bantuan Bunda Maria agar kita
mampu menerima tawaran keselamatan Allah dan membuka diri sehingga dalam
pengadilan-Nya kita menerima pembenaran dan diikutsertakan dalam kehidupan
kekal dan keselamatan dalam Kerajaan Kristus. Semoga. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas Partisipasi Anda!